Seorang anak kecil terlihat mengendap-endap keluar dari mansion megahnya. Dia tersenyum riang begitu melihat taman di depannya.
Dia adalah Arvie kecil. Arvie saat masih berusia 5 tahun.
Arvie kecil memang dibatasi setiap gerakannya, itu karena tubuhnya yang lemah. Bahkan untuk pergi ke taman di belakang mansion, dia selalu dilarang.
Arvie berjalan dengan riang. Orangtuanya sedang tidak ada di mansion, karena itu dia bisa lepas dari pengawasan.
Langkah Arvie lalu terhenti saat dia melihat seorang anak lainnya sedang berjongkok mengambil sesuatu.
Itu adalah Askara kecil. Askara terlihat sedang mengambil seekor burung yang sepertinya terluka, karena burung itu tidak bisa terbang.
Arvie bersembunyi dibalik tumbuhan, melihat apa yang akan dilakukan oleh kakaknya itu.
"Pasti sakit sekali ya. Tenang ya, aku akan mengobatimu." Askara tersenyum dengan sangat lembut, dan mengambil burung itu dengan penuh hati-hati.
Askara mengecup burung yang ada digenggamannya, "Aku akan mengobatimu sayangku, jadi bertahanlah."
Askara lalu berlalu dari sana, sepertinya dia akan kembali ke mansion dan mengobati burung itu.
Setelah Askara pergi, Arvie keluar dari persembunyiannya. Arvie tersenyum lebar, "Ternyata kakak bisa sebaik itu ya? Dia mirip seseorang..."
Itu adalah pertama kalinya Arvie melihat Askara tersenyum dan berbicara dengan penuh kelembutan. Biasanya, jika di depan Arvie, Askara hanya akan menatapnya dengan sinis.
"Jika saja... Jika saja kakak juga seperti itu pada, Vie. Pasti akan sangat menyenangkan." Arvie mulai membayangkan jika Askara bersikap penuh kasih sayang padanya.
😇
"Askar."
Askar yang sedang akan berjalan keluar kelas menoleh mendengar namanya dipanggil, Ivander.
Askar tersenyum senang, "Iya, Ivan?" Askar senang, karena akhirnya setelah beberapa hari Ivan kembali menyapanya.
Ya, sudah 3 hari semenjak Askar masuk sekolah lagi, selama itu juga Ivan terus mendiaminya. Ivan memang pendiam, tapi sebelumnya dia tidak pernah sampai menjauhi Askar.
"Hm... Malam ini lo ada waktu luang gak?" Ivan menggaruk belakang kepalanya karena gugup.
Askar memiringkan kepalanya, tampak berpikir, "Mungkin?"
"Gue mau ajak lo jalan-jalan lagi."
Askar tersenyum teduh, "Lihat aja nanti ya. Kalau bisa, nanti aku telpon."
Ivan tersenyum tipis mendengar itu,"Oke. Nanti hubungi gue aja ya?"
"Oke. Aku pulang dulu ya. Dadah..." Askar berlalu sembari melambaikan tangannya.
"Lo udah gila ya?" Arthur menghampiri Ivan, dia tadi mendengarkan pembicaraan Askar dan Ivander.
Ivan mengernyit, "Gila apanya?"
"Askar udah punya tunangan anjir?! Bisa-bisanya lo masih ajak dia jalan. Dan lagi, lo harus ingat tunangan dia siapa."
Ivan menghela napas berat, dia lalu tersenyum tipis, "Gue tau kok. Apa salah kalau gue mencoba untuk tetap menjalin hubungan baik dengan dia? Masa gue harus musuhin dia cuma gara-gara kena tikung..."
Ya, Ivan memang sudah dibuat jatuh cinta pada Askar sejak pertama kali bertemu dengannya, cinta pada pandangan pertama. Bagi Ivan, Askar adalah manusia paling indah yang pernah dia temui. Lalu, perasaannya semakin bertambah saat Askar tetap bersikap baik meskipun dia tau masalalu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara : Peace (END)
Teen Fiction⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh Askar lainnya. Askara Allaver. Remaja yang menjalani hidup yang berat. Askara asli mati karena jat...