41. New Fact

27.5K 2.8K 73
                                    

Note : Askara sekarang dipanggil Savi

😇

Savian dan Arvie menatap tajam wanita tua di depan mereka. Savi dan Arvie kini sedang berada di rumah wanita yang melaporkan soal perselingkuhan Clara pada Dominic.

Tidak sulit mendapatkan alamat wanita tua itu, dia adalah salah satu orang paling tua di desa, semua orang desa mengenalnya.

Savian dan Arvie duduk di sofa di ruang tamu rumah wanita itu, dengan Savi yang masih menggendong Kiel di baby carriernya.

"Langsung saja, kami akan to the point." Arvie membuka pembicaraan.

"Apakah benar, 17 tahun yang lalu, anda yang memfitnah Clara Allaver sudah berselingkuh?"

Wanita tua itu tersentak kaget mendengar pertanyaan itu, "A-apa maksud anda? Siapa Clara? Saya tidak mengenalnya."

Savi menghela menghela napas, "Biarkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Askara Allaver, dan orang di sebelah saya adalah Arvie Allaver. Dan saya adalah anak dari Clara Allaver."

Untuk saat ini Savi tetap memperkenalkan dirinya sebagai Askara.

Wanita tua itu tercekat mendengar ucapan Savi. Anak Clara? Bukankah anak Clara sudah meninggal?

"Jika dijelaskan dari awal, mungkin akan jadi sangat panjang. Karena itu saya akan jelaskan intinya saja.

Ayah kami, Dominic Allaver. Mengatakan kalau 17 tahun yang lalu, saat ibu saya mengandung saya, seorang wanita menghampirinya dan mengatakan kalau ibu saya berselingkuh, hal itu lalu membuat ayah kami menjadi sangat murka hingga menyakiti ibu saya. Orang itu adalah anda kan?" Savi menatap wanita itu dengan serius.

Wanita tua itu menatap Savi dengan tatapan horror, "T-tidak, itu tidak benar! Saya tidak tau apa-apa."

Arvie menggertakkan giginya, dia membuka jaket bajunya hendak mengambil pistol yang dia bawa. Tapi, tangan Savi lebih dulu menahannya. Savi menggelengkan kepalanya, memberi tanda pada Arvie untuk bersabar.

Savi kembali menatap wanita tua itu, "Nyonya... Apa anda tau seberapa menderitanya ibu saya dan saya karena ulah anda?" Savi menatap sendu wanita itu.

"Saya dibesarkan tanpa cinta dari ayah saya, karena dia berpikir kalau saya bukanlah anaknya. Lalu ibu saya, dia pergi tanpa mengetahui kalau anaknya masih hidup. Semua itu... Karena ucapan anda. Saya tau, tuduhan anda itu sama sekali tidak benar. Ibu saya tidak mungkin melakukan itu.

Ayah saya yang terbakar amarah karena ucapan anda, terus menyakiti ibu saya di saat-saat terakhir dalam hidupnya. Dan saya harus hidup dengan dibenci oleh ayah saya sendiri. Nyonya... Apakah anda tidak pernah merasakan perasaan bersalah, satu kali saja? Secara tidak langsung, andalah yang menyebabkan kematian ibu saya. Ada sudah membunuh ibu saya.

Nyonya, kesalahan apa yang sudah dilakukan ibu saya pada anda, sampai anda tega membunuhnya seperti itu?" Savi menggigit bibirnya menahan tangis dan amarah.

Wanita tua itu meremat jarinya, dia mulai meneteskan air matanya, "Maaf... Saya minta maaf karena sudah memfitnah nyonya Clara. Nyonya Clara adalah orang yang baik, sangat-sangat baik. Karena itu semua orang di desa menyayanginya. Saat itu... Saya benar-benar terpaksa, sungguh..."

Savi menghela napas berat, "Kalau begitu, tolong beritahu kami, apa yang sebenarnya terjadi?"

Wanita tua itu menghapus air matanya, "Dulu, nyonya Clara selalu membantu orang-orang desa yang kekurangan, termasuk saya. Suatu hari, nyonya datang dengan seorang wanita lainnya. Dan ternyata, wanita itu adalah istri kedua dari suaminya. Aleyya Allaver.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang