22. Hampir Mati

1.3K 44 3
                                    

Follow ig:@diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

Jika ada banyak takdir baik serta keberuntungan yang bisa didapatkan maka itu bukan untukku.
_Alfaero Revandra
.
.

Motor vespa milik Alfa melaju memasuki kawasan pemakaman umum. TPU Melati. Hari menjelang sore namun Alfa abai, kakinya melangkah perlahan menuju sebuah gundukan dengan nisan bertuliskan. Ajeng Aurista dan Adam Ramanda Abasya, kakek dan nenek Alfa.

Alfa bersimpuh dipusara nenek dan kakeknya, tatapan sendu dan mata yang berembun mulai mewarnai wajah tampan Alfa.

"Nek Kek , Alfa dateng," ucap Alfa lirih.

Alfa tersenyum tipis ketika ingatan tentang dirinya dan kedua nenek kakeknya kembali berputar dipikirannya.

"Alfa jadi kangen waktu itu," gumam Alfa.

Ajeng tertawa melihat tingkah cucunya, sedangkan Adam sang kakek juga menatap Alfa kecil yang asyik bermain air hujan.

"Jangan lama-lama nanti kamu sakit," pekik Ajeng kepada Alfa.

Alfa mengangguk semangat lalu kembali bermain hujan, tertawa dan berputar-putar dibawah hujan.

"Alfa suka hujan Nek! Hujan sekarang jadi temen Alfa, soalnya Alfa bahagia," teriak Alfa kepada Nenek dan Kakeknya yang memantau dirinya.

Alfa tersenyum tipis mengingat itu, masa di mana ia masih mempunyai dua orang hebat dalam hidupnya. Orang yang selalu ada di sampingnya dalam keadaan apapun, yang mendekapnya ketika lelah namun kini telah pergi. Menyisakan kenangan indah yang tak kan Alfa lupakan sampai kapanpun.

"Kek, cafe sekarang mulai ramai." Alfa mulai bercerita, tak peduli dianggap gila sekalipun karena berbicara dengan sebuah nisan.

"Alfa juga ganti dekornya, uangnya bisa Alfa gunain buat biaya sekolah dan hidup Alfa," katanya dengan nada yang amat pelan.

Alfa berhenti sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan ceritanya. "Tapi Mama, sekarang makin jauh dari Alfa."

"Alfa sendirian, andai waktu bisa diputar, Alfa pengen sama kalian terus." Alfa terus saja bercerita banyak hal, tentang dirinya sendiri dan sang Mama.

Tak terasa hari mulai gelap, senja pun perlahan memudar membuat Alfa beranjak dari sana dan meninggalkan area pemakaman.

Di perjalanan Alfa tak bisa fokus, entah kenapa ia merasa tak enak seperti akan ada sesuatu yang terjadi.

Sampai di rumah pun Alfa semakin gugup dengan perasaan tak menentu.

Dalam hati Alfa berdoa semoga sang Mama belum pulang jadi dirinya tak kan kembali mendapat amukan.

Mata Alfa mengedar menatap sekitar ruangan, Mamanya tak ada. Alfa bernafas lega. "Semoga Mama beneran belum pulang."

Namun harapan itu sirna ketika melihat sang Mama berdiri di depan pintu kamarnya dengan sedikit sempoyongan. Tatapan matanya tajam mengisyaratkan kemarahan yang tak main-main.

"Dari mana aja kamu!!"

Vina mendekat ke arah Alfa yang terdiam mematung.

Suara tamparan yang begitu keras terdengar memenuhi ruangan, sampai Alfa tertoleh. Vina kembali menatap tajam Alfa sambil mencengkam rahang putranya.

"Kamu anak sialan," ucap Vina sambil terkekeh.

Alfa memejamkan matanya menatap dengan tatapan luka ke arah Mamanya.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang