53. Malam hari yang sendu

512 35 1
                                    

Follow ig: @diniisukmaa

Tandai typo dan selamat membaca!

*****

Setelah pulang dari cafe tadi, Alfa hanya berdiam diri di rumah, jam sudah menunjukan pukul 20.00 malam, 3 jam sudah Papanya pergi ke Bandung.

Kakinya melangkah menuju dapur untuk membuat secangkir minuman hangat.

Setelah jadi, ia kembali lagi ke kamar dan tak lupa menutup pintu, duduk di dekat jendela kamarnya menatap keluar dengan sendu.

Ponsel di nakas tiba-tiba bergetar, membuatnya langsung memeriksa tanpa berlama-lama.

"Papa," gumamnya melihat nama yang tertera di layar.

"Waalaikumsallam, Iya Pa kenapa?" Ia bingung kenapa Papanya kembali menelepon.

"Sepertinya Papa nggak bisa kembali dalam waktu dekat, urusan di sini banyak yang harus Papa selesaiin, entah sampe kapan, Papa minta maaf. "

Zidan membuang napasnya pelan setelah mengatakan itu, sedangkan Alfa hanya diam menanggapi.

Lama tak ada jawaban, Zidan kembali memanggil putranya.

"Afa?" panggilnya.

Alfa langsung tersadar dari lamunannya, "Iya Pa, maaf tadi Alfa naro teh," alibinya.

Padahal ia tertegun, entah kenapa ada rasa tak terima atas kepergian Papanya, padahal laki-laki itu hanya pergi untuk urusan bisnis.

"Maaf ya, lagi-lagi Papa ninggalin Afa," ucap Zidan dengan nada sesal.

Alfa tak ingin egois, Papanya sudah memilik keluarga baru jadi jika pergi untuk menemui keluarga barunya, itu adalah hal yang wajar.

"Papa juga udah lama nggak ketemu keluarga Papa kan di sana? Alfa paham kok Pa, Alfa akan baik-baik aja."

Ada rasa sesak ketika mengatakan itu, rasanya seperti kembali merasakan kejadian kala itu, marah, sakit semua bercampur menjadi satu.

Zidan yang mendengar penuturan putranya hanya diam dengan rasa bersalahnya yang besar.

"Papa tutup ya, jaga diri baik-baik, Papa bangga sama Afa, anak hebat yang selalu kuat."

Setelahnya panggilan itu terputus, Alfa melempar asal ponselnya ke kasur, ia meminum kembali teh hangatnya dengan terus menatap keluar. Gelap, sunyi, itulah yang selalu menemaninya sejak dulu, hidup dalam kegelapan sudah seperti teman baginya.

Hanya suara hujan dan hewan malam yang terkadang menemani.

"Mama nggak pernah bangga sama Alfa Pa," monolognya ketika mengingat ucapan Papanya tadi.

Ia tertawa kecil, meratapi hidupnya, kebahagiaan seolah hanya datang sebentar saja, sisanya hanya sedih, kesendirian dan rasa lelah yang menemani.

Munafik jika ia tak lelah dengan semuanya, sekuat apapun manusia akan ada titik di mana rasa lelah itu tak bisa lagi di jelaskan dengan kata-kata, hidup dengan penuh penderitaan sejak kecil membuatnya ingin menyerah namun terkadang di satu sisi lainnya keinginan untuk sembuh dan berdamai dengan Mamanya membuat ia harus tetap semangat menjalani hidup.

Dulu ketika masih ada Kakek dan Neneknya, ia masih mendapat kasih sayang walaupun sikap Mamanya tidak baik kepadanya sejak kala itu, namun prinsipnya waktu itu selagi masih ada Nenek dan Kakeknya ia akan tetap baik-baik saja, tapi ternyata Tuhan seolah tak membiarkannya bahagia lebih lama, Kedua orang yang ia amat sayangi telah di panggil Tuhan ketika umurnya masih sangat butuh perhatian dan kasih sayang.

Sejak itu, hidupnya kembali sepi, hanya ada kesunyian yang menemani di setiap sedihnya, bahkan kehadiran sang Mama sama sekali tidak bisa menjadi obat penenang.

"Kira-kira, apa gue bisa sembuh? Apa gue bakal mati," gumamnya sendiri.

Ia kembali teringat akan penyakitnya yang sejak lama di deritanya, berkali-kali kambuh bahkan beberapa kali juga hampir meregang nyawa.

"Lengkap banget penderitaan hidup lo ya Fa." Ia tertawa, kembali mentertawai hidupnya.

"Tapi saat ini gue punya cinta, cinta dari perempuan berkacamata yang gue temui di jalan malem-malem, walaupun nggak bisa di miliki."

Ia bangkit dari duduknya menuju tempat tidur, tak lupa menaruh cangir teh di nakas. "it's okay, seenggaknya sebelum lo nggak ada di bumi lagi lo pernah ngerasain cinta paling tulus dari seseorang." tawanya ringan dengan ingatan yang kembali terulang, tentang semua momen kebersamaannya dan Agatha selama ini.

"Walaupun tentang Mama semua nggak akan bisa di gapai."

Orang bisa mengatakannya gila, sejak tadi tertawa dan berbicara sendiri meratapi hidupnya, namun tak akan ada yang tau bagaimana rasanya jika belum ada di posisi itu.

Ponsel yang terus saja berdering serta panggilan yang masuk tiba-tiba, membuat ia menghembuskan napasnya sebelum akhirnya mengangkatnya.

"Fa lo di mana?" tanya Nevan dengan nada buru-buru.

Keningnya mengerut mendengar ucapan sahabatnya.

"Di rumahlah, kenapa?"

"Nah sip." hanya itu yang Nevan ucapkan lalu panggilan itu terputus.

Ia hanya mampu menggelengkan kepala dengan kelakuan Nevan.

Belum sempat ia menaruh, ponselnya kembali berbunyi namun kali ini panggilan vidio.

"Hai guys, kembali lagi dengan saya Nevan tampan sealam raya," ujarnya mengusap rambutnya kebelakang dengan gaya sombong.

Reno berdecih menatap sinis sahabat laknatnya itu. "Cih, sealam gaib mah iya."

"Anjir lo Ren," umpatnya tak terima.

Haura yang jengah pun mau tak mau ambil tindakan.

"Bisa diem? Mau gue santet lo pada?" tanyanya mengancam.

Seketika keduanya terdiam, terlebih saat melihat tatapan mata tajam dari Raden.

"Ok, kita belajar ... apa dulu ini," ucap Reno mengambil buku-bukunya, mengabaikan tatapan mata Raden.

Hal itu membuat Agatha tertawa kecil.

"Bahasa," jawab Alfa melirik Raden terlebih dahulu.

Anggukan kepala dari cowok itu membuat semua langsung mulai membuka buku-buku mereka.

Belajar kali ini mereka lakukan lewat panggilan vidio, bahkan Arzan pun ikut dalam kegiatan belajar itu, hanya saja cowok itu diam memerhatikan tingkah gila para temannya tadi.

"Pokoknya kita harus giat! Kita semua harus naik kelas dengan nilai terbaik!" ucap Nevan dengan semangat.

Hal itu memancing Arzan untuk mengejek. "Banyak bacot Van, lo aja mageran."

Celetukan Arzan mengundang tawa semua sahabatnya, bahkan Alfa pun ikut tertawa, sedangkan Reno sudah terbahak.

"Halu lo Van, lo sama Alfa, Raden, Agatha terus Haura aja lewat." Tawa itu bahkan belum juga reda membuat Nevan menekuk wajahnya sedih.

"Gue ternista."

*****

Haii guys, aku up lagi, yo bisa pencet vote dan komennya.

Oh ya aku mau kasih informasi, grup yang aku bicarain udah dibuat, untuk yang mau join bisa lewat link di bawah ini ya atau langsung buka di kolom komentar aja, aku taruh di sini juga.

Kalo ada yang tanya itu grup buat apa, jawabannya untuk informasi update dan seputar cerita Alfa, untuk ngobrol juga sama pembaca di sini biar lebih seru.

See you next chapter

10 Juni 2024


https://chat.whatsapp.com/Le2A1HBu7Xb21KIo6XbqDK
(link grup)

Alfa Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang