58. Kabar duka

946 55 11
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

"Terus kita nanti jawab apa Raden kalo mereka tanya! Apalagi Agatha? Lo pikir dia bakal tenang-tenang aja ngeliat Alfa nggak masuk ujian? Pikir Den!"

Bentakan Nevan menggema di lobby rumah sakit, padahal jam masih menunjukan pukul 06.00 pagi, belum waktunya mengunjungi pasien, namun mereka tak perduli. Terlebih pemilik rumah sakit ini adalah orang tua Reno sendiri.

"Suara lo anjir, bisa-bisa kita diseret petugas keluar dari rumah sakit," peringat Reno.

Terlihat Raden mengacak rambutnya frustasi. "Gue lebih takut kondisi Alfa, Van! Agatha biar jadi urusan gue," ucap Raden lalu meninggalkan kedua sahabatnya.

Mereka sejak semalam sangat kalut, bahkan belajar pun menjadi tak fokus karena yang ada di pikiran mereka adalah kesehatan Alfa saja.

Raden pun sejak tadi berusaha menahan emosi sebab Nevan selalu menyudutkannya, ia pun sebenarnya juga bingung apa yang harus di ucapkan ketika sepupunya itu bertanya perihal keberadaan Alfa.

"Kita bisa kasih penjelasan pelan-pelan nanti Van, jangan selalu mojokin Raden, dia juga nggak kalah khawatir dari kita."

Setelah mengatakan hal itu, Reno meninggalkan Nevan seorang diri, membuat cowok itu seketika tersadar.

"Maaf Den, gue terlalu khawatir," lirihnya menyesal sambil mengikuti langkah Reno yang berada lumayan jauh darinya.

Raden dan Reno berhenti tepan di ruang ICU sesuai informasi dari Dokter Bram disusul Nevan dari belakang, tak lama dua orang Dokter keluar dari dalam yang tak lain adalah Dokter Bram dan Dokter Sonya.

"Kalian bener-bener kesini? Sekolah kalian gimana?" tanya Dokter Sonya beruntun.

Reno mengembuskan napasnya dengan melirik sang Ayah.

"Kita mau liat kondisi Alfa Bun," balas Reno singkat.

Dokter Bram masih diam, raut wajah yang terlihat penuh beban membuat Nevan segera bertanya.

"Om kenapa? Alfa bisa sembuh kan Om? "

Pertanyaan Nevan tak langsung dijawab, Dokter itu justru duduk di kursi tunggu yang tersedia.

Semua kompak mengikuti dan menatap serius.

"Kondisinya masih sama, Om dan tim medis udah berusaha tapi belum ada perubahan apapun," jelas Dokter Bram dengan nada frustasi.

Ketiganya tertegun, raut wajah gelisah dan takut nampak jelas di wajah mereka.

"Om Zidan? Udah tau?" tanya Raden, kali ini cowok itu mengeluarkan suaranya sejak tadi diam.

Dokter Bram mengangguk. "Zidan bilang pagi ini dia baru akan sampai di rumah sakit."

"Kita boleh jenguk nggak Om, sebentar aja?" tanya Nevan mewakili para teman-temannya.

Dokter Sonya melirik suaminya, namun Dokter Bram menggeleng pelan membuat ketiga remaja itu menekuk wajahnya lesu.

"Om nggak bisa kasih izin, ruang ICU nggak bisa sembarangan di jenguk, dan itu udah jadi peraturan rumah sakit," jelas Dokter Bram.

Mau tak mau mereka menuruti, itu pun untuk kebaikan Alfa juga, perlahan Nevan mendekat ke arah pintu dan menatap sendu seolah yang ada di hadapannya adalah sahabatnya.

"Fa, lo selama ini mampu ngelewati segala rintangan apapun, bahkan dititik tersulit pun lo bisa, kali ini aja Fa, lo bangun, demi kita semua, jadiin Agatha alasan terakhir lo untuk bertahan, lo nggak bayangin dia sesedih apa ngeliat keadaan lo? Gue harap sepulangnya dari ujian ada kabar baik."

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang