Askar menghela napas lelah melihat tumpukan berkas di depannya. Dia lalu menoleh melihat jam dinding di ruang kerjanya, jam menunjukkan pukul 1 dini hari.
Askar kembali menghela napas, "Kalau terus-terusan gini, bisa-bisa gue mati muda."
Askar Riendra
Lelaki berusia 27 tahun. Di usia segitu kebanyakan orang sudah berumah tangga, tapi tidak dengan dirinya.
Askar betah menjomblo, katanyasih dia tidak punya waktu cinta-cintaan. Hidupnya hanya diisi dengan kerja, kerja, dan kerja.
Bisa dibilang itu adalah bentuk balas dendamnya.
Askar lahir dari keluarga miskin. Dulu, untuk makan sesuap nasi saja susah. Askar kecil bertekad kalau setelah dewasa nanti dia harus jadi orang kaya, dan menaikan derajat orangtuanya.
Tapi, belum sempat dia membuat orangtuanya bangga, ayah dan ibunya lebih dulu berpulang.
Askar sempat depresi karena hal itu, tapi dengan cepat dia bangkit, dan semakin menguatkan tekadnya untuk merubah hidup.
Beruntungnya, Askar itu jenius. Dia sangat pintar, sehingga Askar bisa mengenyam pendidikan tinggi dengan dibantu beasiswa.
Perlahan hidupnya mulai berubah. Karena kejeniusannya, Askar berhasil mendapat berbagai prestasi, dan itu sangat membantunya dalam meniti karir.
Dan jadilah Askar yang sekarang. Askar Riendra, seorang direktur eksekutif di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang perkebunan.
Askar meregangkan tubuhnya, "Tidur bentar gapapa kali ya. Nih mata dah berat banget, jantung gue juga serasa lagi balapan."
Askar bangkit dari duduknya, dan keluar dari ruang kerja menuju kamarnya.
Begitu sampai kamar, dia langsung merebahkan tubuhnya, dan menutup matanya.
~~~
Askar mengedarkan pandangannya, dia mengernyit menyadari dirinya berada di tempat yang begitu asing.
Tiba-tiba sebuah layar yang begitu besar muncul di depannya.
Layar itu menunjukkan ruang kamar mayat di sebuah rumah sakit.
"Jadi, beliau meninggal karena terlalu lelah bekerja?" Seorang lelaki paruh baya bertanya pada seorang dokter.
Dokter itu menganggukkan kepalanya, "Sepertinya beliau kurang istirahat. Hal itu membuat jantung, dan tubuhnya melemah karena dipaksa bekerja melebihi batasan."
Askar mengernyit, dia mengenali pria paruh baya itu, "Pak Jamal?"
Jamal adalah kepala pelayan di mansionnya. Dia adalah tangan kanan Askar dalam mengurus urusan rumah tangga.
Pak Jamal menganggukkan kepalanya tanda mengerti, dokter itupun berlalu dari sana. Lalu, pak Jamal masuk ke kamar mayat, dan menghampiri salah satu mayat di sana. Pak Jamal menatap sendu mayat yang tertutup kain itu, dia lalu membuka kain yang menutup si mayat.
Askar langsung menegang melihat siapa mayat itu. Itu... Dirinya.
Pak Jamal mengelus rambut tubuh Askar yang terbujur kaku, "Harusnya saya lebih tegas mengingatkan anda untuk istirahat."
Selama ini pak Jamal memang selalu bawel dalam menyuruh Askar untuk istirahat, tapi Askar selalu menganggap omelan pak Jamal sebagai angin lalu saja.
Pak Jamal sangat menyayangi Askar, karena dia sudah menganggap Askar seperti anaknya sendiri. Karena itu pak Jamal cukup protective terhadap kesehatan Askar.
Askar terkekeh miris, "Hah? Jangan bercanda! Masa gue matisih?!"
"Tapi memang itulah kenyataannya." Sebuah suara misterius menjawab ketidak percayaan Askar.
Askar refleks menoleh ke kanan kiri, "Siapa?!"
"Entahlah... Saya di sini hanya untuk menunjukkan kamu fakta yang sebenarnya. Kamu sudah mati, karena kelelahan bekerja. Itulah faktanya."
Askar menutup mulutnya, dia mati? Benar-benar mati? Setelah semua hal berat yang dia lalui, dia mati karena hal konyol seperti itu?
"Tapi tenang saja. Karena kamu akan mendapatkan kesempatan kedua untuk menjalani hidup."
Askar mengernyit, tidak mengerti maksud dari suara itu.
Tiba-tiba saja dia berpindah ke tempat lainnya, sebuah ruangan putih. Di depannya ada seorang remaja manis tersenyum padanya.
Remaja itu mengulurkan tangannya, "Kakak kenalkan namaku Askara."
Askar menerima uluran tangan itu, "Askar."
Remaja itu tertawa dengan manis, "Nama kita mirip ya."
"Kenapa kita ada di sini?" Askar bertanya to the point.
Askara kembali tersenyum manis, "Mereka bilang, kakak akan menempati tubuhku."
"Hah?" Askar semakin tidak mengerti dengan semua hal ini.
Askar tersenyum lembut, tapi tatapannya menyendu, dia terlihat sangat sedih, "Aku udah meninggal, atau lebih tepatnya jiwaku. Tapi, tubuhku masih hidup dan sedang koma. Aku tidak bisa kembali ke tubuhku, atau lebih tepatnya tidak mau. Aku sudah terlalu lelah, aku mau pergi aja. Aku sudah tenang berada di tempat ini..."
Askara mengambil tangan Askar dan menggenggamnya dengan erat, "Karena itu kakak, tolong gantikan aku. Kak Askar tidak perlu berpura-pura jadi aku, tidak perlu memaksakan diri bersikap seperti diriku. Hiduplah seperti diri kakak sendiri. Kakak bebas menentukan nasib kakak di tubuhku nanti. Tubuhku sepenuhnya menjadi milik kakak."
Askar terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Tapi, Askar cukup iba melihat ekspresi lelah dan sedih dari mata Askara. Hidup seperti apa yang sudah dijalani oleh bocah di depannya ini.
Tanpa sadar Askar menganggukkan kepalanya. Askara langsung tersenyum dengan senang, dia meneteskan air mata bahagianya.
Setelah itu, detik berikutnya Askar tiba-tiba kehilangan kesadaran penuh.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara : Peace (END)
Jugendliteratur⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh Askar lainnya. Askara Allaver. Remaja yang menjalani hidup yang berat. Askara asli mati karena jat...