Kilas CXX: "Sebuah Kunjungan"

46 9 4
                                    

"Sudah selesai?"

"Ya, Pangeran Jourel. Situasi sudah terkendali. Kondisi berhasil dipulihkan seperti semula."

"Kerja bagus."

Larut malam kali ini terasa begitu lambat saat bergeser menuju dini hari. Seraya terduduk tegak di balik meja kerjanya, Jourel tampak menyibak jemarinya ke samping. Sehingga sebuah layar hologram yang tadinya tepat berada di hadapannya langsung lenyap meninggalkan efek butiran debu yang berterbangan. Sekaligus menjadi saksi bila komunikasi Jourel dengan salah satu anak buahnya telah selesai.

Syukurlah.

Walau Jourel harus terjaga sampai subuh hari sekalipun. Setidaknya bila kekacauan yang sempat terjadi di Selter Atlantis telah mampu dibereskan. Maka Jourel merasa tiada kesia-siaan baginya untuk secara rajin menjalani lembur hingga esok hari sekalipun.

"Hah..."

Meski demikian. Jourel sama sekali tidak memungkiri bila rasa lelah tak terhindarkan turut mendera tubuh dan pikirannya. Sehingga ia memutuskan mengambil jeda sejenak untuk beristirahat, dengan bertopang dagu menggunakan salah satu tangannya di atas meja. Tak hanya itu, setelah melepas kaca mata yang bertengger di wajahnya, Jourel lantas memejamkan matanya. Berharap dengan itu, sedikit rasa lelah mampu terangkat dari dalam dirinya.

"..."

Namun karena posisi kepala Jourel saat bertopang dagu sedikit miring ke kiri. Di tengah keheningan kamar Vimana pribadinya itu, Jourel merasakan mahkota minimalis nan elegan yang tersemat di atas kepalanya mulai merosot jatuh melalui sela-sela helai rambutnya. Sehingga sebelah tangannya yang sempat menganggur di sisi kursi kerjanya itu, dengan sigap meraih mahkota tersebut untuk menahannya agar tetap berada di tempat yang seharusnya.

Dalam keadaan kelopak matanya yang masih terpejam rapat.

Walau tampaknya hal itu tak berlangsung lama. Berkat kejanggalan yang seketika Jourel rasakan pada perilakunya itu, berupa jemarinya yang justru menyentuh punggung tangan seseorang.

Maka dari itu.

Tak terhindarkan bagi Jourel untuk segera membuka kelopak matanya. Hanya demi mendapati bayang-bayang sosok Jeane tampak membungkuk ke arahnya dari seberang meja, dengan wajah yang hanya berjarak sejengkal saja dari wajah Jourel sendiri.

"..."

Keheningan yang masih bertahan selanjutnya, adalah saksi dari bibir Jourel yang tersenyum geli, dengan refleks dari tangannya yang justru menggenggam punggung tangan Jeane.

"Astaga..."

Tak hanya itu, bahkan Jourel turut membawa tangan Jeane menuju sisi wajahnya sendiri. Sehingga Jourel mampu mengusak-usakan sebelah pipinya di telapak tangan Jeane yang terasa lembut, bagaikan seekor anak anjing yang sedang ingin dimanja oleh pemiliknya.

"Aku pasti sangat kelelahan sampai berhalusinasi seindah ini..." celetuk Jourel seraya membenamkan wajahnya secara penuh di hangatnya telapak tangan Jeane. "Manis sekali..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"Kau punya waktu tiga detik untuk melepaskan tanganku sebelum aku membunuhmu."

"!!!"

Satu detik.

Jourel segera mengedip-ngedipkan kelopak matanya cepat. Hanya untuk menyadari bahwa bayang wajah Jeane sama sekali tidak segera menghilang dari pandangannya.

Soul: Atlantis & LemuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang