28. Titik terendah

993 38 2
                                    

Follow ig:@diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

"Apa gak bisa besok aja Den," ucap Bi Anin kepada Alfa.

Alfa tersenyum lalu menggeleng pelan. "Alfa harus sekarang Bi, ada yang harus diurus."

Malam ini, Alfa terpaksa harus ke cafe, Zia--manajernya tadi memberitahu jika ada masalah penting yang harus dibicarakan malam ini, sebenarnya perempuan itu akan menjemput Alfa namun ditolak oleh cowok itu dengan alasan tak ingin merepotkan.

Untungnya teman-temannya tak tau, Alfa sengaja tak memberi tau karena tak ingin membuat mereka semua khawatir sekaligus memarahinya. Biarlah, Alfa sudah terbiasa seperti ini.

Namun ia tak melupakan kesehatannya, Alfa keluar menuju garasi, dengan mengenakan hoodie tebal serta masker, melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Alfa melirik kanan dan kiri sekilas, padahal baru menunjukkan pukul 20.00 malam, namun jalanan mulai sepi hanya tersisa beberapa penjual makanan saja.

Setibanya di cafe, Alfa disambut Zia yang sudah menunggunya didepan pintu cafe, wajah khawatir terlihat jelas di sana.

"Alfa kamu gak kenapa-napa kan? Harusnya tuh kamu nurut biar kakak aja yang ke sana," omel Zia, cewek itu sangat khawatir terhadap keadaan Alfa. Bagaimana tidak cowok itu baru saja keluar dari rumah sakit dan jika terjadi sesuatu maka dialah yang akan disalahkan.

Alfa tersenyum tipis. "Gak kok, buktinya Alfa gak kenapa-napa, udah ayo masuk."

Alfa meninggalkan Zia seorang diri membuat cewek itu hanya mampu menghela nafas lelah.

Di ruangan, Alfa tengah menunggu Zia sambil mengecek sesuatu di laptop miliknya.

Pandangan Alfa teralihkan ketika Zia masuk dengan membawa sebuah berkas lalu menaruhnya di meja.

Alfa membukanya, sampai matanya membelak ketika selesai membaca isi berkas itu. Pandangannya mulai sendu, Zia tak mampu menatap Alfa, ia hanya menunduk dalam.

"Alfa maafin kakak," lirih Zia dengan suara sangat pelan, ia takut sekaligus marah terhadap dirinya sendiri.

"Kapan Mama dateng kak?" tanya Alfa dengan suara yang mulai parau.

Zia langsung mendongak menatap Alfa yang mulai lemas dan sorot mata sendu mulai jelas terlihat. Lagi-lagi Zia menunduk.

"Waktu kamu di rumah sakit, dia ke sini dan langsung nemuin kakak, dia bilang mau gunain uang buat biaya pengobatan kamu, karena kakak tau kamu dirumah sakit, jadi kakak kasih. Kakak pikir dia menyesal karena udah nyakiti kamu tapi setelah kakak kasih dia bilang kalo kakak bodoh mudah dibohongi." Zia memejamkan matanya, rasa bersalah terhadap cowok di depannya ini sangat besar. Kata andai sejak tadi menghantui dirinya, jika saja tak semudah itu mempercayai mungkin tak kan berujung seperti ini.

Zia langsung berjongkok di depan Alfa membuat cowok itu terkejut dan langsung menyuruh perempuan itu bangkit.

"Alfa kakak minta maaf, kamu boleh marahin kakak atau potong gaji kakak juga gakpapa tapi kakak mohon jangan pecat kakak," pinta Zia dengan suara bergetar,

Alfa menggeleng cepat. "Ini bukan salah kakak, tapi ini salah Mama kak,  stop salahin diri sendiri, Alfa gak lupa gimana Mama."

Apa yang diucapkannya memang benar bukan, sampai kapanpun Mamanya tak kan pernah berubah, dan atas kejadian kemarin serta fakta ini sukses membuat Alfa kembali terluka untuk yang kesekian kalinya.

Seluruh psndapatan cafe habis diambil sang Mama, lebih tepatnya uang yang akan Alfa gunakan untuk membiayai hidupnya bulan ini. Mungkin kemarin sang Mama gagal namun kali ini wanita itu berhasil dan Alfa tak mampu melakukan apapun.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang