44. Penculikan

24.7K 2.7K 78
                                    

"Askar! Besok datang ya ke rumahku." Zeevanya menyerahkan sebuah kertas undangan.

Askar menerima kertas itu, dia lalu menatap Zeevanya sembari tersenyum sumringah, "Uwahhh ulang tahun? Cieeee yang tambah tua."

Zeevanya menabrak-nabrakan kedua jari telunjuknya (👉👈), "Ehehehehe iya dong. Ehehehe, datang ya. Aku bakal sedih banget kalau kamu gak datang."

Askar terkekeh gemas, "Tentu. Aku pasti datang."

Tidak lama kemudian bell tanda pulang berbunyi. Askar langsung membereskan peralatan sekolahnya yang masih ada di meja, Zeevanyapun langsung cepat-cepat kembali ke bangkunya.

Anak-anak kelas Askar berbondong-bondong keluar dari kelas, sementara Askar masih tetap duduk di kursinya.

"Gak pulang, Kar?" Arthur yang baru akan keluar kelas bertanya.

Askar tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Duluan aja, mau santai dulu aku."

Arthur yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, dan langsung keluar kelas.

Askar menghela napas berat, dia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kelas, dia lalu menutup matanya dan tersenyum.

"Hari ini ya... Kita lihat bagaimana mereka menjalankan rencananya."

Jika sesuai rencana Anka dan Aleyya, Askar hari ini akan diculik. Askar memeluk dirinya sendiri, dia mengelus-elus lengannya, "Semua akan baik-baik saja kan? Tidak akan ada hal buruk yang terjadi kan?"

Sejujurnya, meski sudah direncanakan dengan baik, Askar tetap merasa khawatir. Dia takut ada hal-hal tak terduga nantinya, hal buruk yang tidak bisa dia hindari.

Askar menarik dan membuang napasnya, mencoba untuk tetap tenang. Dia lalu mengambil tasnya, dan berjalan keluar kelas.

Pembunuh bayaran yang disewa oleh Anka untuk membunuh Arsenna menghilang entah kemana. Ya, pembunuh bayaran itu menghilang.

Saat orang-orang suruhan Askar datang ke tempat pembunuh bayaran itu, mereka tidak bisa menemukan siapapun, yang mereka temukan hanyalah barang-barang orang itu. Sepertinya, pembunuh bayaran itu sudah berpikir akan kemungkinan kalau dia akan ketahuan dan dicari. Karena itu dia pergi dan meninggalkan barang-barangnya.

Mungkin karena itulah seharian kemarin Askar merasa khawatir. Tapi Arsenna meyakinkannya kalau tidak akan ada hal buruk yang terjadi.

Kemarin, mereka menyusun rencana untuk hari ini. Savi juga datang untuk ikut membalaskan dendamnya dan ibunya. Mereka juga sudah mendapatkan semua saksi yang dibutuhkan, Dominic juga bersedia untuk ikut dalam rencana mereka.

Askar menggigit kuku jari telunjuknya, "Kenapa... Kenapa aku terus merasa khawatir? Rasanya seperti hal buruk akan terjadi."

"Sayangggg!"

Askar menoleh mendengar suara yang dia kenali. Arsenna berlari ke arahnya dengan senyuman lebar.

"Kamu kenapa gak tungguin aku?" Arsenna menatap Askar dengan mata berkaca-kaca.

Askar mendengus dan tersenyum, "Aku mau tungguin kok, tapi di parkiran. Males ah nungguin kamu depan kelas."

Arsenna mengerucutkan bibirnya, "Kok gituuu?"

Askar mengulurkan tangannya mengelus wajah Arsenna, "Males digodain teman-teman sekelasmu."

Arsenna memiringkan kepalanya, "Siapa yang godain kamu? Biar aku hajar dia."

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang