7. Drop

2.2K 70 14
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Alfa menuruni anak tangga dengan pelan, kepalanya menunduk menatap setiap pijakan anak tangga. Sampai dipijakan terakhir ia hampir terjatuh namun dengan sigap ditahan seseorang.

Alfa tersentak, tubuhnya menegap dan menatap siapa yang telah menolongnya. "Bibi?"

Bi Anin tersenyum, menatap anak majikannya hangat. "Iya Den ini Bibi."

Alfa tersenyum, dengan cepat memeluk wanita paruh baya itu, perlahan matanya berembun lalu dengan cepat mengurai pelukan itu.

"Mama Bi." Alfa mendongak menghalau air matanya sendiri yang siap menetes.

Bi Anin menatap kasihan kearah Alfa yang sudah dia anggap seperti putranya sendiri.

Hanya dua kata namun Bi Anin sudah paham apa yang dimaksud Alfa.

"Yang kuat ya Den, disini ada Bibi, ada Allah juga inget kan pesen Bibi waktu itu? Semua ada masanya dan waktu terus berjalan, kita gak tau apa yang akan terjadi dikemudian hari..berdoa aja semuanya membaik." Suara wanita itu terdengar parau, Munafik jika tak sedih melihat keadaan anak majikannya itu. Wajahnya terlihat pucat dan seperti lemas.

Ia biasa melihatnya.

"Makan dulu baru berangkat, Bibi udah buatin bubur buat Aden." Bi Anin menyodorkan semangkuk bubur hangat ke hadapan Alfa.

Alfa mengangguk, seperti biasa Alfa sarapan dengan sang Bibi.

Tanpa Mamanya, lagi.

***

"Woyy Fa tungguin!"

Suara teriakan dari belakang membuat Alfa menoleh. Tanpa menunggu Alfa tetap melajukan motornya dengan santai.

Reno melotot melihat itu, ia menambah kecepatannya hingga bisa menyamai Alfa.

"Anjir gue ditinggal, rese lo Fa." Reno menatap sebal kearah Alfa.

Alfa justru tersenyum, senang rasanya mengerjai temannya itu.

Reno baru sadar jika wajah Alfa terlihat tak bersemangat dan sebelah pipinya terlihat sedikit membengkak dan memerah.

Reno meringis dalam hati, dia sangat tau pasti itu adalah ulah Tante Vina, Mamanya Alfa.

"Siluman ular," umpat Reno dalam hati.

"Gue gakpapa Ren." Alfa tau jika temannya menyadari wajahnya yang berbeda, tak mau selalu dikhawatirkan temannya Alfa mencoba biasa saja.

Reno hanya mengangguk pasrah, keduanya menambah kecepatan. Kesempatan karena kebetulan pagi ini jalanan belum terlalu ramai.

Dari kejauhan, terlihat riuh lalu lalang kendaraan memasuki kawasan sekolah. Bahkan beberapa penjual ice cream dan jajanan lainnya mulai memadati area sebrang jalan sekolah.

Alfa dan Reno tiba tepat di depan gerbang, terlihat dari kaca spion  Nevan, cowok itu menyusul dari belakang.

Ketiga motor sport berbeda warna itu telah berjejer rapi di parkiran.

"Fa muka lo pucet gitu, lo sakit?" tanya Nevan memperhatikan wajah Alfa dengan seksama.

Yang ditatap justru terlihat santai seolah dirinya tak seperti yang dibicarakan teman-temannya.

"Gue b aja Van santai."

Nevan menggeleng tak percaya, matanya beralih menatap Reno meminta penjelasan.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang