49. Pengumuman ujian

617 40 6
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Hari semakin malam namun pengunjung dicafenya masih tetap ramai. Ia dan Agatha keluar dari cafe menuju motor vespa hitam yang terparkir.

"Besok berangkat bareng mau?" tanya Alfa menawarkan, tangannya sibuk memakai helm dan mengeluarkan motor dari parkiran.

"Mau." Senyum manis terulas dibibir Agatha, setelahnya, ia naik ke motor dan melaju dengan kecepatan sedang, angin malam membuat Agatha mengeratkan hoodienya dengan sesekali mengusap langannya perlahan.

"Tapi pake sepeda ya," ucap Agatha lagi, Alfa sempat terkejut namun berhasil menetralkan rasa kagetnya.

Kepalanya mengangguk kecil seraya melirik ke spion, senyum gelinya nampak ketika melihat raut wajah Agatha.

"Kenapa mau pake sepeda, emang gapapa berdiri terus?" tanya Alfa penasaran, padahal sebelumnya ia ingin mengajak memakai motornya yang lain namun justru memakai sepeda.

Terdengar tawa kecil membuat Alfa kembali melirik singkat.

"Justru itu, aku pengen yang beda, bosen aja naik motor mobil terus ... sesekali naik sepeda nggak buruk bukan? Malah seru tau."

Akhirnya Alfa mengalah, jika dipikir-pikir ada benarnya, mencoba hal baru tidaklah buruk.

"Besok pagi aku jemput," putus Alfa akhirnya.

"Lebih pagi ya, nanti kita beli bubur ayam dulu!" seru Agatha antusias.

Sepeda hitam milik Alfa sudah berhenti di depan gerbang rumah Agatha, matanya menatap ke dalam rumah lalu mengambil benda pipih kemudian memberitahu gadis itu jika sudah sampai.

Selesai mengabari, Alfa tersenyum mengingat kejadian semalam, sepeda yang dinaikinya ini mungkin akan sedikit membuat kenangan indah nantinya, ia sudah tak sabar dengan itu.

Tak lama, suara seperti orang berlari terdengar, di sana Agatha menghampiri Alfa dengan wajah bahagianya.

Sepeda hitam dan sekolah SMANZA, kelak momen kecil itu akan menjadi bagian memori indah yang tersimpan.

"Beli bubur dulu ya, lagian masih pagi banget kalo mau berangkat juga," ujar Agatha yang baru sampai di depan Alfa.

Tangannya menunjuk ke arah cahaya matahari yang sedikit mengintip dengan malu-malu, cahayanya indah dan memanjakan mata.

"Sunrise nggak kalah cantik dari sunset ya, sama-sama indah," puji Agatha menatap kagum sunrise yang terlihat indah.

"Tapi mereka cuma sementara, dan nggak bisa bertemu," jawab Alfa ikut menatap.

Agatha menoleh. "Semua memang sementara, bahkan hujan sekalipun."

"Termasuk kita?" tanya Alfa lirih namun tak di dengar Agatha karena masih sibuk menatap sunrise.

Sejatinya, semua yang ada dibumi tak ada yang abadi kecuali yang telah Tuhan kehendaki, akan ada masanya pergi dan selesai, semua itu hanya tentang menunggu waktunya.

Namun terkadang sebuah perpisahan tak menunggu untuk berpamitan, ia bisa datang dan pergi begitu saja.

Perlahan, Alfa mulai mengayuh sepedanya dengan hati-hati, jam masih menunjukan pukul 05.55 pagi, jalanan masih lumayan sepi.

Sejak tadi Agatha tak melunturkan senyumnya, matanya menatap matahari yang kian naik. Semilir angin pun membuat rambut yang digerainya berterbangan tertiup angin.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang