Kilas CXIX: "Sebuah Tabir"

37 11 9
                                    

Berbeda dengan terpaan hujan siang hari sebelumnya.

Langit malam kali ini terlihat cerah, oleh karena rimbunan awan yang telah menghilang sepenuhnya dari payung Lemuria. Sehingga cahaya rembulan yang diiringi kemerlap bintang, mampu menerangi suasana tenang malam hari, yang sesekali terhiasi gemericik suara air mengalir.

"Ugh..."

Sungguh sebuah suasana yang lumayan kontras dengan apa yang sedang terjadi di sebuah kamar megah nan mewah. Disebabkan suara erang kesakitan dari seorang pria yang secara refleks meremat kepalanya pelan, sebelum memutuskan untuk bangkit terduduk di ranjangnya dengan kelompak mata yang terpejam erat-erat.

"Sudah siuman?"

Meski tidak berlangsung lama.

Karena sang pria yang ternyata adalah sosok dari Putra Mahkota Lemuria itu pun tampak tersentak penuh kejut secara tiba-tiba, diiringi belalakan dari bola matanya yang segera tertoleh pada asal suara barusan.

"Ka-Kau...?"

Sesosok gadis yang terduduk di ambang jendela besar di kamar Louise El Owenn itu pun sempat terkekeh geli, kemudian sedikit melompat kecil saat memutuskan untuk beranjak menghampiri Louise yang masih syok dengan kehadirannya.

"Ya, ini aku," balas sang gadis seraya mendudukan diri di sisi ranjang Louise.

"Di-Dionne?!"

"Xianthe."

"..."

"..."

"..."

Keterkejutan Louise lenyap seketika, tergantikan dengan kedua kepalan tangannya yang meremat lapisan selimut di atas pangkuannya sekuat tenaga.

"Berhenti menggunakan nama itu saat berhadapan denganku, Putri Dionne."

Bukannya menuruti ucapan Putra Mahkota Louise, Xianthe justru tertawa geli.

"Kenapa harus?" balas Xianthe jenaka. "Bukankah nama Xianthe El Cora tidak seburuk itu?"

"Putri Dionne..." desis Louise sambil menatap tidak suka pada Xianthe. "Kau tahu semua ini bukan sebatas nama."

Mendapati ekspresi Louise yang cukup ekstrim, Xianthe lantas menghela napas lelah.

"Kak Louise, kaulah yang harus berhenti memanggilku seperti itu," ucap Xianthe setelahnya. "Aku bukanlah lagi seorang putri dari Kerajaan Lemuria sejak lama."

"Kau masih," balas Louise dengan tegas.

"Tidak," balas Xianthe tak kalah lugas. "Semenjak 'titah' mata-mata itu diserahkan padaku, Lemuria hanya memiliki kakakku Louise El Owenn dan adikku Cherlyn El Owenn sebagai pangeran dan putri mereka."

"Dionne!!!"

"Cukup, Kak!" balas Xianthe dengan nada yang sedikit meninggi. "Aku datang ke sini untuk membesukmu, bukan untuk berdebat tentang masa lalu!"

"Tidak!" balas Louise tak mau kalah seraya mencengkram lengan Xianthe. "Kau sudah pulang! Dan sudah seharusnya pula kau tetap tinggal!"

"Aku tidak!" balas Xianthe seraya melepas paksa cengkraman Louise dari lengannya.

"Kau harus!" paksa Louise sambil berusaha meraih lengan Xianthe lagi.

Namun tentu saja, Xianthe yang tak mau terjebak pada cengkraman yang sama untuk kedua kalinya pun segera melompat berdiri untuk sedikit menciptakan jarak dari ranjang Louise.

"Putri Dionne!!!"

"Yang Mulia Putra Mahkota, 'titah' adalah 'titah'," ucap Xianthe memperingatkan. "Di mata generasi Lemurian saat ini, Yang Mulia Raja Kairos hanya memiliki dua keturunan yang—"

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang