Kilas XXVIII: "Sebuah Fakta"

79 13 4
                                    

Pada awalnya, ketika Morey memutuskan untuk menyerah sepenuhnya dengan melepas kepergian Hazelle dan Jourel siang hari lalu. Ia pikir di sisa hari itu benaknya akan terpenuhi keresahan, oleh karena dirinya yang begitu mengkhawatirkan keselamatan sang sahabat di sepanjang perjalanan mengantarkan pesanan.

Namun setibanya Morey di area istana bersama Serene dan Reona—yang masih saja menggerutu gara-gara ditinggal Jeane; hingga membuat mereka harus berjalan kaki lumayan jauh. Morey tidak menyangka dirinya akan seterperangah ini. Usai mendapati betapa "mengerikannya" status orang-orang yang menghadiri panggilan dari raja mereka tersebut.

"I-Ini...?" ucap Morey agak terbata-bata.

"Iya, memang sepenting itu pertemuan kali ini sepertinya."

Reona sendiri yang telah puas menggerutu pun terdengar membalas ucapan Morey, seraya sedikit menyingkarlan tubuhnya ke samping agar Serene dapat memasuki ruang pertemuan terlebih dahulu.

"Makanya, Senior Morey," balas Reona lagi. "Kalau seandainya Senior lebih memilih untuk mengantar paca—uhuk, 'sahabat' Senior itu. Aku pikir Senior hanya akan tinggal nama di tangan para Pemimpin Fraksi."

"..."

Morey tak lantas membalas, karena fokus Reona  sudah teralihkan pada sesosok wanita terlampau menawan, yang kini sedang melambai-lambai penuh keceriaan ke arah mereka dari kursi yang ia duduki. Oleh sebab itu, Reona yang membalas lambaian tersebut, setelahnya bergegas mendekat pada sang wanita. Sekaligus meninggalkan Morey yang hingga kini masih saja mematung di ambang pintu.

Tentu saja.

Sebab, agaknya Morey setuju juga dengan ucapan Reona barusan. Lantaran saat ini ia merasa lumayan gentar, saat manik obsidiannya benar-benar menangkap bayang-bayang seluruh pemimpin fraksi sedang terduduk di kursinya masing-masing, didampingi para Dreamis yang juga terduduk di sampingnya.

"Senior Morey, kenapa hanya berdiam diri saja di ambang pintu?"

Baru ketika Morey mendengar suara tidak asing tampak berbicara padanya dari arah belakang. Di saat itulah Morey sempat terlonjak kecil, hingga menolehkan kepalanya ke belakang dengan cepat.

"Ah?! Eh?! Pu-Putri Cher—"

Namun belum juga Morey menuntaskan keterkejutannya tersebut. Ia harus dikejutkan kedua kalinya oleh sosok Sang Raja Lemuria yang ternyata juga hadir bersama Cherlyn. Maka dari itu, dengan sigap Morey hendak berlutut demi memberi penghormatan pada Sang Raja Lemuria, jika saja lengannya tak lebih dahulu dirangkul oleh Cherlyn.

"Ish, apa sih, Senior Morey?" ucap Cherlyn cepat seraya membawa Morey memasuki ruangan dengan gerakan lumayan bar-bar. "Bukannya sudah kubilang berulang kali kalau tidak perlu ada formalitas di antara kita?"

"Ta-Tapi—"

Diiringi tawa geli dari Sang Raja yang tampak tak mempermasalahkan "drama" di hadapannya itu. Setelahnya Morey benar-benar tak mampu melanjutkan perkataannya, oleh karena pergerakan dari Cherlyn yang telah sukses membawanya menuju ke arah seorang wanita lain yang sangat tidak asing di hidupnya.

"Putri Cherlyn," panggil wanita berparas sangat cantik tersebut setibanya Cherlyn dan Morey di sampingnya. "Kali ini putraku berulah apa lagi sampai membuat Putri menyeretnya seperti ini?"

Seketika Cherlyn tertawa kecil.

"Bukan apa-apa kok, Ketua Theone! Aku hanya ingin saja!"

Setelah mendapati tawa geli turut terukhir di bibir Sang Pemimpin dari Fraksi Nerro tersebut. Cherlyn lantas memutuskan untuk kabur secepat mungkin ke sisi Sang Ayahanda alias Raja Kairos El Owenn, yang kini telah terduduk di salah satu kursi kosong yang tersedia di ruang pertemuan tersebut. Sekaligus meninggalkan Morey, yang hanya bisa tersenyum canggung pada Theone setelahnya, diiringi pergerakan dari tubuhnya yang segera ikut mendudukan diri di samping ibunya tersebut.

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang