Arvie memakai seragamnya dengan tenang. Setelah selesai bersiap, dia keluar dari kamarnya bermaksud untuk sarapan.
Tapi, begitu keluar kamar dan melewati kamar kedua orangtuanya, Arvie melihat keributan di sana. Karena penasaran, Arviepun masuk ke kamar orangtuanya.
"Ada apa?" Arvie berbisik pada Allen yang sudah ada di sana.
Allen agak terkejut karena tiba-tiba ada yang berbisik padanya, "Itu... Mommy kambuh, dia tadi ngamuk-ngamuk lagi. Akhirnya daddy panggil dokter pribadi kita." Allen menjawab sambil berbisik.
Arvie menganggukkan kepalanya mengerti. Arvie kembali melihat ibunya yang sudah ditenangkan.
Dokter yang menangani Aleyya terlihat sedang mengecek obat-obatan yang selama ini selalu diminum Aleyya. Dokter itu mengernyitkan dahinya, dia membatin, "Sepertinya obat yang kuberikan bentuknya agak berbeda dari ini."
Dokter itu merasa aneh, karena obat yang biasa diminum Aleyya terlihat sedikit berbeda dengan obat yang dia berikan. Obatnya memang mirip, tapi ada sedikit perbedaan pada ukuran obatnya.
Arvie tersenyum tipis melihat itu.
"Kak, Vie berangkat duluan ya." Arvie menatap Allen. Sejak beberapa waktu lalu,q Arvie memang mulai berhenti berangkat bersama kakak-kakak atau ayahnya, dia lebih memilih berangkat sendiri dengan 2 pengawalnya.
Allen menganggukkan kepalanya, "Iya, kamu duluan aja. Abang nanti berangkatnya setelah mommy selesai diobati."
Arviepun berlalu keluar dari kamar kedua orangtuanya.
~~~
"Dokter itu sepertinya sudah menyadari keanehan pada obat itu." Arvie berbicara pada kedua pengawalnya.
Mereka sudah ada di mobil, dan sedang dalam perjalanan menuju sekolah Arvie. Xavier dan Xaphie duduk di kursi depan dengan Xavier yang menyetir, lalu Arvie duduk di kursi tengah.
Arvie menatap lurus dengan pandangan serius, "Kalian tau apa yang harus kalian lakukan kan?"
Xavier dan Xaphie menganggukkan kepalanya, Arvie tersenyum puas melihat itu, bawahannya memang patut diandalkan.
😇
Askar berjalan lunglai memasuki gedung sekolah, di sampingnya ada Arsenna yang setia menggenggam erat tangannya.
Askar memang memutuskan untuk masuk sekolah, meski kondisinya masih belum membaik. Hari ini hari ujian tengah semester, mau tidak mau dia harus masuk sekolah.
Arsenna mengelus pelan tangan Askar, "Jangan khawatir sayang, anak itu akan baik-baik saja. Anak-anak lainnya juga, Avalle sudah mengurus semuanya." Arsenna mencoba untuk menenangkan Askar.
Kondisi anak perempuan yang dibawa Askar kemarin masih belum membaik. Dia memang sudah bangun, tapi terlihat jelas jika anak itu mengalami trauma berat. Dia selalu ketakutan setiap kali didekati oleh orang-orang. Wajar sajasih, malahan aneh kalau anak itu tetap biasa saja setelah semua hal buruk yang dia alami.
Sedangkan anak-anak panti lainnya akan diurus oleh Avalle. Nanti dia akan mencarikan rumah baru untuk dijadikan panti asuhan, dan menyeleksi pengurus panti yang baru.
Askar menganggukkan kepalanya, tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan. Ivona dan Erina, nanti akan mengecek ulang semua tempat mereka berdonasi. Takutnya bukan hanya satu tempat yang bermasalah. Askar awalnya ingin ikut turun tangan, tapi Ivona melarang karena kondisi Askar yang belum stabil.
Askar dan Arsenna sampai ke depan pintu kelas Askar. Arsenna menakup wajah Askar, lalu mengecup dahinya, "Semangat sekolahnya, sayang. Jangan terlalu memikirkan masalah diluar. Semoga ujianmu lancar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara : Peace (END)
Fiksi Remaja⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh Askar lainnya. Askara Allaver. Remaja yang menjalani hidup yang berat. Askara asli mati karena jat...