Kilas XXII: "Sebuah Kesalahpahaman"

80 17 0
                                    

"Tuan Hazent, bisa bantu aku 'menjinakkan' macan liar yang ada di sana?"

Setelah berucap demikian, Reona berniat kembali melanjutkan langkahnya, andaikata tindakannya itu tidak diinterupsi oleh suara Hazelle yang berkata.

"Tunggu!"

Dengan nada seruan yang terdengar begitu was-was, hingga membuat Reona langsung menghentikan langkahnya, demi menoleh pada sosok Hazelle yang baru ia sadari terlihat begitu waspada saat memandang ke arahnya.

"Apa yang akan Nona Kaysen lakukan pada 'adik'ku?" ucap Hazelle.

Reona sendiri yang memahami kecemasan Hazelle pun seketika tersenyum, diiringi langkah kakinya yang justru kembali berlanjut untuk mendekat pada Jourel.

"Tuan Hazent, jangan khawatir," balas Reona setelahnya. "Aku tidak mungkin menyakiti calon adik iparnya Senior Morey, kan?"

"Eh?"

Belum juga Hazelle sempat menuntaskan kebingungannya akan ucapan Reona barusan. Kini ia harus dibuat terkejut untuk kesekian kalinya. Usai dengan retina auburnnya sebagai Hazent ia mendapati, sosok Reona yang telah berjongkok di hadapan Jourel, tampak mengeluarkan cahaya kuning dari telapak tangannya.

Itu merupakan Mu Vitakinesis*.

Sebuah kekuatan supernatural khas milik Fraksi Kaysen, yang Hazelle ketahui mampu menyembuhkan segala luka. Termasuk cedera lebam di lengan Jourel yang perlahan mulai membaik, hingga akhirnya sembuh secara total tanpa menimbulkan bekas sama sekali.

"Tuan lihat sendiri kan?" ucap Reona lagi. "Aku hanya ingin mengobati adik Tuan ini saja kok," lanjutnya seraya menunjukkan 'hasil karya'nya pada Hazelle. "Sebagai pertanggungjawaban dari pihak Lemuria, karena Dreamis Kedua kami sempat membantainya habis-habisan, mungkin?"

"No-Nona Kaysen..."

"Karena itu," kata Reona membalas. "Apa Tuan Hazent bersedia membantuku mengurus macan liar yang sedang mengamuk di ujung sana?" lanjutnya sambil menunjuk pada Morey. "Soalnya aku pikir hanya 'pawang'nya saja yang bisa melakukannya."

Hazelle sendiri yang merasa bila keamanan Jourel akan terjamin di tangan Reona pun, lantas menganggukan kepalanya sebagai persetujuan. Kemudian tanpa menunda-nunda lagi, Hazelle segera memusatkan perhatiannya pada Morey yang masih bergeming pada posisinya, berbekal ujung anak panah Iveros miliknya yang senantiasa terarah pada Jeane.

Karenanya, Hazelle bergegas berlari menghampiri Morey, hanya untuk dibuat panik bercampur bingung setelahnya, saat mendapati sang sahabat masih saja memandang tajam pada Jeane dengan aura membunuh yang tak kunjung mereda.

Walau demikian, Hazelle tetap memberanikan diri untuk menyentuh lengan Morey dengan lembut, diiringi bibirnya yang mulai berucap.

"Morey...?"

Tentunya dengan nada begitu pelan menyerupai bisikan, yang seketika itu juga berhasil membuat Morey menoleh pada Hazelle, meski dengan fokus yang masih terpecah pada Jeane, oleh karena amarah yang belum menghilang dari dalam dirinya.

Maka dari itu, kali ini tanpa keraguan sama sekali, Hazelle tampak menangkup wajah Morey tak kalah lembut dari sentuhannya semula. Berharap dengan itu, ia mampu mengalihkan fokus Morey sepenuhnya agar tertuju pada dirinya seorang.

"Morey... hei," panggil Hazelle seraya mengelus sisi wajah Morey dengan pelan. "Aku baik-baik saja. Tak perlu cemas."

"..."

Morey memang tak membalas apapun. Karena manik obsidiannya sedang bersungguh-sungguh menatap pada retina auburn Hazelle, yang kini tengah memancarkan keteduhan begitu menenangkan padanya, berbekal sebuah senyum lembut yang terlukis begitu indah di bibirnya.

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang