Kilas LIV: "Sebuah Tingkah"

72 12 5
                                    

Segalanya merupakan debaran tiada henti bagi Morey.

Betapa detik demi detik yang membentuk hitungan jam ke depannya, merupakan bukti nyata bila Morey sama sekali tak bisa memejamkan matanya barang sejenak, oleh karena hangatnya jejak sentuhan dari bibir lembut Hazelle yang masih senantiasa ia rasakan pada sudut bibirnya hingga saat ini.

Iya.

Saat ini.

Tepatnya ketika bulan dan bintang telah disembunyikan oleh cerahnya mentari pagi menjelang siang. Berlatarkan riuhnya kerumunan para penumpang kapal megah yang sedang berjejer rapi di dermaga, untuk menunggu giliran agar bisa segera menjangkau area pelabuhan demi melanjutkan perjalanan masing-masing, setelah dua hari satu malam mereka habiskan dalam mengarungi lautan yang beruntungnya tanpa kendala apapun.

Selama itulah.

Morey yang sering kali menundukkan wajahnya secara tiba-tiba, ataupun menggelengkan kepalanya singkat tanpa aba-aba, maupun bersikap lumayan tak wajar seperti menutupi wajahnya yang memerah padam begitu rapat dengan telapak tangannya sendiri. Agaknya merupakan hal yang begitu mengusik perhatian Sang Putri Lemuria alias Cherlyn El Owenn, untuk terus mencuri pandang ke arah Morey yang kebetulan berbaris di depannya berdampingkan Serene El Runes di sisi kirinya.

Tak sekadar mencuri pandang. Bahkan di beberapa kesempatan, seperti halnya ketika antrian mereka yang terbagi jadi dua baris memanjang itu mulai bergerak kembali setelah sempat terhenti beberapa kali. Sering pula Cherlyn memanfaatkan momen itu untuk menyikut Jasver yang berjejer di samping kanannya pada bagian rusuk dengan pelan, lantaran Cherlyn begitu mengharapkan bila Jasver pun harusnya lumayan peka dengan keanehan dari kondisi Morey tersebut.

"Senior Morey, kau baik-baik saja?"

Yangmana harapan Cherlyn itu terkabul begitu cepatnya, oleh karena Jasver yang terkesan tak memiliki niat basa-basi untuk menahan tanda tanya yang sebenarnya juga tersimpan sejak mereka turun meninggalkan kapal, akibat keanehan gerak-gerik Sang Senior dari Fraksi Nerro itu yang memang agak mencolok baginya.

Tanpa menyadari bila pertanyaannya itulah, yang justru membuat psikis Morey makin kalang kabut. Meski pada akhirnya dusta tentang dirinya yang baik-baik sajalah yang terucap dari bibir Morey, lantaran ia tak ingin membuat ketiga rekan Dreamisnya itu mencemaskan kondisinya.

Tentu saja.

Bukannya lebih baik ketiganya tidak mencurigai apapun, dibandingkan Morey harus lebih bergelut dengan debaran jantungnya yang terus saja menggila, karena masih terbayang-bayang akan "ciuman ibu jari" dari Hazelle pada bibirnya tadi malam?

Bahkan dengan "sentuhan seringan itu" saja. Otak Morey yang seharusnya lebih terfokus untuk memikirkan alasan mengapa Hazelle sempat memanggilnya dengan sebutan "Ounce". Malah terus saja berkhianat dengan berandai-andai, tentang apa jadinya bila ibu jari Hazelle tak menjadi "dinding penghalang" bagi bibir mereka untuk saling bersinggungan secara langsung.

DEG! DEG! DEG!

Semesta...

Hanya dengan membayangkannya saja jantung Morey nyaris meledak seperti sekarang.

Apalagi kalau perandaiannya itu menjadi kenyataannya kan?

"Uh..."

Dalam kesah malunya secara diam-diam tersebut. Lagi-lagi Morey menyempatkan diri untuk menutupi wajahnya yang memanas akan rona merah dengan telapak tangan. Berharap dengan itu, tidak ada satupun orang-orang yang berada di sekitarnya menyadari kondisinya saat ini, tentang kegilaan hatinya yang begitu menginginkan untuk benar-benar merasakan lembutnya bibir Hazelle secara utuh ke dalam ciumannya tanpa halangan apapun.

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang