Kilas XLI: "Sebuah Bayang"

72 12 9
                                    

"Perjalananmu menyenangkan?"

Diiringi deburan suara ombak yang terbawa angin sepoi-sepoi samudera hingga ke telinganya. Sebagai saksi, bila kapal besar nan mewah yang berhasil ia tumpangi ini, sudah melaju dengan semestinya sesuai dengan komando Sang Nahkoda.

Sebuah senyum manis lantas terukir di bibir Hazelle. Di sela-sela jemarinya yang sengaja ia bersihkan sendiri dengan sebuah serbet di atas meja, oleh karena dirinya sempat menikmati sepotong biskuit di hadapannya, yang memang sengaja disuguhkan untuk menjadi cemilannya pada sore hari ini.

 Di sela-sela jemarinya yang sengaja ia bersihkan sendiri dengan sebuah serbet di atas meja, oleh karena dirinya sempat menikmati sepotong biskuit di hadapannya, yang memang sengaja disuguhkan untuk menjadi cemilannya pada sore hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak hanya itu.

Bertebarkan siluet oranye keunguan yang menghiasi langit luas di atas sana. Sebagai tanda begitu mutlak, bila suasana di sebuah teras yang terletak di lantai dek paling tinggi dari kapal mewah tersebut. Seakan menjadi latar yang begitu pas bagi Hazelle untuk membenarkan kembali letak duduknya di sebuah sofa beludru keemasan, maupun segera membalas pertanyaan yang dilontarkan kepadanya barusan.

"Tentu," ucap Hazelle setelahnya. "Terima kasihku pada Putra Mahkota karena bersedia meluangkan waktunya untuk menjamuku sebaik ini."

Berbeda dengan Hazelle yang tampak masih mempertahankan senyum manis di bibirnya. Sesosok pria berperawakan kokoh khas dengan garis rahangnya yang tegas. Seolah-olah memperjelas, betapa tampan wajah yang dianugrahkan semesta padanya sejak lahir itu.

Kini terlihat begitu senang usai mendengar jawaban dari Hazelle tersebut. Terbukti dengan sebuah kekehan kecil yang terlontar dari bibirnya. Berbekal kedua tangan yang masih saja setia menopang dagunya sendiri di atas meja. Agar manik kelabu yang ia warisi dari Sang Ayahanda itu mampu memandangi secara leluasa, bayang-bayang menakjubkan yang melekat kuat pada visual Sang Adik, yang begitu ia rindukan selama beberapa minggu belakangan ini.

"Segalanya untukmu, Matahari Mungilku."

Jawaban dari Sang Putra Mahkota Atlantis tersebut, justru malah mengarahkan percakapan yang ada menuju keheningan tak terbantahkan, berkat Hazelle yang memilih untuk membalasnya dengan senyuman. Meski semua itu tampaknya tak berlangsung begitu lama, oleh karena di menit berikutnya Hazelle langsung berkata.

"Tapi... sebenarnya aku cukup penasaran."

"Tentang?"

"Tentunya sebagai Putra Mahkota yang sedang melakukan kunjungan kerja di kerajaan lain. Banyak sekali pekerjaan yang harus segera ditangani, bukan?"

"Begitulah."

"Karenanya," ucap Hazelle lagi tanpa tedeng aling-aling. "Apa benar tidak apa-apa Kakak membolos seperti ini hanya untuk menjemputku?"

"Pffft."

Pada akhirnya, Sang Putra Mahkota Atlantis alias Heironn El Allerick itu sungguh tak kuasa lagi menahan tawanya agar tak muncul kepermukaan, saking terhiburnya ia akan ucapan Hazelle yang begitu berani menuduhnya sedang membolos tersebut.

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang