59. Bumi dan sedihnya

645 36 6
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

Tentangmu adalah seluruh cinta dan lukanya.
_Agatha Queenesya.
.
.

Di ruangan yang minim cahaya dan hanya diterangi lampu hias mini remang-remang. Agatha duduk termenung menghadap jendela kamarnya dengan tatapan kosong.

Hujan belum juga berhenti sejak tadi, seolah turunnya mendeskripsikan kesedihan perempuan itu.

Sore tadi, pemakaman Alfa dilakukan namun ia tidak datang, ketidak hadirannya membuat banyak sahabat dan para teman sekelasnya menanyakan keberadaannya.

Bahkan kehadiran Raden yang sejak tadi di rumahnya tidak dihiraukan.

Suara pintu terbuka pun tak mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Sayang makan dulu yuk, Bunda kamu masakin makanan kesukaan kamu, di bawah ada Raden juga yuk turun."

Rendy mengembuskan napasnya melihat tidak ada jawaban apa pun dari sang putri, dengan perlahan ia menghampiri dan duduk tepat di samping putrinya.

"Sayang," panggil Rendy dengan tangan mengelus lembut rambut putrinya.

Barulah Agatha bereaksi, ia menghambur kepelukkan sang Ayah, tidak lagi bisa menahan air matanya, ia menangis sambil terisak pilu.

Rendy paham apa yang dirasakan putrinya, berita kematian Alfa, laki-laki yang selalu datang untuk menemui putrinya itu ternyata sudah berpulang.

awalnya juga ia terkejut, bahkan hal ini sudah diprediksi akan terjadi, sebab kedekatan keduanya tidak lagi bisa ditutup-tutupi dan sebagai orang tua, ia juga ikut sedih melihat keadaan putrinya.

Semua orang tau bagaimana rasanya kehilangan, oleh karena itu ia memanggil keponakannya untuk menghibur putrinya atau setidaknya mau makan, itu saja Rendy sudah bersyukur.

"Yang sabar ya, Ayah paham kok rasanya gimana, kamu hanya perlu belajar untuk terbiasa dan ikhlas," kata Rendy dengan hati-hati.

Agatha menatap Ayahnya dengan wajah sembabnya, isakkan kecil masih terdengar.

"Tapi Yah, itu terlalu terburu-buru, nggak ada salam perpisahan dulu," ujarnya dengan isak tangis yang belum usai.

Semuanya bagaikan mimpi baginya, walaupun tentang ini ia sudah pernah memprediksi akan terjadi, namun ia tak menyangka akan secepat ini bahkan tidak ada kata-kata perpisahan sama sekali.

Rendy menatap sendu, tangan besarnya mengurai pelukkan itu dan beralih memegang kedua pipi yang berderai air mata itu.

"Dengerin Ayah, kamu percaya takdir? Kamu tau setiap yang datang pasti akan pergi? Semua itu ada masanya Sayang, Ayah yakin Tuhan ambil dia pasti Tuhan juga akan kasih pengganti yang lebih baik nantinya, belajar menerima ya Sayang."

Alih-alih tenang, Agatha justru emosi mendengar ucapan sang Ayah yang seolah-olah kepergian Alfa tidak terlalu penting baginya dan apa itu orang baru? Lukanya saja masih baru dan sang Ayah sudah membicarakan hal yang aneh menurutnya.

"Ayah nggak paham! Agatha tau tanpa Ayah perjelas tapi stop bicara seolah akan ada manusia sebaik Alfa sebagai pengganti! Dia terlalu sempurna buat ditemui di orang baru Ayah." Nada suara yang awalnya tinggi perlahan memelan di akhir diiringi suara serak bergetar menahan tangis yang akan kembali pecah.

"Ayah pergi," usir Agatha dengan nada sangat pelan, kepalanya menunduk membiarkan air mata itu berjatuhan membasahi tangannya sendiri.

Rendy menjadi merasa bersalah, ia menyesali ucapannya yang kurang tepat, dengan lesu Rendy beranjak meninggalkan putrinya sendirian tak lupa menutup pintu.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang