Chapter 66 - Ingatan yang terlupakan

80 3 3
                                    

Alyssa mengerjapkan matanya perlahan kala menyesuaikan diri dengan cahaya yang menusuk matanya. Setelah berhasil beradaptasi, Alyssa mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan tempat ia berada.

Tubuhnya mulai bergetar hebat saat menyadari bahwa ia tengah diculik oleh seseorang berpakaian serba hitam dan kini ia ditempatkan di kursi kayu dengan tangan terikat kuat. Sekelebat bayangan muncul di kepalanya membuatnya merasakan sakit yang begitu hebat.

Bayangan-bayangan yang awalnya samar menjadi semakin terlihat jelas dan nyata. Alyssa memejamkan matanya erat berusaha mengusir bayangan itu dari kepalanya sembari menggelengkan kepalanya kuat. Namun, hasilnya nihil rasa sakitnya semakin kuat, tubuhnya semakin bergetar hebat hingga pada akhirnya Alyssa jatuh pingsan kesamping beserta dengan kursi yang terikat olehnya.

Flashback ON

Beberapa tahun yang lalu saat tragedi penculikan Alyssa terjadi.

Alyssa yang kala itu masih sangat kecil diculik seseorang saat dirinya tengah menghadiri pesta keluarga besar Obelia. Alyssa besar berdiri di sudut aula melihat pemandangan di hadapannya, ia merasa sangat familiar dengan semua itu.

Ketika pandangan tertuju pada sosok anak kecil yang berjalan santai namun penuh wibawa. Entah mengapa Alyssa bergerak mengikuti langkah anak kecil itu.

"Bagaimana kabarmu Daniel, Steven?" Alyssa mengernyit bingung dan mengingat siapa lelaki paruh baya yang masih terlihat tampan di hadapannya ini.

"Baik." Balas seorang anak kecil disampingnya.

"Steven..?" Gumam Alyssa.

"Aku baik, paman." Jawab seorang anak yang kecil yang tadi ia ikuti. "Um, dimana Terry?" Lanjutnya.

"Steven.. Daniel.." Alyssa membelalakkan matanya ketika menyadari bahwa di depannya ini adalah kedua kakaknya saat masih kecil.

"Astaga, mereka imut sekali." Gumam Alyssa.

"Mungkin dia sedang menyendiri, kau tau kan dia tidak suka tempat ramai?"

Daniel kecil mengangguk paham.

"Ternyata sedari kecil Kak Daniel sudah memiliki aura dan wibawa yang begitu kuat. Jika aku sekarang melihat masa lalu, jadi dimana orang tuaku?" Jantung Alyssa berdebar kencang dan menoleh kanan kiri mencarinya, ia sangat berharap bisa melihat kedua orang tuanya saat masih hidup.

Namun, belum sempat ia menemukannya. Sekelilingnya berubah. Saat ini, ia sedang berada di luar gedung itu. Suasana yang kacau dan banyak bunyi tembakan dimana-mana.

Keringat dingin mulai mencucuri wajah Alyssa, ia ingin kabur dari sana namun kakinya seperti tertahan. Alyssa seakan dipaksa untuk melihat pemandangan itu.

"Bawa anak kecil ini!" Perintah seorang pria dewasa bertubuh kekar dan banyak tato dilengan dan juga wajahnya.

"Siapa dia?" Tanya pria yang berdiri berjaga di luar gedung.

"Dia putri satu-satunya Obelia. Kita bisa memeras Alexander baj*ng*n sombong itu." Senyum seringai yang begitu menakutkan di mata Alyssa.

Alexander adalah nama ayahnya. "Apakah mereka musuh ayah?"

Tubuhnya seolah kaku ketika melihat dirinya sendiri saat masih kecil di depan matanya. Ia ingin menolong gadis kecil itu, yang tak lain adalah dirinya sendiri.

Bayangan terus berganti sampai pada ruangan dimana Alyssa kecil disekap. Kepala Alyssa tiba-tiba terasa berat, napasnya sesak. Ada rasa ketakutan yang sangat besar menyelimuti dirinya. Ia tidak ingin melihat pemandangan didepannya saat ini dimana Alyssa kecil dicambuk, ditampar, dipukul secara berulang oleh 3 b@jingan yang disebut pria itu.

Possessive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang