48. Hujan sore hari

628 40 5
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Suasana sekolah mulai sepi dan hanya tersisa beberapa orang saja, Alfa dan Agatha. Dua orang itu berjalan dengan santai menuju parkiran.

Suara guntur dan kilatan-kilatan cahaya menyambar-nyambar di angkasa. Sejak tadi hujan belum juga berhenti, suasana sekolah menjadi semakin horor sebab koridor-koridor yang terlihat gelap lantaran tak ada cahaya sama sekali, lantai pun basah karena air hujan.

"Nunggu reda aja, jangan diterjang nanti basah terus kamu sakit," ucap Agatha sambil menatap sekitar lalu beralih menatap Alfa.

Alfa tersenyum mendengar penuturan gadis itu. "Bawel banget ya sekarang, makasih lho udah ngingetin." Demi apapun, sejujurnya Alfa sangat bahagia dengan segala bentuk perhatian gadis itu kepadanya.

Langkah ke duanya terhenti tepat di dekat parkiran, Agatha mendongak menatap langit yang kian pekat, tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

Suara gemuruh guntur yang amat keras mengagetkannya membuat ia spontan memeluk Alfa dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang cowok itu yang tertutupi hoodie hitam.

Alfa tertegun, matanya menatap perlahan Agatha yang masih asyik memeluknya disaat suara-suara itu mulai hilang, perlahan tawa kecil terdengar membuat Agatha melepaskan pelukkannya dengan spontan.

"Kenapa ketawa?" tanya Agatha menatap Alfa kesal, padahal sebenarnya menyembunyikan salah tingkah karena ketahuan memeluk cowok itu.

Bukannya menjawab Alfa justru mengelus gemas rambut Agatha seraya tertawa kecil.

"Spontannya niat banget ya sampe nyaman gitu," ucap Alfa menjahili gadis itu.

Agatha memalingkan wajahnya menatap ke arah lain, tanpa mendengarkan ucapan Alfa kembali, kaki putih jenjang itu melangkah menuju salah satu kursi panjang yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Lagi-lagi Alfa tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya kemudian mengikuti dan duduk tepat di samping Agatha.

"Kenapa nggak berenti-berenti ya, lama banget." Sebenarnya Agatha juga kesal terhadap yang lain, ia dan Alfa sengaja ditinggal berdua sedangkan Reno dan lainnya pulang mengendarai mobil.

"Dia rindu, mungkin," jawab Alfa santai dengan terus menatap hujan bahkan matanya terpejam menikmati angin dan suara-suara rintik hujan yang terdengar semakin deras.

Kepala Agatha menoleh menatap Alfa dengan kening yang mengerut. "Maksudnya?"

"Iya, dia rindu sama manusia-manusia sedih, makanya dia dateng, bukan untuk menambah kesedihan tapi untuk menenangkan, caranya menang beda tapi bagi yang menyukai hujan, ini adalah obat."

Ucapan Alfa membuat Agatha tertegun, ingatannya kembali ketika semua fakta yang sebelumnya tak pernah diketahui terungkap begitu saja waktu itu, sakit, sedih, kecewa, marah dan segala rasa telah Alfa rasakan.

Bahkan sekedar untuk kembali mengeluh, Agatha berpikir cowok itu sudah lelah.

Alfa tetap bersikap biasa saja setelah mengatakan itu, ucapannya tadi adalah penilaian versi dirinya sendiri bukan alasan sebenarnya kenapa hujan turun dengan lama.

Alfa sangat menyukai hujan katanya hujan itu candu.

Keduanya diam, sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Alfa yang menikmati suasana hujan sambil kembali mengingat kejadian ketika dirinya dan gadis di sampingnya terjebak hujan kala itu.

Sepulang sekolah di sore hari di bawah langit hujan dan kini terulang kembali, sungguh momen indah yang tanpa sengaja tercipta.

Hampir 1 jam berlalu, hujan mulai berhenti dan hanya tersisa gerimis-gerimis kecil, langit hitam pun perlahan teralihkan, awan putih dengan sedikit cahaya di ujung sana mulai nampak bahkan suara bising kendaraan mulai kembali mendominasi.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang