Remembered the Winds

1.6K 169 66
                                    

Liam dan Renjun duduk menghadap ke arah halaman belakang, sementara Hami tengah diantar Jeno untuk kembali menyimpan Flo di rumah tuan Huang. Setelah kemarin Hami benar-benar mengurung kucingnya itu seharian penuh, dari pada kakaknya merasakan lagi alerginya Hami memilih berbicara pada Flo agar kucingnya itu menahan keinginannya untuk bermain sepuasnya nanti.

"Siapa barusan? Damien?" Renjun menatap Liam yang baru saja menutup panggilan telpon.

"Iya, urusan Zach mulai membaik."

"Padahal sudah sebulan berlalu, tapi baru membaik?" Renjun sempat mendengar cerita itu sekilas dari Liam.

Liam mengangguk. "Tadinya Mia tak mau ditemui Zach, dan beberapa minggu lalu akhirnya Mia mau bertemu lagi dan mengatakan kalau ia tak hamil. Barusan Damien bilang Zach dan Mia memutuskan berdamai, dan tak mengungkit lagi kejadian itu."

"Tadinya kalian mengira Mia hamil?" Tanya Renjun.

"Sebenarnya saat Mia bangun dan sadar sudah tidur dengan Zach, ia juga sadar mereka melakukannya tanpa pencegahan apapun. Mia takut dirinya hamil dan juga takut Zach tak mau bertanggung jawab.."

Renjun agak- kaku mendengar itu.

"..Mia menangis dan terus mengatakan kalau sampai ia hamil, ia akan menggugurkannya." Liam melanjutkan.

Wajah Renjun memucat tanpa Liam sadari.

"Itu, buruk. Situasinya kacau..." Liam masih menceritakan segalanya.

Sementara Renjun semakin merasakan dadanya berdebar, juga tubuhnya yang seolah kehilangan rasanya. Ia nyaris tak merasakan remasan tangannya sendiri.

"Liam, kalau Mia ingin menggugurkannya- " Pertanyaan Renjun terasa begitu sulit ia keluarkan.

Tapi Liam seolah mengerti maksud babanya, ia melirik Renjun yang menatap halaman belakang dengan wajah serius. Liam mengerutkan dahinya samar melihat wajah serius babanya.

"Itu Zach yang putuskan, ia yang harus bertanggung jawab untuk semuanya. Tapi baba, Mia terus menangis mengatakan akan mengaborsinya, ia begitu histeris setiap mengatakan kemungkinannya hamil." Liam meringis mengingat kedatangannya pagi itu, disambut jerit histeris Mia yang terlihat begitu emosi. Damien pun sampai kebingungan menghadapi itu, dan Damien justru menghubunginya? Padahal Liam juga sama bingungnya saat sampai disana.

"Aku baru memikirkan ini, Mia sudah menyesal karena tidur dengan Zach, kalau ia melakukan aborsi juga pada bayinya mungkin saja ia akan tambah menyesal. Itu akan jadi kekacauan untuk Mia sendiri." Celoteh Liam.

Renjun menelan salivanya, menatap putranya ragu. "Liam menurut Liam yang terjadi pada Zach dan Mia, salah siapa?"

Liam mengernyit kemudian menjawab. "Dua-duanya."

Kali ini Renjun jauh lebih berdebar akan apa yang ia tanyakan, sebagian besar pembicaraan mereka barusan penggambaran bagaimana masa lalu Renjun dan Jeno dulu. "Liam, kalau Mia benar mengaborsi bayinya menurut Liam benar atau tidak?"

Liam memikirkan Mia yang masih kuliah, ia agak mewajarkan keinginannya untuk tak memiliki dulu anak. Tapi... "Memangnya tidak sayang ya?" Liam tak mengerti pikiran Mia.

Renjun menahan napasnya.

"Itu anak Mia sendiri, walau mungkin bukan Zach yang ia inginkan untuk jadi pasangannya. Tapi itu tetap anak Mia juga." Liam tak tau apa yang ada dibenak Mia saat mengatakan itu, tapi menurutnya agak disayangkan kalau Mia sampai berani seperti itu pada anaknya sendiri.

Liam pikir itu adalah hal jahat, meskipun bayinya baru tumbuh ia tetap anak orang tersebut. Dan Liam pun mulai menganggap Mia orang yang bisa begitu jahat, karena keegoisannya.

A Thousand Winds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang