32. Diujung senja yang bahagia

709 39 0
                                    

Follow ig:@diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Bell sekolah telah berbunyi nyaring, para murid membubarkan diri. Termasuk Alfa dkk, namun mereka masih berada di koridor sekolah saat ini.

"Ke panti yuk," ajak Nevan tiba-tiba di sela jalannya.

Alfa dan Reno menghentikan langkahnya, kedua cowok itu secara bersama menatap Nevan.

"Kenapa natap gue kaya gitu? Salah kah?" tanya Nevan bingung.

Alfa yang akan berbicara secara cepat disela oleh Reno yang langsung merangkul dirinya sambil tersenyum lebar.

"Gass Van, ya gak Fa Den?" tanya Reno meminta pendapat.

Alfa tersenyum lalu mengangguk, jika dipikir-pikir sudah lama juga ia dan teman-temannya tak berkunjung ke tempat itu.

Tatapan Alfa beralih ke Agatha dan Haura, sejenak Alfa berpikir untuk mengajak kedua perempuan itu.

"Kita ikut boleh gak?" tanya Agatha sedikit ragu.

Nevan langsung menatap Agatha. "Boleh dong ya gak Fa?"

Alfa mengangguk tipis sambil tersenyum menatap Agatha yang juga tersenyum kepadanya.

Ke enamnya meninggalkan sekolah menuju panti jompo, di perjalanan Alfa dan Agatha mampir ke Asya Cafe untuk mengambil makanan yang akan Alfa bawa ke panti. Sementara teman yang lain menunggu di tempat lain.

Seorang waiter keluar dengan dua bungkusan besar berisi makanan pesanan Alfa.

"Makasih ya Kak," ucap Alfa menerima bungkusan itu.

Waiter itu membungkukkan badannya sambil tersenyum tipis, lalu pergi dari hadapan Alfa, sementara Alfa langsung menuju motornya yang sudah ditunggu Agatha di sana.

"Bawa ya," pinta Alfa menyerahkan bungkusan itu kepada Agatha.

Keduanya menyusul Reno dan yang lain yang menunggu di jalan Merpati.

Dilain tempat Nevan yang menunggu Alfa dan Agatha sibuk beradu argumen dengan Reno hanya perkara senja dan hujan.

"Heh dimana-mana senja lebih bagus dari pada hujan lah." Mata Nevan terus saja menatap tajam Reno yang sejak tadi sangat menyebalkan menurutnya.

"Hujan lebih bagus njir, auranya menangin, Alfa aja suka," sungut Reno tak mau kalah.

"Senja anjim senja," tekan Nevan tak mau kalah juga.

Reno melotot, tangannya bersiap akan memukul Nevan namun gerakannya terhenti ketika kepalanya ditonyor oleh perempuan di belakangnya.

Spontan Reno menoleh dan menatap tajam sedangkan yang ditatap justru ikut menatapnya tajam dirinya dengan tangan mengepal bersiap memukul kembali.

Nevan sendiri sudah terbahak melihatnya. "Bener Ra pukul aja si Renok itu ngeyel banget sih."

"Lo apa-apaan anjir main tonyor gue sembarangan!" sentak Reno dengan kesal.

Bukannya takut Haura malah memutar bola matanya malas. "Plis deh, perkara hujan dan senja diributin heran."

"Satu lagi, mau senja mau hujan semua indah kalo lo liat pake hati, kalo lo liatnya pake mata ya emang beda apalagi kalo lo gak suka!"

Benar apa yang dikatakan Haura, semua terlihat indah dimata yang menyukainya.

Pertikaian itu terhenti ketika motor milik Alfa terlihat dari kejauhan.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang