42. Rencana

28.7K 2.9K 99
                                    

Notifnya masuk? Biasanya kalau up sore suka gak masuk.

😇

Arvie meregangkan badannya, "Capek, waktunya bobok cantik." Setelah mengatakan itu, dia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur.

Arvie baru saja pulang ke mansion keluarganya. Dia sampai mansion jam 1 dini hari, setelah itu dia langsung lanjut mandi, dan sekarang saatnya untuk tidur.

Tok tok tok

Baru saja Arvie menarik selimutnya, pintu kamarnya malah diketuk. Arvie mendengus kesal, "Siapasih yang ganggu malam-malam?!"

Arvie beranjak dari kasurnya dengan perasaan dongkol, dia lalu membuka pintu.

Arvie mengangkat alisnya melihat ternyata Allen yang mengetuk pintunya, "Ada apa kak?"

Allen tersenyum penuh arti dan menyerahkan sebuah buku, "Kakak mau kembalikan buku yang kakak pinjam."

Arvie mengernyit, dia tidak ingat pernah meminjamkan Allen buku. Tapi, Arvie tetap mengambil buku itu.

Setelah itu Allen beranjak pergi dari kamar Arvie, dan Arvie masuk kembali ke dalam kamarnya.

Arvie membuka buku yang diberikan oleh Allen. Dia lalu terkejut melihat sebuah kertas yang tersalip di dalam buku itu, Arviepun membuka kertas itu.

Arvie menyeringai membaca isi kertas itu, "Ah... Rupanya mereka sudah mulai bergerak."

Kertas itu berisi... Rencana penculikan dan pembunuhan Askar. Rupanya selama Arvie pergi, Aleyya dan Anka sudah melakukan rapat untuk menyingkirkan Askar, dan Allen juga diajak ke rapat itu. Tapi karena Allen ada dipihak Arvie, jadinya dia melaporkan hal itu diam-diam pada Arvie.

Arvie mengambil sebuah korek dari dalam laci meja belajarnya, dia lalu membakar kertas di tangannya. Arvie kembali menyeringai sembari melihat kertas ditangannya terbakar perlahan, "Sepertinya, 2 minggu itu terlalu lama ya..."

~~~

Flashback hari saat Arvie pergi ke Morpo

Allen memasuki mansion, dia baru saja pulang dari sekolah.

Allen menghela napas berat, "Capek banget, pengen cepat-cepat lulus." Kelas 12 itu benar-benar melelahkan, banyak sekali tugasnya.

"Tapi kalau sudah lulus kayaknya bakal lebih capek ya." Allen menatap langit-langit mansionnya dengan tatapan lelahnya.

Melihat bagaimana orang banyak mengeluhkan kehidupan pasca SMA, sepertinya kehidupan sesudah SMA lebih membuat lelah.

"Allen."

Allen yang baru akan memasuki lift membalikkan badannya mendengar namanya dipanggil. Anka.

"Iya bang?"

Anka berjalan menuju Allen, begitu sampai dihadapan Allen dia memegang kedua bahu Allen, "Allen kita harus bicara."

Allen mengernyit mendengar itu, "Bicara? Bicara apa? Kalau mau bicara, bicara saja."

"Tidak di sini." Anka melihat sekitar mereka. Dia lalu menarik tangan Allen, "Kita bicara di ruang bawah tanah."

Anka dan Allen lalu berjalan menuju ruang bawah tanah mansion. Begitu memasuki ruangan, rupanya Aleyya sudah menunggu di sana.

Aleyya menyambut kedua anaknya dengan senyuman lebar. Senyuman yang entah mengapa membuat Allen ingin muntah.

"Duduklah anak-anakku."

Allen dan Anka duduk di kursi depan Aleyya.

"Jadi, mari kita mulai rapat untuk membahas strategi menyingkirkan Askar." Aleyya menyeringai.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang