56. Tragedi tentang luka

765 46 4
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

Akhirnya semua telah usai, yang pernah menjadi harapan besar kini harus benar-benar dilupakan bahwa tidak semua impian bisa digapai.
.
.


Bel pertanda ujian telah selesai berbunyi beberapa menit lalu, para murid mulai membubarkan diri. Ada yang kekantin, ada juga yang langsung pulang.

Dikarenakan ujian, mereka pulang lebih awal dari biasanya.

Diparkiran, Alfa dan para sahabatnya berkumpul.

"Gue balik dulu," ucap Raden singkat seraya berjalan menaiki motornya dan diikuti Agatha.

Kening Nevan mengerut. "Tumben?"

Melihat tak ada jawaban dari sepupunya, Agatha akhirnya memberitahukan.

"Setiap ujian gini, Ayah selalu batasi  gue buat main dan sebagainya, setelah ujian selesai, wajib langsung pulang dan itu harus Aka yang anter, di rumah pun, gue langsung belajar lagi, itu udah jadi kebiasaan dari dulu," paparnya.

Nevan, Reno dan Arzan terkejut sekaligus berdecak kagum.

"Keren banget bokap lo, pantes pinter," kata Nevan.

Arzan pun ikut menimpali. "Betul,ketat juga peraturannya."

Agatha hanya diam sambil tersenyum tipis.

"Kita duluan ya, " pamit Agatha ke yang lain.

Raden membunyikan klaksonnya ketika meninggalkan para sahabatnya, sementara Alfa hanya tersenyum tipis melihat kepergian Agatha.

Diam-diam Agatha sedikit menatapnya diiringi senyum manis tadi sebelum benar-benar meninggalkan area sekolah.

***

Alfa memasuki rumah dengan pelan, berharap sang Mama sudah di rumah, ia sangat merindukan wanita itu karena lama tak berjumpa.

Matanya melirik sekitar namun tak juga menemukan keberadaan Mamanya, ia membuang napasnya lalu berjalan menuju kamar, namun baru saja beberapa langkah seseorang memanggilnya dari belakang.

"Den, Noynya udah pulang tadi, sekarang ada di kamarnya."

Ucapan Bi Anin itu membuatnya tersenyum, apa yang ia harapkan akhirnya benar-benar terjadi.

"Alhamdulillah Mama udah pulang, kalo gitu Alfa ke kamar dulu ya Bi."

"Siap Den," balas Bi Anin.

Ketika melewati kamar Mamanya, sekilas telinganya mendengar alunan musik dari kamar itu. Ia kembali tersenyum tipis, sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya.

Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur, matanya terpejam, namun ponsel yang berada di sakunya tiba-tiba bergetar.

Ia melihat nama sang Papa tertera di layar, tanpa ragu ia langsung mengangkatnya.

"Waalaikumsallam Pa," jawabnya ketika mendengar salam dari Papanya.

"Hari ini udah mulai ujian kan? Gimana, lancar?" tanya Zidan beruntun.

Alfa tertawa kecil. "Alhamdulillah Pa lancar."

Di sana, Zidan ikut bersyukur mendengarnya dan mengatakan jika ia belum bisa pulang dalam waktu dekat.

"Papa nggak kerja? Kok telpon Alfa," ucapnya sambil melirik jam di nakas.

"Papa, hanya mau mastiin keadaan Afa, nggak boleh?" tanya Zidan diiringi tawa kecil.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang