The Reconciliation

345 140 23
                                    

[Nonhyeon Distrik, Seoul - 09.00 KST]

[Author POV]

[Author POV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklek ....

      Pintu kamar Ji Yeong Ju terbuka perlahan. Gadis muda itu masih tergulung di dalam selimut dengan tenang. Dita Karang sang ibu, tampak memasuki kamar putri semata wayang nya dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan sebaskom air hangat.

       Sudah dua hari ini putrinya tidak masuk sekolah. Sejak malam Dita Karang murka dengan aksi kabur - kaburan yang putrinya lakukan, Ji Yeong Ju langsung mengalami demam seketika. 

      Ibu muda itu cukup lepas kontrol menuruti emosi sesaat nya dengan memberi pukulan yang cukup keras ke beberapa bagian tubuh putrinya.

      Ji Yeong Ju yang mengetahui ibu nya tengah masuk ke dalam kamar segera memiringkan tubuh nya menghadap ke arah jendela. Dita Karang yang kembali dibuat bersabar hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap putri yang masih enggan untuk berbicara dengan nya.

       Siswa SOPA itu sengaja tidak ingin melihat wajah sang ibu karena masih trauma dengan sikap kasar yang ia lakukan. Sungguh kejadian dua hari yang lalu cukup membuat hati seorang Zuu sedikit mengalami sakit hati.

"Zuu, eomma membuatkan bubur abalone kesukaan mu. Ayoo kita sarapan dahulu selagi ini masih hangat." Dita Karang duduk di tepi bed. Ia meletakan nampan yang berisi semangkuk bubur itu di atas nakas.

Hhhhhffff~

      Untuk kesekian kali Dita Karang menghela nafas panjang melihat putri semata wayang nya tidak bergeming. Ia memahami tentu saat ini putrinya masih marah dengan apa yang ia lakukan kemarin. Dita saja masing bingung entah kenapa emosinya tiba - tiba meledak tanpa terkendali kala itu.

      Walaupun Zuu tidak banyak melawan, tetapi ia tetap memukuli tangan dan punggung nya menggunakan pemukul dari rotan tanpa henti. Itu yang sekarang Dita Karang benar - benar sesali. Apakah ia masih pantas untuk di sebut sebagai seorang ibu?

"Kamu harus minum obat Zuu, kamu masih demam baby. Ayo kita sarapan." Dita Karang membelai dahi putrinya.

      Tetapi tangan gadis berponi itu segera menepis tangan ibunya. Lagi dan lagi, Dita Karang harus kembali bersabar dan memaklumi reaksi sang anak.

"Eomma tahu kamu masih marah dan mungkin membenci eomma yang tidak pandai mengurusmu. Zuu-yaa, eomma hanya ingin kamu mempunyai kehidupan yang jauh lebih baik daripada eomma. Jangan sampai apa yang eomma pernah alami kamu alami juga. Eomma terlalu khawatir kepadamu saat itu, mianhae. Eomma takut kehilangan mu jika waktu itu yang dikatakan Lisa benar adanya. Eomma memang tidak pernah becus menjadi seorang ibu, mianhaeyo." Dita Karang memeluk putrinya dari sisi belakang sembari terisak.

      Zuu masih tetap tidak bergeming. Dalam sela matanya mengalir air hangat dengan perlahan. Ia tidak pernah membenci ibu yang sudah melahirkan nya. Dia hanya sedikit merasa kecewa kenapa wanita cantik yang tengah memeluk tega memukuli dirinya yang merupakan darah daging nya sendiri.

YES!! CAPTAIN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang