40. Asya Cafe

606 32 3
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

"Fa buruan! Keburu hujann!"

Alfa berjalan dengan langkah tergesa-gesa ketika suara Reno yang menggelegar diseantero sekolah masuk ke indra pendengarannya. Sementara sahabatnya yang lain sudah terlebih dahulu pulang, seperti Raden pulang bersama Agatha karena keduanya ada urusan keluarga dan Nevan yang mengantarkan Haura pulang.

Alfa mendongak menatap langit yang kian pekat, awan kelabu mulai mendominasi, sinar matahari pun sepenuhnya teralihkan. Suara angin kencang yang menggoyangkan pohon dan apapun disekitarnya menambah kesan mencengkam.

"Lo ngapain Fa ya Allah lama amat dah," gerutu Reno kesal menatap Alfa yang baru terlihat.

Alfa tak menjawab, cowok itu langsung naik ke atas motor milik sahabatnya dan tak lupa memakai masker kemudian menepuk pundak Reno yang sejak tadi diam.

"Anjir dah kek ojek aja gue," gumam Reno kesal namun tetep menjalankan motornya meninggalkan sekolah dengan cepat.

Alfa tertawa pelan dalam diamnya, "Emang enak gue kerjain," gumam Alfa tersenyum jahil.

***

Suara deru kendaraan yang berhenti di depan rumah membuat penghuninya keluar, terlihat seorang wanita menatap tajam Haura yang baru saja turun dari motor milik Nevan.

Wajah gadis itu terlihat tegang, Nevan mengamati dengan seksama.

"Nyokapnya kah?" batin Nevan.

"Siapa dia? Pacar kamu? kenapa gak pernah cerita? Gak cocok sama kamu, katanya berhijab kok pacaran," cibir Wanita yang Nevan tebak adalah Ibu dari Haura.

Haura langsung menggeleng cepat. "Bukan Bun, dia cuma temen Ura dan kebetulan dianter gak lebih," jawab Haura menyangkal.

Arisha Kinandita, Bunda dari Haura yang sejak sang adik lahir hingga sampai sekarang selalu membeda-bedakan dirinya. Perubahan itu terjadi membuat Haura sendiri merasa diacuhkan.

Disela perdebatan itu keluarlah seorang pria dewasa yang memakai pakaian santai.

"Jangan mencari-cari kesalahan putrimu sendiri Arisha, lebih baik selesaikan pekerjaanmu," usir pria itu dengan raut wajah datar.

Karena merasa tak ada pembelaan Arisha memilih masuk ke dalam rumah dengan wajah kesal.

Setelah kepergian Arisha, Davie Mahendra-Ayah dari Haura secara tak terduga menghampiri Nevan membuat cowok itu kaget.

"Namamu siapa?" tanya Davie dengan raut wajah tak seperti sebelumnya, jauh lebih hangat.

Nevan menelan ludahnya susah payah, ekor matanya melirik Haura yang berdiri di samping pria itu.

"Nevan Om, saya temennya Haura," jawab Nevan dengan sopan.

Davie mengangguk-angguk mengerti, tangannya menepuk pundak pemuda itu. "Makasih udah anterin anak Om, abaikan bundanya Haura tadi, dia memang seperti itu. "

"Ura, Ayah masuk dulu ya," ucap Davie lalu masuk ke dalam rumah.

"Iya Ayah."

Setelah memastikan Ayahnya pergi, Haura kembali menatap Nevan dengan sedikit menunduk. "Maafin Bunda gue ya, dan makasih udah anterin." Haura kembali mendongak dan tersenyum ke pada Nevan.

Nevan spontan ikut tersenyum lalu mengangguk. "Iya gakpapa, btw tadi itu bokap lo kan?"

Haura mengangguk. "Iya Davie namanya," jawab Haura.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang