Arvie membuka matanya, dia menatap sekelilingnya. Arvie mengernyit, kenapa dia tiba-tiba berada di tempat asing? Arvie kini berada disebuah padang rumput yang sangat luas. Arvie rasa dia sedang bermimpi.
"Arvie..."
Arvie menoleh mendengar namanya dipanggil, dia lalu tersenyum lebar melihat siapa yang memanggilnya, "Kakak!"
Ya, yang memanggilnya adalah Askara. Arvie berjalan menuju Askara dan memeluknya dengan erat.
"Hehehe, Vie kangen banget sama kakak. Untung ketemu di mimpi." Arvie menduselkan kepalanya ke leher Askara, menghirup aroma yang dia rindukan.
Askara membalas pelukan Arvie, dia lalu melonggarkan pelukannya, Askara mengulurkan tangannya mengelus pipi Arvie dengan lembut, terlihat kesedihan dari tatapannya, "Vie... Ada hal penting yang harus kita bicarakan."
Arvie mengerjap mendengar itu, "Hal penting?"
Askara menganggukkan kepalanya, dia lalu menggenggam tangan Arvie dan menariknya menuju sebuah pohon besar.
Askara lalu duduk menyender pada pohon di belakangnya, Arviepun mengikuti tapi dia berbaring di paha Askara.
Askara tersenyum teduh dan mengelus rambut Arvie dengan lembut. Arvie menutup matanya menikmati elusan pada kepalanya, dia memejamkan mata sambil tersenyum.
Tes
Arvie mengernyit merasakan ada air yang menetes ke pipinya. Arvie lalu membuka matanya, dan dia langsung terkejut melihat Askara yang sedang menangis.
Arvie mendudukan dirinya, dan menghapus air mata Askara dengan panik, "Kakak kenapa? Kenapa nangis? Ada yang sakit?"
Askara menatap Arvie dengan tatapan sedih, "Maaf... Maaf..."
Arvie terkejut mendengar itu, "Maaf untuk apa? Kakak gak bikin kesalahan apapun kok."
"Maaf... Atas semua perlakuanku padamu selama ini. Maaf karena aku berkali-kali menyakitimu. Maaf... Sungguh aku benar-benar minta maaf."
Arvie memeluk Askara dengan erat, "Tidak. Kakak tidak perlu minta maaf. Itu semua bukan salah kakak. Aku mengerti kenapa kakak melakukan itu, justru akulah yang harus minta maaf, maaf karena sudah tidak peka pada keadaan. Maaf karena aku sudah merebut semua kebahagiaan kakak. Maaf..."
Askara menggelengkan kepalanya, dia mengelus wajah Arvie dengan lembut, "Arvie... Ada satu hal yang harus kamu ketahui."
Arvie memiringkan kepalanya bingung, "Hal apa?"
Askara mengigit bibirnya, "Aku... Sebenarnya sudah meninggal."
Suasana seketika menjadi hening. Hanya ada suara angin yang berdesir, entah asalnya darimana.
Arvie tersenyum, lalu tertawa, "Apasih kakak ini. Bercanda kakak garing banget."
Askara lalu memeluk Arvie dengan erat, "Aku serius Arvie. Aku sudah meninggal."
Arvie terkekeh dan balas memeluk Askara, "Apasih kakak ini. Aku sadarloh kalau aku lagi mimpi. Lagipula, jelas-jelas kakak masih hidup, kakak kan sedang bersama Arsenna. Kita juga sempat bertemu beberapa waktu lalu."
Askara kembali terisak, "Aku serius... Arvie. Tubuhku memang masih hidup, tapi jiwaku tidak."
Arvie menghela napas berat, dia masih tersenyum, Arvie mulai berpikir mimpinya mulai menjadi aneh, "Kalau jiwa kakak sudah meninggal, lalu yang ada di tubuh kakak siapa dong?"
Askara melepas pelukannya, dia menakup wajah Arvie, "Tubuhku saat ini diisi oleh jiwa lain. Arvie... Aku benar-benar serius. Aku sudah meninggal sejak koma karena jatuh dari tangga. Lagipula, apa kamu tidak pernah merasa aneh saat 'aku' tiba-tiba berubah menjadi baik padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara : Peace (END)
Novela Juvenil⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh Askar lainnya. Askara Allaver. Remaja yang menjalani hidup yang berat. Askara asli mati karena jat...