1. Awal Kisah

3.4K 147 58
                                    

Vote dan komen ya guys

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Seorang pemuda terlihat duduk disalah satu kursi disebuah cafe, tangannya asyik memainkan ponsel ditangannya sesekali melihat ke depan.

Tak lama terdengar langkah kaki tergesa-gesa memasuki cafe, sontak pemuda itu mendongak dan tersenyum.

"Lama banget," gerutu pemuda itu, yang tak lain adalah Alfaero Revandra.

"Ya maap Fa."

Alfa mengangguk saja. "Kalian mau pesen apa?"

"Apa aja boleh lah," jawab Nevan sambil membenarkan rambutnya.

Nevan Melviano, cowok berwajah tampan dan mulut pedasnya, pandai membuat emosi teman-temannnya serta orang disekitarnya dan akan pasang badan jika terjadi sesuatu terhadap Alfa. Anak dari seorang Arsitek terkenal dikota besar ini.

"Aer kobokan aja Fa dia mah," celetuk Reno dengan santai.

Reno Dirgantara Sauqi, cowok humoris dan tak kalah tampan dari kedua sahabatnya, menganut kata hanya mencintai satu perempuan setelah Ibunya, anak dari seorang Dokter terkenal disalah satu rumah sakit terbesar dikota ini.

"Anjim lo Ren, lo aja sono." Nevan mendengus malas menatap sinis kearah Reno.

Alfa sendiri hanya menggelengkan kepala sambil tertawa kecil, sudah biasa ia melihat pertengkaran kedua temannya itu.

"Kak!" Alfa memanggil salah satu karyawannya, cafe yang sekarang Alfa dan kedua temannya singgahi ini adalah cafe miliknya, Asya cafe namanya.

"Buatin 3 cafe latte ya." Alfa menoleh kearah teman-temannya.

"Ada lagi?"

Nevan dan Reno menggeleng. "Itu aja udah."

Alfa mengangguk dan waiter tadi pun pergi membuatkan pesanan.

Kini, Reno menatap Alfa lekat. Matanya tak sengaja menatap dahi cowok itu yang sedikit kemerahan.

"Lo kenapa Fa?" tanya Reno serius.

Nevan yang sedang merapihkan rambutnya pun sontak menatap Alfa dengan kening mengerut.

Alfa menggeleng pelan, menandakan tak terjadi apa-apa, namun hal itu justru membuat kedua temannya tak percaya.

"Jawab Fa." Reno manatap Alfa tajam.

Alfa menundukkan kepalanya, walaupun umur mereka sama namun jika kedua temannya sedang dalam mode serius dan marah. Alfa tetap takut, itulah alasannya kenapa Alfa dianggap sebagai adik dari kedua temanya itu.

"Gue gapapa Van Ren," jawab Alfa dengan mencoba santai walaupun masih dalam keadaan menunduk.

Reno menghela nafas panjang, ia paham akan kondisi seperti ini. Dirinya tak kan memakasa Alfa untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Kalo ada apa-apa bilang kita ya Fa, kita siap kapan pun lo butuhin." Nevan menatap Alfa serius.

Alfa mengangguk pelan dengan tersenyum tipis. Dirinya sangat beruntung mempunyai sahabat seperti mereka. Sejak awal pertemuan mereka, sejak itulah Alfa merasa hidupnya sedikit lebih membaik.

"Tapi gue gak bisa lama-lama nih, Bunda bilang ada Om gue dateng dari Bandung." Reno menatap jam ditangannya.

Saat sedang mengobrol, seorang waiter datang dengan membawakan pesanan Alfa dkk.

"Makasih Kak," ujar Alfa dengan tersenyum.

Sang waiter hanya mengangguk sopan lalu berpamitan.

"Kaya cewek aja, apa-apa Bunda." Nevan menatap Reno julid.

"Mulut lo Van, mau gue robek?!"

Nevan justru tertawa pelan, ia sangat senang membuat temannya emosi. Sudah seperti hobi untuknya.

"Gitu doang baperan." Nevan kembali membuat Reno emosi, cowok dengan kesabaran setipis tisue itu menjitak kepala Nevan lumayan keras.

"Reno Anjing lo!"

Nevan pun membalas dengan menarik Rambut Reno kuat, lalu dengan kecepatan kilat berlari keluar cafe dengan terbirit-birit.

"NEVAN ANJIR SINI GAK LO." Reno sontak bangkit lalu mengejar Nevan.

"Fa! Hati-hati pulangnya, gue duluan kalo ada apa-apa kabarin gue cepet!" teriak Reno sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu cafe.

Alfa tertawa melihat tingkah absurd keduanya. Ia meminum minumannya sedikit lalu bangkit dari duduknya menuju ruangan miliknya.

Tak lama, beberapa menit kemudian Alfa keluar dan menuju parkiran.

Di perjalanan Alfa menikmati angin malam, suasana seperti ini yang Alfa sukai. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya ia sampai didepan rumah besar bercat putih.

"Assalamualaikum." Alfa memasuki rumahnya dengan pelan dan hati-hati.

Saat sampai di dalam, melihat kondisi sepi tak ada satupun orang ia hanya mampu menghembuskan nafas lelah.

Alfa melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan gontai. Setelah sampai dikamar, ia kemudian membuka ponselnya kembali dan mencari kontak seseorang. Tangannya bergerak lincah mengetik pesan untuk seseorang.

Alfaero Revandra
Ma, jangan pulang larut malam ya, Alfa gak mau Mama sakit karena kecapekan.

Setelah memastikan pesan itu terkirim, Alfa langsung merebahkan dirinya. Matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang jauh ke beberapa tahun silam saat usianya masih berusia 10 tahun.

"Andai masih ada waktu ya," monolog Alfa lirih.

Sekilas matanya menatap bingkai foto di meja belajarnya lalu tersenyum tipis.

Foto itu, foto yang mampu membuat Alfa nyaman dan rindu hanya dengan menatapnya.

***

Jangan lupa vote, komen sama follow guys gk boleh pelitt! Pencet bintang sama follow gk bayar kok dapet pahala malah karena nyenengin aku muehehe

Shere cerita ini ke teman-teman kalian, sodara dan semuanya yahh biar rame dan aku semangat nulisnya

See you next chapter

11 November 2023

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang