Follow ig: @diniisukmaa
Tandai typo dan selamat membaca!
*****
Hari ini, semua murid pulang lebih awal sebab para Guru mengadakan rapat serta acara pertandingan basket antar sekolah yang diadakan di SMANZA.
Suasana begitu ramai, lapangan dan parkiran dipenuhi para penonton yang didominasi murid SMANZA namun dari sekolah lawan pun tak kalah banyak yang ikut serta untuk melihat.
Alfa dan para sahabatnya yang baru tiba di lapangan dibuat kaget melihat area lapangan yang hampir penuh oleh penonton.
"Anjay penuh banget, pantes di kantin tadi sepi," celetuk Arzan di sela makannya, dengan mata menatap sekitar, tangan dan mulutnya sibuk dengan keripik kentang yang dibeli dari kantin tadi.
Reno pun ikut menanggapi. "Raden mana ya, si Es pasti nungguin bestienya nih, cari yok, gue tau di butuh semangat dari cowok ganteng macam gue."
Suara pukulan terdengar keras membuat Reno sontak menatap tajam ke arah Nevan.
Sang pelaku justru mengabaikan seolah tak terjadi apapun. "Justru kalo ada lo, dia bisa kalah, aura negatif lo kuat bikin dia muak apalagi muka buluk lo."
Sangat sadis, bahkan Agatha dan Haura yang sejak tadi diam mendadak tertawa apalagi Arzan, cowok itu sampai menepuk-nepuk punggung Reno karena tawanya.
"Temen anjing, lo aja jelek njir, liat noh Alfa yang ganteng aja diem aja," sungut Reno, ucapannya menggebu-gebu.
Tanpa memedulikan ucapan para sahabatnya, Alfa mengajak Agatha mencari tempat duduk.
"Mereka itu lucu ya, kadang akur kadang berantem," ujar Agatha seraya tertawa kecil ketika sudah menemukan tempat.
Belum sempat Alfa menjawab, para sahabatnya yang lain menghampiri dan duduk di sampingnya.
Haura pun duduk di dekat Agatha, lalu merangkul gadis itu dan menunjuk ke arah tengah lapangan yang didominasi cowok berbaju jersey.
Mata Agatha menyempit mengikuti arah tunjuk sahabatnya dan seketika berbinar ketika menyadari sepupunya yang tengah mengobrol bersama timnya.
Lambaian tangan dan teriakan darinya sukses menyita perhatian seluruh penonton bahkan tim basket lawan, tatapan mata terpusat ke arahnya begitupun dengan para sahabatnya.
Mendengar namanya dipanggil, Raden membalikan tubuhnya dan mendekat. Cowok dengan nomor punggung 04 itu terlihat sangat tampan berkali-kali lipat sore ini, ditambah bandana merah bermotif dengan sedikit sentuhan warna hitam yang sangat cocok dengan baju jerseynya, menghiasi kepalanya.
"Widih aura ketuanya kuat ya guys," kata Reno.
Raden mangabaikan ucapan Reno, tatapan matanya teralihkan ke sepupunya, tanpa diduga, elusan dikepala perempuan dengan bandana hitam bermotif lucu serta kacamata dan tawa kecil membuat pekikan histeris mulai terdengar.
"Bocah," kata Raden menatap sepupunya itu sedikit gemas lalu mengalihkan ke yang lain, sebelah alisnya naik kala tatapan aneh dari dua manusia heboh.
"Anjir, gitu doang padahal tapi rame, lebay banget mereka udah kaya nggak pernah liat cogan." Padahal sebenarnya hanya menyembunyikan rasa kesal saja.
Arzan mengabaikan Nevan yang menggerutu tak jelas, ia masih fokus menatap para siswi dari sekolah lain sampai hal itu pun disadari Alfa dan Reno.
"Jaga mata Zan, tatapan mata lo keliat banget kalo jomblo," ejek Reno kepada Arzan.
"Dibutuhkan kesadaran diri ya guys, sendiri jomblo ngatain orang," sindir Arzan dengan tatapan mata sinis.
Haura yang sudah pusing mendengar perdebatan itu langsung mengambil tindakan. "Bisa diem nggak? Sadar nggak kalo lo semua jelek! Pendek item banyak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa Dan Luka
Teen Fiction{Revisi tanpa menghapus keseluruhan part} Ini kisah tentang Alfaero Revandra, laki-laki malang dengan sejuta lukanya. "Andai raga ini bukan milik-Nya mungkin sudah hancur sejak dulu." "Terkadang yang terlihat baik-baik saja adalah yang paling terlu...