3. Good Bye

65.8K 6.2K 210
                                    

Askar memperhatikan penampilannya di cermin, dia lalu menghela napas berat.

Hari ini dia akan sekolah untuk mengurus kepindahan. Hal yang membuat Askar malas adalah kemungkinan cacian yang akan dilayangkan oleh para penghuni sekolah, begitu dia datang nanti.

Tapi tidak apa-apa. Dia akan menghadapinya, toh ini hari terakhirnya di sekolah itu. Selain itu, Askar sendiri sudah terbiasa dengan cacian orang lain.

Di kehidupan pertamanya dulu, Askar sudah sering dibully, tentu saja karena status sosialnya. Tapi Askar tidak pernah mengambil pusing kelakuan para pembullynya, bukannya apa dia hanya... Terlalu lelah.

Askar mengambil tasnya, lalu keluar dari kamar.

~~~

"Kakak... Vie berangkatnya bareng kakak ya?" Arvie menatap memohon pada Askar.

Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa berangkat sekolah bareng dengan Askar. Besok Askar sudah tidak akan ada di rumah itu lagi.

Askar tersenyum lembut dan mengelus kepala Arvie, "Iya boleh."

Arvie langsung memeluk Askar dengan erat, "Makasih..."

Anggota keluarga Allaver yang lain hanya diam melihat pemandangan itu, toh setelah hari ini Askar akan benar-benar pergi dari kehidupan mereka.

Askar dan Arvie lalu berlalu dari sana, Arvie menggenggam tangan Askar dengan erat. Mereka ke sekolah naik mobil, biasanya Arvie berangkat sekolah dengan Allen, tapi untuk hari ini Allen akan mengalah.

😇

Askar membuka sabuk pengamannya, dia lalu menghela napas berat. Askar mencoba mempersiapkan diri untuk menerima cemoohan orang-orang begitu dia keluar mobil nanti.

"Kakak?" Arvie menatap Askar dengan bingung.

Askar menoleh dan tersenyum, dia lalu mengelus pipi Arvie, "Vie, nanti masuk ke gedung sekolahnya jangan barengan ya. Kita tunggu kak Allen dulu, Vie masuk bareng kak Allen aja, ya?"

Arvie mengernyitkan dahinya, "Kenapa harus bareng kak Allen?"

Askar tidak menjawab pertanyaan Arvie, dia hanya tersenyum sebagai balasan. Askar bingung bagaimana cara menjelaskannya.

Jika Askar masuk ke sekolah bersama dengan Arvie, orang-orang pasti akan semakin mencemooh dirinya. Askarsih tidak masalah, tapi Askar kasihan pada Askara asli, karena cemoohan itu sudah pasti ditujukan untuk Askara. Askara asli sudah tiada, tapi dia masih harus menerima kebencian seperti itu.

Arvie memeluk Askar dengan erat, Askar lalu mengelus lembut kepala Arvie, "Vie nanti belajarnya harus semangat ya?"

Askar berpikir, mungkin Askara akan kesal dengannya karena dia memilih untuk menerima Arvie, sedangkan Askara sangat membenci Arvie. Askar hanya tidak bisa membenci seseorang yang jelas-jelas tidak bersalah. Tentu ini bukan berarti Askar memaafkan orang lainnya yang sudah menyakiti Askara, karena bagian memaafkan itu haknya Askara bukan Askar.

Tidak lama sebuah motor ninja parkir di sebelah mobil mereka, itu Allen dan gengnya.

"Nah kak Allennya udah datang."

Askar dan Arvie lalu keluar dari mobil. Allen langsung menghampiri adik bungsunya itu, dia lalu membolak-balikkan badan Arvie, mengecek apakah ada luka atau tidak. Allen bernapas lega mengetahui tidak ada luka satupun ditubuh Arvie, itu artinya Askar tidak berbuat hal-hal jahat.

Teman-teman geng Allen mengernyit melihat Arvie ternyata datang dengan Askar, apa keluarga Allaver tidak khawatir jika Askar menyakiti Arvie?

Askar kembali mengelus kepala Arvie, "Karena kak Allennya udah ada di sini, kakak masuk lebih dulu ya."

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang