49. Ciuman

34.4K 3.3K 155
                                        

Askar menghela napas berat sambil menatap pintu di depannya, di tangan Askar membawa nampan berisi makanan.

Tok tok tok

Askar mengetuk pintu kamar itu, "Visha, ini kakak."

"Masuk..." Avisha menyahut dengan lirih dari dalam kamar.

Askar lalu membuka pintu kamar itu, dan masuk. Setelah menutup pintu, Askar berjalan menuju ranjang Avisha.

Askar menatap sendu Avisha yang meringkuk di dalam selimut. Setelah menaruh nampan ke nakas, Askar duduk di ujung ranjang dan menepuk-nepuk tubuh Avisha, "Makan dulu yuk. Kamu belum makan."

Avisha sedikit membuka selimutnya, dia lalu menatap Askar dengan tatapan kosong, "Nggak mau..."

Askar mengelus pipi Avisha dengan lembut, "Harus mau. Kakak masakin khusus buat kamu loh. Masa gamau makan, sia-sia dong kakak masaknya?"

Avisha terdiam sebentar, dia lalu mendudukkan diri, dan menganggukkan kepalanya.

Askar tersenyum melihat itu, dia lalu mengambil makanan di nakas, dan mulai menyuapi Avisha.

Avisha menerima suapan Askar dengan lemas. Askar tersenyum senang karena Avisha sudah mulai mau makan meski 1 hari sekali. Semenjak kejadian beberapa hari lalu, Avisha terus mengurung diri dan menolak untuk makan ataupun minum.

Beberapa hari lalu, seorang pelayan tewas karena terjatuh dari tangga. Sialnya, Avisha ternyata melihat kejadian itu. Avisha mengatakan kalau dia sedang berjalan turun bersama dengan pelayan itu, mungkin karena sibuk mengobrol dengan Avisha, dan ditambah dengan bawaan yang banyak, pelayan itu terpeleset lalu terjatuh dari tangga.

Avisha yang melihat langsung kejadian itu langsung berteriak histeris. Lalu, dia jadi mengalami trauma semenjak saat itu. Avisha terus menyalahkan dirinya yang malah mengajak pelayan itu mengobrol.

Setelah makanan habis, Askar menaruh kembali makanan itu ke nampan, dan memberi Avisha minum.

Setelah selesai memberi makan dan minum, Askar mengelus lembut kepala Avisha, "Sayang... Jangan sedih terus ya. Kalau kamu begini terus, semua orang jadi khawatir. Lihat, kamu jadi kurus gini. Padahal dulu kamu ginuk-ginuk banget." Askar menekan pipi Avisha.

Avisha memeluk Askar dengan erat, dan mulai menangis, "Darah... Banyak darah..."

Hati Askar langsung terasa seperti ditusuk mendengar perkataan Avisha. Sangat wajar jika Avisha langsung trauma setelah melihat kejadian itu, dia masih kecil...

Askar balas memeluk Avisha dengan erat, "Tenang ya sayang. Ada kakak di sini." Askar mengecup puncak kepala Avisha.

Avisha terus menangis di dalam pelukan Askar. Askar sendiri tidak tau harus mengatakan apa, jadi yang bisa dia lakukan hanyalah memeluk Avisha, memberikan kehangatan yang tenang.

"Sayang?"

Askar menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara yang dia kenali. Arsenna.

Arsenna masuk ke dalam kamar Avisha, dan berjalan mendekat.

"Kamu mau ke mansion Allaver kan? Ayok aku antar, aku juga mau ke kost dulu." Arsenna berbicara sambil menatap Avisha dengan tatapan yang sulit diartikan.

Askar menganggukkan kepalanya, dia lalu memegang dagu Avisha membuatnya mendongak menatap Askar. Askar tersenyum lembut, dan mengelus pipi Avisha, "Sayang, kakak mau ke rumah adik kakak dulu ya. Kamu baik-baik di sini ya."

Avisha menganggukkan kepalanya dengan lemas. Askar lalu mengecup pipi dan dahi Avisha, "Kakak bakal cepat pulang kok. Nanti kita main ya."

"Aku siap-siap dulu." Askar berbicara pada Arsenna. Arsennapun menganggukkan kepalanya, Askar lalu berlalu dari sana untuk bersiap-siap.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang