61. Akhir kisah

637 33 0
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

Karena sejak awal, kita dipertemukan hanya untuk bersama yang sementara, bukan selamanya.
_Agatha Queenesya
.
.

Ujian hari ini baru saja selesai, semua murid berhamburan keluar kelas. Agatha, gadis yang sejak tadi hanya diam tidak berbicara itu mulai melangkah dengan pelan keluar kelas. Semuanya mulai sepi, karena tidak ada kegiatan ekstrakurikuler apa pun.

Bahkan Raden dan lainnya pun sudah terlebih dahulu keluar kelas sebab ia tidak mau berdesakkan jadilah ia terakhir. Namun matanya menangkap orang-orang yang baru saja dibicarakan sudah menunggu di parkiran.

"Ta," panggil Haura melambaikan tangannya.

Tanpa banyak berbicara, Agatha mendekat.

Nevan sedikit ragu ketika hendak memberikan dream book milik Alfa ketika melihat keadaan gadis itu yang jauh dari kata baik-baik saja.

Wajah pucat, kantung mata sangat nampak bahkan sedikit menghitam. Mungkin karena terlalu lama menangis. Lalu tatapan matanya yang mengisyaratkan kesedihan mendalam.

Tanpa diduga Raden merentangkan tangannya mengode Agatha untuk memeluknya membuat gadis itu paham dan langsung menghambur ke pelukkan sepupunya.

Tidak ada air mata, tidak ada isak tangis. Yang ada hanyalah gumaman kata menyakitkan yang keluar dari mulut gadis itu.

"Aka, ajarin gue ikhlas," gumam Agatha lirih tanpa didengar yang lain.

Raden tidak menjawab, melainkan semakin mengeratkan pelukannya seolah memberikan semangat lewat pelukkan itu.

Lama dalam posisi itu akhirnya keduanya melepaskan pelukan membuat Nevan dengan sedikit ragu mengulurkan tangannya yang terdapat dream book tadi.

"Punya Alfa, di sini mungkin ada banyak jawaban atas pertanyaan lo selama ini," ucap Nevan.

Agatha tidak langsung mengambilnya, ia masih bergeming. Otaknya masih mencerna ucapan Nevan barusan.

Apa ia sanggup? Apakah ia tidak akan terkejut nantinya?

Pertanyaan-pertanyaan itu seketika muncul ketika melihat ternyata itu adalah dream book. Sebuah buku yang pastinya penuh dengan impian dan cita-cita seseorang.

Dengan perlahan ia mengambil buku itu dan matanya menelisik keseluruhan buku. Ada rasa sesak yang lagi-lagi hadir. Melihat sampulnya Agatha yakin pasti Alfa sangat sering menuliskan apa pun yang diinginkan atau bahkan sekedar cerita singkat di sana.

"Lo bawa aja," ujar Nevan melihat reaksi Agatha yang terlihat terkejut itu.

Agatha hanya menatap mata Nevan sekilas tanpa berbicara apa pun namun laki-laki itu paham dan menganggukkan kepalanya.

Tanpa menunggu yang lain, Agatha melangkah dengan pelan menuju keluar gerbang, sementara Raden hanya bisa menatap dengan tatapan sendunya. Ia cukup terkejut melihat perubahan sepupunya atas kehilangan Alfa, seperti tidak ada semangat hidup.

"Lo nggak samperin dia? Gue yakin pasti sedih banget itu, apalagi sehabis baca dream book itu." Nevan sedikit heran kenapa sahabatnya itu hanya diam di tempat.

"Nanti, dia perlu waktu."

Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Raden kemudian laki-laki itu melangkah menuju lapangan dan memainkan bakset seorang diri di sana.

Reno, Nevan, Haura dan ada juga Arzan hanya menatap tanpa banyak berbicara.

Dan mereka memutuskan untuk pulang, tentang Agatha mereka yakin Raden tidak akan meninggalkan gadis itu begitu saja. 

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang