Kilas CXVI: "Sebuah Sesal"

42 10 6
                                    

"Ugh..."

Bagaikan dihantam bongkahan es, seketika Morey tak kuasa mencengkram kepalanya sendiri lumayan kuat, oleh karena rasa pusing tak tertahankan yang berhasil membuat kepalanya terasa membeku sangat menyakitkan.

Beruntungnya. Hal itu tidak berlangsung lama. Terlebih usai Morey merasakan sebuah kejanggalan sangat nyata terbawa serta telapak tangannya yang masih menempel erat di kepalanya itu, berupa segaris warna merah yang mengalir begitu saja melalui sisi wajahnya.

Dengan demikian, Morey segera menghentikan cengkramannya pada kepalanya sendiri, hanya untuk melihat ke arah telapak tangannya yang terlumuri oleh darah.

DEG!

Darah...?

Darah... Hazelle?

DEG!

"Zent!!!"

"I-Iya Re-Rey..? Ukh..."

"Zent!!!"

Tak hanya berseru untuk kesekian kali, fokus Morey segera terpusat seutuhnya pada Hazelle, yang kini masih terbaring lemah di pelukannya

"Zent—"

"Mo-Morey—ukh... Ja-Jangan cemas," ucap Hazelle terbata-bata sambil mempertahankan senyumnya. "A-Aku tidak a-akan mati se-semudah itu..."

"Zent..."

Panggilan Morey pada Hazelle kali ini terdengar sangat lirih dan memilukan, oleh karena bendungan air mata yang menggenangi pelupuk Morey tak lagi mampu ia tahan, untuk jatuh begitu saja hingga sedikit membasahi gaun dongker Hazelle.

"Shh... Morey..."

Seraya menggelengkan kepalanya dengan lemah, Hazelle segera menghapus air mata yang kini menggenangi wajah Morey.

"Sungguh, a-aku baik-baik saja..." ucap Hazelle lagi seraya melirik pada luka menganga di bagian dadanya. "I-Ini tidak se-separah bayanganmu."

Tidak hanya bermaksud menenangkan sosok Morey yang tampak kacau dalam tangisnya itu. Kali ini Hazelle memang mengatakan yang sebenarnya. Karena pada realitanya memang anak panah milik Morey yang diluncurkan oleh Heironn barusan, tidaklah mengenai jantungnya seperti apa yang selalu Morey mimpikan selama ini.

Iya.

Mimpi buruk itu tidak terjadi dengan isi yang sepenuhnya sama.

Oleh karena Hazelle yang bisa sedikit mengubahnya di akhir, dengan kelincahan tubuhnya yang berusaha menghindari luncuran anak panah tersebut dalam waktu sepersekian detik.

Meski pada akhirnya anak panah itu tetap menembus diri Hazelle. Namun itu tidak menusuk jantungnya seperti apa yang tertangkap dari sudut pandang Morey. Sehingga Hazelle masih memiliki cukup waktu menggunakan plasma medisnya, untuk memberikan penanganan darurat pada luka menganga di dadanya tersebut.

"Zent... Uh..."

Masih dengan air mata yang menghiasi wajahnya, Morey memanggil Hazelle dengan lirih, kemudian menggenggam pelan punggung tangan Hazelle yang masih singgah di sisi wajahnya, hanya untuk membawanya ke depan wajahnya sendiri.

"Semua ini salahku..."

Tak hanya meracau, bibir Morey yang sempat mencium telapak tangan Hazelle penuh rasa bersalah itu, kini telah tenggelam sepenuhnya di sana dengan aliran air mata yang semakin deras.

"Salahku..."

"Mo-Morey..."

"Aku tidak bisa melindungimu..."

"Morey..."

"Aku melukaimu..."

"Morey—"

"Aku—"

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang