5. Mereka

1.4K 77 19
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

Terkadang yang terdekat bisa menjadi asing namun yang asing bisa menjadi paling mengerti dan menyayangi.
_Alfaero Revandra

.
.

Bel sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, lingkungan sekolah pun mulai sepi bahkan lapangan basket yang biasanya ramai pun tak terlihat ada kegiatan sama sekali.

Dua siswi berjalan berdampingan dengan santai di koridor sekolah.

"Tumben lapangan sepi ya." Agatha menatap kearah lapangan yang biasanya diisi para anak basket.

Haura ikut menatap lapangan sekilas. "Mungkin latihan di SMA Garuda, biasanya mereka latihan bareng gitu setau gue." Ia mengingat kegiatan yang memang biasa dilakukan anak basket disekolahnya.

Agatha mengangguk tanda bahwa ia mengerti, matanya tak sengaja menatap kearah parkiran. Di sana ada Alfa dkk yang bersiap untuk pulang.

"Mereka temennya Alfa ya?" tanya Agatha, ia sangat ingat ketika berkenalan dengan beberapa cowok yang bersama Alfa dikantin.

Mata Haura sontak menatap kearah yang dimaksud Agatha lalu mengangguk.

"Iya mereka kan sahabat, bukannya gue pernah cerita lo lupa ya." Haura menggeleng sambil tertawa kecil.

Agatha mengangguk sambil menyengir, ia baru ingat jika Haura pernah menceritakannya.

Keduanya meninggalkan sekolah, beberapa menit setelah Alfa dkk lebih dulu meninggalkan parkiran.

***

Mobil putih milik Reno melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalalan di sore ini yang ramai kendaraan.

"Kita kesana enggak bawa apa-apa gitu." Reno melirik kedua temannya.

Alfa yang sedang membaca novel ditangannya pun langsung menaruhnya di tas dan menegakan badannya.

"Kita mampir dulu ke Cafe ya, ambil makanan yang mau dibawa kesana."

Reno melrik kearah Nevan, lalu mengangguk paham. Tak berselang lama, mereka sampai di Asya cafe. Alfa dengan cepat turun dan meninggalkan kedua temannya memasuki cafe.

Kemudian, Alfa kembali dengan bingkisan yang berisi makanan. Dengan sigap, nevan membukakan pintu belakang.

Alfa menaruhya di sampingnya, mobil kembali berjalan menuju tempat tujuan mereka.

Sekitar 20 menit kemudian, mobil mereka mulai memasuki sebuah gang yang lumayan masih bisa dilalui kendaraan beroda empat. Di ujung sana terlihat tulisan yang berdiri gagah. Yayasan Harapan Kasih, sebuah panti jompo yang sering dikunjungi Alfa dkk selama ini.

Memasuki pagar putih dengan pepohonan yang lumayan rindang di dalamnya, kedatangan Alfa dkk disambut dengan baik. Bahkan para Omu sampai bertepuk tangan dengan wajah berbinar melihat kedatangan tiga orang pemuda yang sudah mereka anggap sebagai keluarga sendiri.

Terlihat seorang wanita mendatangi Alfa dkk dengan senyum hangatnya.

"Yaampun kalian ternyata, Ibu kira siapa soalnya kedengeran suara mobil masuk halaman."

Wanita bernama Diana, pemilik yayasan ini. Bu Diana mengelola panti ini bersama sang suami dengan dibantu beberapa orang lainnya yang membantu mengurus semua para Omu. Ia terpikirkan membangun yayasan ini semata-mata karena ingin mengabulkan keinginan almarhum orang tuanya yang ingin membangun sebuah yayasan untuk membantu banyak orang. Bu Diana dengan ikhlas dan suka rela mengabulkan, dengan adanya para Omu wanita itu juga merasa memiliki banyak orang tua di sekelilingnya.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang