Kilas CXII: "Sebuah Pesona"

43 9 8
                                    

Ini bukan pertama kalinya bagi Pangeran Jourel untuk bertatap muka secara langsung dengan Jeane El Xander.

Setidaknya itulah yang terlintas di benak Hazelle. Ketika pada akhirnya ia menyetujui ajakan dari "adik"nya tersebut untuk menyambut kedatangan Sang Dreamis Kedua Lemuria dan Sang Pemimpin Fraksi Nerro di gerbang masuk selter Atlantis.

Berawal dari senyum ramah yang tersungging di bibir Ketua Theone ketika memandang ke arah Hazelle dan Jourel secara bergantian. Xianthe El Cora yang ternyata telah tiba terlebih dulu sebelum Putri dan Pangeran Atlantis tersebut, lantas segera mendampingi Ketua Theone untuk menemui Sang Raja Atlantis di salah satu Vimana megah yang berada di pusat selter.

Dengan demikian, tinggallah Jeane seorang diri di hadapan Hazelle dan Jourel. Tentunya dengan tujuan untuk membahas tentang progress dari sokongan sandang-pangan Atlantis, yang diberikan pada rakyat Lemuria sebagai kompensasi dalam bentuk bantuan.

Harusnya seperti itu.

Harusnya segera keduanya bertemu, baik Jourel maupun Jeane segera terlibat ke dalam percakapan berbobot yang membahas perihal itu.

Dan harusnya, selama itu Hazelle hanya terdiam mendampingi Jourel, sekaligus mendengarkan segala informasi yang akan diperbincangkan oleh keduanya.

Tapi sumpah.

Sumpah.

Sungguh.

Keheningan macam apa yang justru tengah Hazelle hadapi sekarang, oleh karena Jourel maupun Jeane yang tak kunjung mengindikasikan ingin berbicara satu sama lain itu?

Bahkan di mata Hazelle saat ini, Jeane hanya terus saja terdiam dengan ekspresi sangat datar. Mirip dengan kondisi Jourel yang juga turut terdiam. Walau sirat kegugupan lah yang lebih mendominasi wajah Jourel.

Gara-gara itu, tanpa bisa dicegah Hazelle sampai menerka-nerka, tentang percakapan macam apa yang sekiranya telah terjadi antara Jourel dan Jeane kemarin dalam memutuskan segala sesuatunya, jika komunikasi keduanya didominasi oleh keheningan semacam ini.

Serius.

Canggung sekali.

Jangan bilang interaksi Jourel dan Jeane sebelumnya pun juga seperti ini?

Makanya Jourel sengaja mengajak Hazelle, setidaknya untuk dijadikan tumbal sebagai penengah di antara keduanya, mungkin?

"Nona Xander," sapa Hazelle terlebih dulu pada akhirnya. "Ini pertama kalinya kita bertemu," lanjutnya seraya tersenyum ramah. "Perkenan aku—"

"Tidak perlu membuang waktu untuk formalitas, Yang Mulia Putri Hazelle," balas Jeane dengan segera, berbekal sebuah senyum yang tampak terpaksa ia sungging di bibirnya. "Ini tidak seperti aku belum pernah sama sekali bertemu denganmu. Aku hanya ingin langsung pada intinya saja."

Baiklah.

Kurang-lebih Hazelle paham sekarang mengapa Jourel terus-terusan memilih bungkam.

Ternyata karena cara bicara Jeane yang cenderung dingin dan ketus tersebut. Sehingga membuat Jourel mencari aman dengan sebisa mungkin tak mengucap apapun, agar Jeane merasa tidak semakin iritasi dengan situasi yang sepertinya tidak ia kehendaki ini?

Situasi yang membuatnya menjadi perantara antara kedua Kerajaan sementara disebabkan oleh tumbangnya Morey?

Meski sedikit kikuk di awal, Hazelle yang pada akhirnya memilih untuk tak mengambil pusing sikap dingin Jeane pun tetap mempertahankan senyum ramahnya saat berkata.

"Tentu, Nona Xander. Kalau begitu ikutlah bersama kami. Karena sepertinya situasi sekitar saat ini sama sekali tidak mendukung bagi kita untuk berbicara secara nyaman."

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang