18. Rasa penasaran

893 38 0
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, sejak tadi Agatha terus saja kepikiran tentang Alfa. Wajah yang sedikit pucat dan mimisan membuat Agatha sangat penasaran ada apa dengan cowok itu.

Apa memang benar hanya kelelahan atau ada hal lain, padahal tadi Alfa sudah memberitahukannya jika hanya kelelahan dan baik-baik saja.

"Kenapa gue jadi mikirin Alfa mulu coba," monolognya sambil menggelengkan kepala mencoba mengalihkan pikirannya tentang Alfa.

"Mending gue tidur aja deh." Agatha memilih membaringkan tubuhnya dan mencoba menutup matanya namun tak juga bisa tertidur, pikirannya tetap tak bisa dialihkan.

Karena kesal dan sangat penasaran, Agatha memilih menghubungi Raden pasti cowok itu tau sesuatu tentang Alfa sebab yang Agatha tau cowok itu berteman dekat dengan Alfa.

"Dari pada mati penasaran," gumam Agatha yang sibuk mengetik.

Agatha Queenesya
Aka gue mau tanya sesuatu.

Agatha menggigit kukunya melampiaskan rasa gugup yang mendadak menyerang, matanya fokus menatap room chat dan tak lama terlihat tulisan mengetik yang membuat Agatha semakin gugup.

Aka
Apa.

Agatha Queenesya
Tadi gue kan jalan bareng Alfa, muka dia keliat pucet banget dan sempet mimisan juga dia bilang gakpapa tapi gue kurang percaya, lo tau sesuatu tentang itu gak.

"Semoga dia gak mikir aneh-aneh deh, gue juga kan cuma penasaran," gumam Agatha meyakinkan dirinya sendiri.

Tak lama Raden membalas yang membuat Agatha menghela nafas panjang.

Aka
Dia gpp, klo kecapean mmg gtu.

"Mungkin memang bener kali ya, lagian kan memang dia tadi keliat cape," ucap Agatha berpikir.

Akhirnya Agatha mempercayai dan memilih istirahat tanpa berniat membalas pesan dari Raden.

***

Vina memasuki cafe dengan langkah terburu-buru, matanya menatap sekitar lalu tersenyum ketika melihat manager cafe ini dan mendekatinya.

"Saya ada perlu sama kamu," ujar Vina to the poin.

Orang yang dimaksud Vina adalah Zia, gadis itu terlihat sedikit kaget ketika melihat keberadaan Ibu dari pemilik cafe ini.

"Eh Tante, i-iya ada apa ya," jawab Zia berusaha sopan dan tak gugup.

"Jangan disini." Kemudian Vina mengajak Zia ke ruangan milik Zia yang bersebelahan dengan ruangan Alfa.

"Ada yang bisa Zia bantu Tante," tanya Zia kembali.

Vina berdehem lalu menatap Zia serius. "Saya mau minta bagian dari hasil cafe," ujar Vina dengan santai.

Mendengar permintaan Ibu dari pemilik cafe ini membuat Zia sedikit tersentak kaget namun dengan pandai Zia mengubah raut wajahnya.

"Maaf Tante, tapi Zia gak ada wewenang apapun tanpa ada perintah dari Alfa dan juga bulan ini uangnya belum lama diambil, maaf Tante." Sebenarnya Zia sangat gugup berbicara seperti itu namun bagaimana pun ia harus bisa tegas terlebih dirinya mengetahui bagaimana sifat wanita di depannya ini.

Vina menggeram marah, tatapan matanya menatap Zia dengan tajam. "Berani kamu ngebantah ucapan saya! Cafe ini milik orang tua saya kalo kamu lupa!"

Zia semakin gugup ketika mendengar Vina mengatakan hal itu namun sekali lagi ia harus bisa tegas, tak tega rasanya melihat Alfa yang terus saja diganggu Ibunya.

"Maaf Tante tapi Zia tetep gak bisa, Zia mohon Tante jangan buat gaduh disini," jawab Zia lagi.

"Semoga cepet pergi deh," batin Zia.

"Sialan," umpat Vina sembari menggebrak meja dengan keras lalu pergi begitu saja dengan wajah datar dan tangan mengepal.

Melihat hal itu Zia menghela nafas lega. "Astaga serem juga tante Vina kalo lagi marah."

"Kasian Alfa kalo liat kaya gini," gumam Zia sambil mengingat tentang Alfa.

"Semoga dia baik-baik aja," lirih Zia.

***

Guys vote komennya jangan lupa yah

Maaf banget kalo part ini pendek aku usahain part selanjutnya enggak deh><

See you next chapter

3 Januari 2024

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang