30. Trauma

45.9K 3.9K 100
                                    

"Jadi, sebenarnya kalian sudah saling kenal?" Askar bertanya pada Arsenna yang sedang memakai piyamanya.

Askar sedang bertanya perihal Kalanna. Penghuni baru kost, yang kedatangannya menghebohkan Arsenna dkk.

"Iya, kami sudah saling kenal sejak kecil." Arsenna yang selesai berpakaian berjalan menuju ranjang, dan merebahkan dirinya di samping Askar.

Arsenna lalu merubah posisinya menjadi tiduran di paha Askar yang sedang duduk menyender pada kepala ranjang.

Askar mengelus kepala Arsenna, "Kalau sudah saling kenal sejak kecil, kenapa kalian terlihat tidak suka dia di sini?"

Arsenna terkekeh mendengar itu, "Kami bukannya tidak suka, sayang. Kami hanya terkejut. Kalanna, atau kami biasa memanggilnya Lan, dia itu jaranggg sekali keluar rumah. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Karena itu, kami terkejut saat dia tiba-tiba memutuskan untuk ngekost."

"Lalu Kaisar? Kaisar sepertinya tidak suka dia ada di sini?"

Arsenna kembali terkekeh, "Kalau Kaisarsih, dia dan Lan memang sering bermasalah, atau sebenarnya Kaisarnya saja yang hobi cara masalah dengan Lan."

Askar mengernyit mendengar itu, "Maksudnya?"

Arsenna menghela napas, "Kaisar dan Lan itu... Sangat berbeda dalam memandang 'hidup'. Kaisar orang yang sangat ambisius, bagi Kaisar hidup itu harus penuh persaingan dan perjuangan, karena hidup hanya satu kali, jadi tidak boleh disia-siakan.

Sedangkan Lan, dia itu lebih pasrahan orangnya, dia hanya mengikuti arus saja, kemana arus membawa ya dia ikut saja. Bagi Lan, justru karena hidup itu hanya satu kali, mending dibawa santai saja.

Kaisar kurang menyukai orang-orang seperti Lan, baginya orang seperti Lan itu hanya menyia-nyiakan kehidupan saja. Karena itu, Kaisar melakukan berbagai cara agar Lan lebih niat hidup, seperti mengajaknya bertengkar setiap saat. Tapi semuanya percuma, Lan tidak pernah menanggapi perlakuan Kaisar dengan serius."

Askar menahan tawanya mendengar itu. Pasti capek sekali jadi Kaisar, nyari masalah sama orang, tapi orangnya malah gak peduli.

"Dah yok tidur. Besok harus sekolah." Askar menyingkirkan kepala Arsenna dari pahanya.

Askar lalu membaringkan tubuhnya, dan Arsennapun langsung memeluk Askar seperti guling.

Arsenna mengelus kepala belakang Askar dengan lembut, tatapan matanya menjadi serius, "Kayaknya malam ini bakal hujan. Kamu tau kan, kamu harus apa kalau aku lepas kendali?"

Askar menganggukkan kepalanya, dia lalu mendongak menatap Arsenna, Askar mengelus wajah Arsenna dengan lembut, "Aku tau. Tapi, aku juga percaya, kalau kali ini kamu pasti sudah benar-benar sembuh."

Arsenna terkekeh lalu mengecup bibir Askar, dan kembali memeluk Askar dengan erat, "Sudah ah kita tidur."

Askar menutup matanya mencoba untuk tidur.

Askar tidak mungkin lupa dengan masalah soal Arsenna, hujan, dan trauma. Semenjak kejadian beberapa waktu lalu, Arsenna sudah rutin mengikuti pengobatan pada mentalnya, dan perlahan Arsenna mulai berdamai dengan traumanya.

Trauma? Ya, Arsenna memiliki trauma. Askar mengetahuinya dari penjelasan Sammael.

Saat kecil, Arsenna pernah diculik. Saat diculik itulah, Arsenna mendapatkan perlakuan yang sangattt buruk. Meskipun Arsenna bisa kembali dengan selamat, tapi dia kembali dengan keadaan fisik dan mental yang berantakan. Semenjak itu, setiap hujan, Arsenna akan lepas kendali karena teringat kejadian penculikan.

Awalnya, Arsenna menolak untuk diobati. Dia akan sangat marah, jika keluarga atau orang-orang menyarankannya pergi ke psikiater. Tapi, semenjak Askar yang menjadi korban, Arsenna mulai mengikuti pengobatan, karena dia tidak mau menyakiti orang yang dia sayangi.

Askara : Peace (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang