25. Rapuh

1K 38 4
                                    

Follow ig:@diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Alfa membuka matanya ketika Dokter Bram dan Dokter Sonya, orang tua Reno datang ke ruangannya dengan satu Perawat.

"Gimana keadaan kamu, apa udah lebih baik dari kemarin?" tanya Dokter Sonya sambil mempersiapkan alat-alat untuk mengecek keadaan Alfa.

Alfa tersenyum tipis lalu mengangguk. "Alhamdulillah Tante udah lumayan," balas Alfa.

Dokter Sonya tersenyum dengan tangan yang sibuk memeriksa Alfa.

"Masih sakit gak kepalanya? " tanya Dokter Bram.

Alfa menggeleng. "Udah mendingan Om, gak kaya kemarin."

Selepas diperiksa, Alfa mulai makan makanan yang sudah disediakan, sementara Dokter Bram dan Sonya pergi karena harus memeriksa pasien lain, Alfa dengan dibantu seorang Perawat untuk membantunya meminum obat.

"Udah," ucap Alfa halus sambil memberikan mangkuk kepada Perawat itu, lalu waktunya ia meminum obat.

Alfa meminum dengan dibantu Perawat kemudian setelahnya sang Perawat pergi dari ruangan setelah Alfa selesai sarapan dan minum obat.

Di keheningan ini Alfa teringat akan Mamanya, ketika malam itu ia disiksa habis-habisan oleh wanita yang telah melahirkannya. Tanpa ada raut wajah sedih bahkan bersalah, Alfa masih sangat ingat jelas dimana sang Mama mengatakan bahwa membenci dirinya.

Cairan bening lolos begitu saja, Alfa memegang kepalanya perlahan.

Bekas luka.

"Ma, kenapa semua jadi gini," gumam Alfa parau.

Dulu, ketika ia sakit Mamanya lah yang merawatnya hingga sembuh, ketika dia dalam bahaya Mamanya juga yang melindunginya namun kini wanita itu sendiri yang membuatnya terluka.

Mungkin ini memang takdir untuknya, jalan hidup yang sudah digariskan oleh semesta.

Tentang bahagia dan tentang kebersamaan cukup menjadi kenangan indah yang tak kan Alfa dapatkan kembali.

Sesuatu yang telah terjadi mungkin tak kan pernah terulang lagi.

Dan kini Alfa harus menguatkan dirinya sendiri, memeluk dirinya sendiri tanpa sosok Mama di sampingnya.

Perihal kesalahan dimasa lalu, itu tak sepenuhnya salah Alfa, mungkin memang takdir semesta untuk keluarganya bersama hanya sampai di sana, namun sang Mama tak pernah terima.

Ego yang menguasai diri menghancurkan segalanya, hal indah yang pernah tercipta dan impian yang telah direncanakan hancur begitu saja hanya karena sebuah ego.

"Tapi Alfa akan selalu sayang Mama, jangan khawatir Alfa bisa berdiri sendiri tanpa Mama."

"Apapun hampir udah Alfa lalui dan Alfa mampu bertahan sampai saat ini walaupun tertatih-tatih Ma." Jika saja tubuhnya bukan buatan Tuhan mungkin telah hancur sejak dulu.

Namun, semesta masih berbaik hati, cobaan apapun yang datang Alfa mampu melalui dan kini bersamaan dengan itu Tuhan titipkan rasa cinta kepadanya untuk seseorang yang telah lama dikagumi.

Skenario Tuhan memang indah bukan.

***

Sejak tadi Agatha terus menatap novel di depannya, namun pikirannya masih saja terfokus ke Alfa, tentang hubungan Alfa dan Mamanya, tentang kejadian semalam antara dirinya dan Alfa.

Ia masih tak menyangka jika luka yang Alfa dapatkan adalah atas perlakuan Mamanya, sebegitu kejamnya seorang Ibu sampai hampir membunuh putranya sendiri.

Agatha sampai penasaran, alasan dibalik kejadian itu, apakah ada sesuatu yang pernah terjadi dulu ataupun sekarang, entahlah.

Dan juga tentang pengakuan Alfa semalam dirinya masih sangat ingat.

Iya gue juga suka lo

Kalimat itu yang sejak semalam masih berputar diingatan Agatha, sampai pagi ini pun ia masih saja tak menyangka jika Alfa mempunyai perasaan yang sama dengannya.

Tanpa sadar senyum tipis terbit dibibirnya sampai Haura yang berada di sampingnya pun menyerit heran ketika melihat cewek itu terkadang tersenyum sendiri.

"Dia kenapa coba? Apa karena semalem ya," gumam Haura sambil menggelengkan kepala.

***

Jam pelajaran yang kosong dimanfaatkan Reno dkk untuk membolos ke rooftop sekolah, Reno yang duduk di lantai begitu saja sementara Nevan dan Raden yang duduk di sofa yang ada di sana.

Ketiga remaja itu memilih membolos lantaran jamkos, dari pada kekantin dan ketahuan Guru lebih baik di tempat ini.

"Gue kalo jadi Alfa mungkin milih nyerah dari dulu," tutur Reno membayangkan jika dirinya menjadi Alfa.

Nevan yang sejak tadi menatap bangunan di bawahnya pun ikut menimpali. "Gue juga mungkin gak akan kuat."

Helaan nafas kasar terdengar dari bibir Reno. "Tapi gila sih tante Vina, anjir banget tuh manusia." Reno jadi teringat ketika pertama kali menemukan Alfa yang tak berdaya di kamar waktu itu.

"Mana gak pernah keliatan lagi, abis nyiksa anaknya main pergi gitu aja, anj*ng banget," umpat Nevan dengan nada kasar.

"Hatinya mati," celetuk Raden dengan datar.

Nevan mengangguk. "Bener, entah di mana hati nuraninya."

"Untung Alfa kuat, untung bokap bisa tanganin dengan cepat dan untung Alfa selamat," ujar Reno mengingat-ingat ketika di rumah sakit akhir-akhir ini.

"Btw kira-kira semalem Alfa sama Agatha ngobrolin apaan ya, penasaran gue," tutur Nevan, selepas dirinya dan teman-temannya keluar, ia tak tau apa yang dibicarakan Alfa maupun Agatha.

Reno mengangkat bahunya. "Entah, mungkin pernyataan cinta," kekeh Reno asal.

Raden diam-diam tersenyum simpul mengingat kejadian semalam, mungkin apa yang dibicarakan kedua temannya itu benar, pikir Raden.

"Mereka berhak bahagia walau sebentar," batin Raden.

***

Vote, komen sama shere yaa guys, 1 notif dari kalian aku udah seneng banget loh, pahala kan bikin aku happy xixi>>

Lagi mode rajin ini, jadi bisa up cepet>>

Kalo ada typo atau kesalahan lainnya tandai aja ya

See you next chapter

26 Januari 2024

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang