60. Penyesalan yang terlambat

691 33 3
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Seorang wanita baru saja datang dan duduk tepat di depan dua wanita lainnya.

"Ada berita penting, dan lo harus tau," papar Cyra.

Wanita yang tidak lain adalah Vina itu menatap dengan malas, tangannya sibuk memainkan kuku-kukunya tanpa berniat mendengarkan ucapan Cyra sama sekali.

Sementara Dokter Sonya hanya diam menatap Vina dalam.

"Lo tau berita kematian putra lo? Lo manusia atau bukan? Kenapa hati lo keras?"

"Nggak ada sisi kemanusiaan sama sekali? Di mana peran Ibu di diri lo?" ujar Cyra dengan tatapan tajamnya, sebisa mungkin ia menahan emosinya untuk tidak menghajar wajah Vina yang masih terlihat santai.

"Terus?" tanya Vina balik dengan malas.

"Sialan! Lo memang iblis Vin, bener-bener nggak pantes di sebut Ibu," umpat Cyra yang tidak lagi bisa menahan emosinya.

Dokter Sonya mengelus punggung Cyra menenangkan.

"Apa dengan ngehancurin putra lo sendiri bisa ngebalikin Zidan ke pelukkan lo lagi? Di saat hatinya sejak dulu nggak ada lo? Kedatangan lo di hidup dia ngehancurin impian masa depan dia, dan dengan perlakukan lo ke Alfa apa bakal buat Zidan bangga? Mikir Vina, pake otak lo itu," jeda Dokter Sonya angkat bicara.

Jika menyangkut tentang Alfa, ia merasa sesak kembali, segala perjuangan pemuda itu selama ini sia-sia hanya karena kegilaan Vina.

"Harusnya lo bersyukur, walau nggak bisa sama Zidan lagi seenggaknya masih ada Alfa, hasil pernikahan lo dan dia, harusnya lo jaga, lo sayangi bukannya lo hancurin hidupnya."

"Sekarang apa? Zidan tetep nggak bisa lagi lo miliki dan putra lo juga pergi, selamat Vin ini kehancuran lo yang sesungguhnya."

"Renungin lagi, coba inget semua momen lo sama Alfa selama ini, gimana perjuangan lo mengandung dia sampe dia lahir ke dunia, gimana bahagianya Zidan waktu anaknya lahir, gimana momen kalian berdua besarin dia dengan penuh kasih sayang, coba lo posisiin diri lo jadi dia, apa gampang? Posisi dia serba salah Vin tapi walau lo udah berkali-kali nyakitin dia apa pernah keluar dari mulut dia benci sama lo? Dia tetep perhatian tetep sayang sama lo kan? Gue harap walau terlambat lo bisa berubah," ujar Dokter Sonya mengakhiri pembicaraan.

"Seenggaknya maafin dia, dateng ke makamnya, dia pasti seneng walau pun dia udah nggak bisa rasain gimana indahnya kata maaf dan ketulusan," tambah Cyra.

Vina mendadak diam mencoba mencerna ucapan demi ucapan dua orang di depannya, semua momen kebersamaan dengan keluarga kecilnya dulu mendadak hadir diingatannya. Dari yang bahagia sampai yang menyakitkan turut memenuhi pikirannya saat ini.

Tentang indahnya pernikahan dengan seseorang yang ia cintai.

Tentang kelahiran sosok yang selama ini dinanti.

Tentang perpisahan yang amat menyakitkan.

Serta tentang kehidupan setelah perpisahan.

Vina masih diam membisu, namun dikepalanya sangat berisik dengan memori-memori usang yang pernah tercipta.

Tanpa di sadari Vina, Cyra meletakkan sebuah diary book milik Alfa yang ia minta dari putranya semalam.

"Lo bisa baca ini, sekali lagi renungin Vin pake hati," tutur Cyra dengan menekan kata hati.

Dokter Sonya dan Cyra pun pergi meninggalkan Vina seorang diri yang tengah diam, namun matanya menatap kepergian keduanya sampai tak terlihat lagi oleh pandangan mata.

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang