43. Takut

27.9K 3K 70
                                    

Sammael meminum beer kalengnya sembari memandangi langit malam yang cerah, bintang bertaburan dan bulan yang bersinar terang. Dia duduk di kursi taman tengah kota.

Sammael baru saja pulang dari mansion keluarganya. Seharusnya dia langsung kembali ke kost, tapi Sammael memutuskan untuk mencari udara segar dulu.

Setelah beer kalengnya habis, dia melempar kaleng bekas itu kebelakang dengan asal.

"Aduh!"

Sammael mengernyit mendengar suara mengaduh itu. Dia refleks menoleh kebelakang, ke arah semak-semak.

"Sakit..."

Suara itu kembali terdengar. Sammael beranjak menuju semak-semak itu. Semak-semak itu hanya sebatas pinggang Sam, jadi dia bisa dengan mudah melihat apa yang ada di balik semak-semak.

Terlihat seorang pemuda sedang duduk meringkuk sembari memeluk kakinya, dia mengusap-usap kepalanya yang sakit akibat terkena lemparan kaleng.

"Heee, sepertinya ada kucing yang tersesat."

Pemuda itu mendongak menatap Sammael yang tersenyum padanya. Setelah itu dia kembali memeluk kakinya, dan membenamkan wajahnya di kakinya itu.

Sammael mengerutkan dahinya, dia lalu menerobos semak-semak dan duduk di sebelah pemuda itu.

"Hey. Lo ngapain di sini? Nggak takutkah? Ini malam-malam loh, kalau ada hantu gimana?" Sammael mencoba berbasa-basi. Dia rasa pemuda di sebelahnya sedang ada masalah.

Pemuda itu tidak kunjung menjawab, dia masih tetap meringkuk.

"Rumah lo dimana? Biar gue antar pulang."

Barulah pemuda mendongakkan kepalanya, dia menatap Sammael dengan mata berkaca-kaca, dan menggeleng ribut, "Nggak! Gamau! Gamau pulang! Tolong jangan bawa gue pulang."

Sammael mengernyit mendengar itu, "Lo lagi ada masalah sama keluarga lo?"

Pemuda itu kembali memeluk kedua kakinya, dia menggoyang-goyangkan tubuhnya, giginya bergemelatuk, sepertinya dia benar-benar ketakutan.

"Mereka jahat... Mereka benar-benar jahat. Gamau pulang..." Pemuda itu mulai meneteskan air matanya.

Sammael mengulurkan tangannya dan mengelus kepala pemuda itu, "Lo disakitin sama mereka?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya, "Bukan. Orang lain. Mereka mau menyakiti seseorang. Rencana mereka jahat... Jahat banget. Takut..." Pemuda itu kembali membenamkan wajahnya.

Sammael kembali mengernyit, dia tidak mengerti maksud pemuda di sebelahnya. Tapi kemudian Sammael menghela napas berat, "Yaudah, mau ikut gue ke kostan gak? Gabaik kalau lo di sini sendirian. Kalau ada orang jahat gimana?"

Pemuda itu kembali menatap Sammael, dia lalu menganggukkan kepalanya, "Mau."

Sammael tersenyum, apa pemuda di sebelahnya ini polos atau memang pikirannya sedang terlalu kacau, sampai dia mau-mau saja ikut dengan orang asing sepertinya.

"Yasudah yuk." Sammael meraih tangan pemuda itu dan menariknya. Pemuda itu bangkit dari duduknya dan mengikuti Sammael.

"Ugh."

Sammael menoleh ke belakang, dan ternyata pemuda itu sedang memegang kepalanya.

"Hey, are u okay?" Sammael memegang bahu pemuda itu.

Tidak lama kemudian pemuda itu ambruk pingsan, beruntungnya Sammael lebih dulu menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah.

"Shit." Sammael langsung mengangkat tubuh pemuda itu, dan menggendongnya bridal, Sammael segera berjalan menuju mobilnya.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang