27. Arvie (2)

41K 4K 96
                                    

Arvie memakan cookie miliknya dengan tenang. Dia sedang berada di perpus mansionnya, membaca sembari memakan cookie yang dicelupkan ke coklat panas. Bagaimana jika bukunya terkena air coklat dan jadi kotor? ya tinggal beli lagi?

"Duduklah, Xavier, Xaphie."

Xavier dan Xaphie adalah nama dari 2 pengawal Arvie yang selalu setia menemaninya. Mereka berdua kembar, walau tidak mirip-mirip amat.

Xavier dan Xaphie dulunya bekerja pada keluarga Nirvallen, lebih tepatnya Arsenna. Mereka adalah bawahan yang sangat setia pada tuannya. Saat Arsenna menyuruh mereka untuk bekerja pada Arvie, mereka langsung menurut.

"Maaf tuan muda. Tapi kami tidak bisa duduk di tempat yang sama dengan tuan kami." Xavier menolak perintah Arvie dengan hati-hati.

Arvie menghela napas berat, "Bukankah aku sudah bilang, kalau hanya ada kita bertiga kalian tidak perlu sungkan. Duduklah, dan ini adalah perintah mutlak."

Xavier dan Xaphie saling bertatapan. Mereka lalu duduk di kursi depan Arvie.

Arvie yang tadinya fokus membaca lalu mendongak menatap kedua bawahannya, dia terkekeh pelan, "Ambilah sebuah buku yang memang ingin kalian baca. Masa kalian mau duduk doang gitu."

Xavier dan Xaphie beranjak ke rak-rak buku, dan mengambil buku yang ingin mereka baca. Setelah mengambil buku, mereka kembali lagi ke tempat duduk mereka.

Ketiganya lalu fokus pada buku mereka. Arvie membaca buku soal bisnis, Xavier membaca buku sejarah, dan Xaphie yang membaca novel romansa.

"Apa kalian tidak ada niatan untuk melanjutkan kuliah?" Arvie bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya.

Xavier dan Xaphie agak terkejut mendapat pertanyaan itu.

"Sepertinya tidak. Kami sudah bersumpah untuk menghabiskan waktu hidup kami untuk melayani tuan Arsenna, dan sekarang melayani anda, karena anda adalah tuan baru kami." Xavier menjawab dengan tenang, dan Xaphie hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Arvie terkekeh pelan, "Kalian tidak perlu sampai seperti itu... Kalian bersumpah pada Arsenna kan? Karena sekarang tuan kalian adalah aku, itu artinya sumpah itu sudah tidak bisa bekerja lagi. Aku tidak berniat untuk membuat kalian bekerja padaku sampai seumur hidup..."

Arvie menghentikan sejenak ucapannya, dia lalu menatap kedua bawahannya dengan tatapan lembutnya, "Kalian berhak untuk hidup bebas. Aku akan memberikan kebebasan pada kalian setelah semuanya selesai. Kalian tidak terikat sumpah apapun padaku, dan akupun tidak ingin kalian membuat sumpah seperti itu. Hidup kalian adalah milik kalian. Karena itu, sebaiknya kalian melanjutkan kembali pendidikan kalian, untuk bekal setelah kalian lepas dari semua ini. Lagipula kalian masih terlalu muda, 20 tahun, sudah seharusnya kalian lebih menikmati hidup ini."

Arvie mengulurkan kedua tangannya mengelus wajah kedua bawahannya, masih dengan tatapan lembutnya, "Terbanglah dengan bebas seperti seekor burung. Lakukanlah apa yang ingi kalian lakukan."

Xavier dan Xaphie sama-sama tertegun dengan tindakan Arvie. Mereka berpikir, kemana perginya bocah cengeng yang selalu menangis setiap malam, atau menangis diam-diam di tempat sepi?

Ya, semenjak pertama kali mereka melayani Arvie, kesan pertama mereka adalah Arvie itu bocah yang hobi sekali menangis. Arvie sering sekali menangis pada tengah malam sambil memandangi foto kakaknya, sambil terus menerus mengucapkan maaf. Disaat seperti itu, biasanya Arvie akan meminta mereka berdua untuk menemaninya, dan mereka berdua hanya akan menontonnya menangis.

Lalu, terkadang saat Arvie keluar rumah untuk berjalan-jalan, dia akan pergi ke tempat sepi, lalu duduk di sana dan menangis. Arvie akan menangis sambil mengeluh kalau dia merasa tidak sanggup menjalani hidup.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang