35. Kecurigaan Reno

734 33 1
                                    

Follow ig:@diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

"Anjir udah jam tujuh harus cepet nih," gumam Reno melangkah dengan cepat keluar dari kamar miliknya.

Namun langkah kakinya terhenti ketika mendengar obrolan dari kamar milik orang tuanya yang berada di sampingnya, pintunya sedikit terbuka dan ada sang Ayah di dalam.

Yang membuat Reno menghentikan langkahnya adalah ketika Ayahnya menyebut nama Alfa, rasa penasaran yang tinggi membuat Reno sedikit mendekatkan telinganya untuk mendengarkan pembicaran itu.

"Alfa baik-baik aja, spp juga udah lunas dibayarin tenang aja, gue selalu pantau," ucap Bram.

Kening Reno spontan mengerut heran, dengan siapa Ayahnya mengobrol dan kenapa harus membawa nama sahabatnya.

"Ayah ngobrol sama siapa sih?" tanyanya pada diri sendiri.

Terdengar suara tawa pelan dari Ayahnya, Reno menajamkan pendengarannya.

"Iya gakpapa, lagian lo juga selalu kirim buat biaya pengobatannya walaupun sebenernya tanpa lo bayar pun gue gakpapa."

Reno melebarkan matanya ketika mendengar ucapan tersebut, rasa penasaran semakin tinggi tentang siapa seseorang dibalik telepon itu.

"Dia yang udah bayarin spp dan biaya rumah sakit Alfa? Dia siapa anjim, gila gue kaget banget," monolognya seolah tak percaya dengan apa yang didengar.

"Terus hubungan dengan Ayah apa ya, Kenapa Ayah kaya nyembunyiin gitu, sial gue pusing sendiri," keluh Reno memijat keningnya yang sedikit berdenyut.

Reno sedikit melirik jam ditangannya, matanya melotot ketika jam mulai menunjukan pukul 07.12 pagi. Tanpa menunggu lagi dirinya menjauh dari depan kamar sang Ayah mengabaikan rasa penasaran yang amat besar.

"Baru sadar juga Ayah belum berangkat biasanya jam tujuh kurang udah gak dirumah, Bunda aja udah berangkat, aneh." Reno masih saja memikirkan obrolan tadi disela mengendarai motornya.

Jika tenang spp yang dibayar seseorang hingga lulus Reno tahu karena waktu itu Alfa sempat menceritakan di grup, namun yang membuat tak menyangka ialah Ayahnya ada keterlibatan dengan hal itu.

Entah mengapa Reno menebak jika seseorang itu sangat mengetahui tentang sahabatnya sampai penyakit Alfa yang sebenarnya tak diketahui banyak orang termasuk Agatha, perempuan yang saat ini dekat dengan Alfa pun orang itu mengetahuinya.

"Ah udahlah, nanti tanya langsung sama Ayah."

Reno menambah kecepatannya, selang beberapa menit motor miliknya sampai di area sekolah.

Terlihat di tempat parkiran biasa ia dan temannya parkir sudah terisi yang artinya Alfa Nevan maupun Raden telah sampai.

Reno melangkah dengan cepat menuju kelas, sampai matanya menatap Alfa dan Agatha yang sedang mengobrol bersama.

"Selamat pagi dunia tipu-tipu, sambuatan buat cowok ganteng mana oy!" pekik Reno dengan narsis.

Nevan yang sedang memperhatikan Haura pun sontak saja menoleh dan berdecak. Beberapa murid yang lain pun ikut berdecak dan ada juga yang mengabaikan.

"Lo butuh kaca Ren? Nih kebetulan gue bawa, ngaca gih seberapa gantengnya lo," ucap salah satu teman sekelasnya yang sontak saja mengundang tawa semua murid dikelas.

Alfa dan Agatha juga ikut tertawa sementara anak baru itu hanya diam memperlihatkan.

Raden sejak tadi diam-diam memperhatikan gerak-gerik siswa baru itu tanpa diketahui orang.

Dan hal tak terduga terjadi, Rayzan mendadak mendekat ke arah Alfa dkk dan berhenti tepat di depan Alfa dan Agatha, semua murid sekelas memusatkan perhatiannya seketika.

"Kenalan?" tanya Rayzan dengan sedikit tersenyum, tangan cowok itu terulur ke arah Agatha yang spontan membuat Haura Nevan dan Reno melebarkan matanya kompak, sedangkan Alfa kaget dibuatnya.

Merasa tak ada respon Rayzan berdehem berharap ada respon dari perempuan berkacamata itu.

"Gue Rayzan siapa tau kita bisa jadi teman dekat." ucapan itu lagi-lagi membuat banyak murid kaget termasuk Alfa yang mendadak kesal dibuatnya.

Melihat situasi seperti ini Nevan dengan sigap menerima jabatan tangan Rayzan bermaksud menggantikan Agatha untuk berkenalan.

"Tangan dia lagi gatel-gatel, liat tuh buktinya dia gak respon kan? Gue aja yang wakilin sama aja yakan, Namanya Agatha, udah?"

Nevan menaik turunkan alisnya sementara Rayzan menarik tanganya dan mengepalkan tangan tanpa diketahui banyak orang namun lagi-lagi Raden mengetahuinya.

Suara bell sekolah yang tiba-tiba berbunyi membuat Rayzan mau tak mau kembali duduk di bangkunya dengan kesal.

Alfa Agatha dan lainnya bernapas lega, jika saja bel itu belum berbunyi mungkin saja hal tadi belum selesai.

"Aku balik duduk ya," ucap Agatha tersenyum manis ke arah Alfa, sebenarnya bukan tanpa alasan Agatha berkata barusan ia hanya ingin Rayzan tau jika ia tak mau berdekatan dengan cowok itu.

Rayzan yang memperhatikan terlihat tak menyukainya sementara Alfa tersenyum tipis sambil mengangguk.

Haura sedikit menggeser duduknya mendekati Agatha.

"Risih gak Ta?" tanya Haura berbisik.

Agatha menoleh sambil mengangguk pelan. "Gue gak nyaman Ra." Ketika anak baru itu mengulurkan tangan tadi berniat mengajak berkenalan ia sangat kaget bukan main namun Nevan yang peka langsung menolongnya.

"Gue gak mau kenalan sama dia," batin Agatha.

Pintu terbuka menampilkan seorang Guru olahraga yang tak lain adalah Pak Baim. Namun sebelum Pak Baim berbicara, suara speker yang menggema menghentikan niatan Guru itu.

"Panggilan untuk Raden Arkanan Baswara, diharapkan segera kelapangan."

Kening Raden mengerut menatap Pak Baim sementara semua teman kelasnya juga ikut menatap dirinya.

"Eskul basket dapat undangan dari SMA ANGKASA, dan kamu harus merundingkan hal ini dengan anggota yang lain, Bapak tunggu dilapangan," ucap Pak Baim selaku Guru olahraga sekaligus pelatih tim basket SMANZA.

Tanpa mengatakan apapun Raden keluar dari kelas dengan wajah datar khasnya, meninggalkan para temannya yang sibuk membicarakan dirinya.

"Pak kapten dapet panggilan negara," ucap Reno menatap kepergian Raden.

"Asik kita nonton pertandingan dong nantinya." Nevan sangat menyukai basket namun cowok itu tak masuk ke eskul tersebut, ketika ditanya ia akan menjawab jika menyukai tak harus menguasai.

"Sepupu lo itu kalo dirumah emang gitu juga gak sih Ta, irit ngomong muka datar?" tanya Haura penasaran.

Bukannya membalas ucapan temannya Agatha justru tersenyum kecil. "Dia udah kaya gitu dari dulu, ngomong seperlunya dan muka datar dia emang bawaan kecil." Agatha sangat paham dengan sepupunya itu, sangat berbeda dari anak sebayanya sejak dulu maupun kini.

Tanpa Agatha sadari sejak tadi seseorang memperhatikannya dan Alfa menyadari itu.

"Mine."

***

Maaf banget kalo part ini pendek>>

Ramein kolom komentar yuk
Komen sebanyak-banyaknya jangan lupa vote juga yaa🔥

See you next chapter

6 Maret 2024

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang