2. Survei

67.5K 6.2K 393
                                    

Askar menatap penampilannya di cermin, dia sudah rapih dan siap untuk beraktivitas. Askar mengenakan kemeja abu-abu dengan vest rajut yang juga berwarna abu-abu, dan celana jeans hitam. Seperti rencananya kemarin, hari ini dia akan melakukan survei untuk mencari tempat tinggal dan sekolah baru.

Setelah selesai berdandan, Askar turun ke luar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, ternyata kakak keduanya sudah ada di sana.

Allen Allaver

Anak kedua keluarga Allaver, sekaligus orang yang sudah mendorong Askara dari tangga.

Allen menatap Askar sebentar dan langsung memalingkan wajahnya sambil berdecak pelan. Askar mengangkat sebelah alisnya, apa-apaan bocah itu, tidak sopan sekali. Askar lalu duduk di kursinya dengan tenang.

Tidak lama kemudian Arvie dan Anka memasuki ruang makan.

"Eh udah ada kak Al sama kak Askar." Arvie berkata dengan riang. Dia lalu mengecup pipi Al, sudah kebiasaannya.

Arvie menoleh menatap Askar yang tetap memasang tampang cuek, tumben sekali. Biasanya Askara akan langsung menatap Arvie dengan tatapan jijik, sambil mengatai Arvie lebay. Setelahnya, Arvie kembali duduk di kursinya yang berhadapan dengan Askar.

"Kak Askar semalam tidurnya gimana?" Arvie bertanya dengan ragu.

"Baik." Askar menjawab singkat, ya mau dijawab apa coba?

Arvie tersenyum mendapat respon positif itu, "Kak Askar semalam mimpi apa?"

Askar terdiam mendengar itu, dia lalu mengerutkan keningnya, semalam dia... Mimpi apa?

"Entahlah..." Askar terus mencoba mengingat dia semalam mimpi apaan, tapi Askar tetap tidak bisa mengingatnya.

Arvie terkekeh, dia tau Askar tidak mengingat mimpinya, "Vie juga seringloh kayak gitu. Kadang Vie mimpi sedih, waktu bangun Vie lupa mimpi apa, tapi rasa sedihnya masih ada."

"Hmm... Gitu ya."

"Ekhem."

Keempat orang di ruangan itu menoleh mendengar deheman itu. Rupanya Dominic dan istrinya sudah memasuki ruang makan.

Sebenarnya mereka sudah masuk dari sejak Arvie bertanya soal mimpi Askar, tapi anak-anak mereka tidak menyadarinya.

Aleyya Raina Allaver

Nyonya keluarga Allaver. Ibu yang dicintai anak-anaknya, termasuk Askara. Askara sangat menyayangi mommynya, meskipun Aleyya tidak pernah mau berdekatan dengannya karena sakit hati putra bungsunya selalu disakiti oleh Askara.

Setelah tuan dan nyonya Allaver datang, sarapanpun di mulai. Selama makan, Askar terus memikirkan bagaimana nanti dia meminta izin untuk keluar.

Sebenarnyasih tidak perlu meminta izin juga, toh selama ini Askara memang hobi pergi-pergian tanpa memberitahu siapapun.

Semalam Askar sudah searching-searching untuk mengecek sekolah di daerah sini, dan juga kos-kosannya.

Askar berencana untuk melanjutkan hidup di pusat kota. Tempat tinggalnya sekarang juga masih di daerah perkotaan, tapi dipinggirnya dan di daerah elite.

Jika di pusat kota, Askar mungkin bisa lebih mudah mendapat pekerjaan, seperti pelayan di rumah makan pinggir jalan atau apa kek. Jika tidak begitu, Askar bisa mengamen di lampu merah.

Apa sajadeh, yang penting menghasilkan uang, dan bukan dengan cara yang salah. Dulu juga seperti itu kok, Askar melakukan semua perkejaan selama itu menghasilkan uang.

Selesai makan, anggota keluarga Allaver yang lain kembali berkumpul di ruang keluarga. Hari ini hari minggu, tentu mereka punya waktu luang.

Besok, Askar berencana untuk mengurus kepindahan sekolahnya. Dia akan membicarakan hal ini nanti malam dengan Dominic.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang