27. Their fear

1.9K 258 145
                                    

Hami masih memeluk papanya dengan air mata yang sama-sama membasahi pipi mereka, tangis keduanya menunjukkan bagaimana takutnya mereka setelah menyakiti Renjun dan Liam.

Gadis itu telah mendapat semua cerita dari papanya. Tentang babanya, kakeknya, auntynya, kakaknya, juga semua jenis luka di dalamnya. Dan sekarang ia merasakan bahwa ia seperti mengulang memberi luka, pada dua orang yang ia sayang itu.

Sekarang ingatan Hami tertuju pada kejadian tadi sore, bahwa ia baru saja menjadi penyebab Niall mengucapkan kalimat yang akan membuat kakaknya sedih, ia sudah jahat pada kakaknya.

"Papa, kak Niall tadi mengatakan ingin berhenti dengan kakak." Isak Hami, ia merasakan sesak membayangkan jika dirinya menjadi sang kakak yang mendapat penolakan dari papanya. Lalu sekarang mendapat sedih karena adiknya. Hami tau ia begitu bersalah pada kakaknya.

"Aku yang membuat hal itu terjadi."

Jeno memejamkan matanya, saat itu ia pernah mengatakan pada Liam bahwa ia akan berada di sisi Liam jika ada anggota keluarganya yang menentang hubungan putranya itu. Tapi, Jeno tak menyangka bahwa lawannya itu adalah putrinya sendiri.

"Hami, kau tau kakakmu akan sedih." Ucap Jeno, mengingat bagaimana tatapan Liam saat bersama Niall. Juga khawatirnya anak itu saat tau Niall mengalami sesuatu.

Mendengar ucapan papanya, Hami mengangguk, ia tau hal itu. Sekarang ia mengeratkan pelukannya pada sang papa. "Aku minta maaf, pa. Aku membuat kakak dan baba sedih lagi, aku juga telah berbuat jahat pada kesayangan kakak.." anak itu menarik napasnya dengan berat.

"..aku membuat kak Niall menangis." Hami ingat Niall yang mengatakan semua kalimatnya dengan air mata, meski terlihat ada sebuah amarah juga dalam matanya.

"Kak Niall menangis dengan papinya, aku mengatakan hal tak menyenangkan. Siena bilang aku salah, ayah kak Niall juga bilang aku lancang." Sebenarnya setelah semua cerita dari papanya, Hami semakin tak tenang. Ia takut.

Karena keluarganya yang ia ketahui begitu manis dan dipikir begitu ia kenal saja ternyata memiliki masa lalu penuh tangis sedih, lalu bagaimana keluarga kak Niall yang hanya ia ketahui satu fakta? Hami mulai takut, jika ia telah melakukan salah yang lebih lagi.

"Apa? Apa yang kau ucapkan?" Jeno melepas pelukannya, menangkup wajah putrinya sembari mengusap lelehan air mata gadis itu.

Menatap mata papanya, Hami semakin sedih. Perlahan ia mulai menemukan gambaran, bahwa ia hanya akan membuat kecewa papanya itu. Hami pun menggelengkan kepalanya keras-keras, merasa takut untuk mengatakannya. Tapi beberapa saat kemudian.

"Papi kak niall itu—  bekas pelacur." Tangan Hami meremas lengan papanya yang langsung lepas dari wajahnya, anak itu tau ia benar membuat papanya kecewa lagi.

Jeno mematung, tubuhnya kaku mendengar putrinya mengatakan hal itu.

"Hami, siapa yg mengatakan hal itu padamu?" Tanya Jeno penasaran. Dari mana Hami tau tentang papi Niall?

"Ia bekas uncle Eric, aku tau itu." Tangis keduanya telah reda, karena pembicaraan mereka kembali pada hal serius yang membuat keduanya tegang.

Kini Jeno tak habis pikir kenapa Eric mengatakan hal itu pada Hami? Pada anak yang bahkan belum sepenuhnya dewasa?

"Kenapa kalau papi kak Niall bekas pelacur?" Jeno ingin tau juga alasan sesungguhnya Hami berani seperti itu.

"Ia tak boleh dengan kakak, kak Niall punya orangtua yang pernah jadi orang tak baik. Aku takut kalau kak Niall pun seperti papinya, dan tak sepenuhnya mencintai kakak." Cicit Hami, mulai takut dengan mata papanya yang tiba-tiba tak menunjukkan tatapan berarti untuknya.

A Thousand Winds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang