24. Worried

1.7K 259 119
                                    

Begitu membuka matanya, Liam sudah menemukan sang baba di kamarnya. Tak ada yang dilakukan Renjun selain duduk di sofa yang ada di sudut kamarnya, matanya menatap ke arah jendela yang sudah terbuka gordennya. Dari tatapan itu Liam tak menemukan sosok babanya yang biasa, dari matanya Liam melihat adanya kacau disana.

Babanya kenapa?

"Baba, kau sudah sarapan?" Liam bangun dan mulai beranjak dari posisi berbaringnya, biasanya pagi musim dingin seperti ini babanya akan membuat sarapan dengan sup hangat. Tapi kali ini ia justru memilih berdiam di kamarnya?

Renjun menoleh mendengar suara Liam, ia tersenyum. "Nanti kita sarapan di luar saja ya?"

Liam mengernyit, tapi tak banyak bertanya apalagi setelah itu Renjun menyuruhnya segera bersiap dan mengatakan mereka akan langsung ke rumah Niall setelah sarapan di luar.

Tadi begitu bangun, Renjun langsung turun untuk membuat kopi Jeno dan dirinya. Saat matanya mendengar suara Hami.

"Baba, hari ini Siena akan kemari." Katanya.

Suara Hami saat mengatakan penolakannya atas diri Niall semalam, justru mengikutinya.

"Baba, aku tak suka kak Niall. Aku tak ingin kakak berakhir dengan orang seperti itu."

Lalu terdengar suara Jaehee yang membentaknya dulu, kemudian suara Jeno saat meyakinkannya untuk melenyapkan bayinya karena takut pada keluarga Lee.

Hami sepenuhnya milik keluarga Lee, tak ada yang dibuang Hami dari keluarga itu. Dan kenyataan itu membuat Renjun lemas, menyadari ia benar takut pada putrinya sendiri. Maka setelah ia memberi jawaban singkat pada Hami, ia segera bergegas menuju kamar Liam.

Sejak tadi pikirannya tak lepas dari sosok Hami, Renjun benar-benar sedih mendapati hatinya terus sakit dengan mendengar dan melihat mata putrinya. Bisa-bisanya ia merasakan ketakutan itu, padahal jelas Hami adalah salah satu anaknya. Ia tak mungkin menghindarinya, tapi tadi ia benar menghindarinya.

Entah apa yang dirasakan Hami saat melihatnya pergi begitu saja, semoga Jeno telah turun dan menemani anak itu sarapan. Karena Renjun pun tak mau kalau Hami harus menghabiskan waktunya sendiri, anak itu pasti sedih melihat kelakuannya tadi dan malah meninggalkannya sendirian.

Sementara itu, Hami duduk dengan sang papa di sampingnya. Gadis itu masih memikirkan tingkah Renjun yang terlihat terkejut saat melihatnya lalu seolah menghindarinya, dan enggan menatapnya.

Dan Jeno yang sejak turun lalu melihat ruang makan hanya ada Hami disana, ia langsung tau kemana Renjun pergi. Menemui Liam.

"Hami, nanti makan malam berdua dengan papa bagaimana?" Jeno menatap putrinya yang kini balas menatapnya.

"Kenapa baba dan kakak tidak?" Tanya Hami, meskipun ia tau kakaknya mulai tak suka berada satu ruangan dengannya ia tetap menanyakannya. Dan meskipun beberapa menit yang lalu ia melihat babanya pergi darinya, ia tetap menanyakannya.

Jeno tersenyum kecil, kemudian menepuk kepala Hami lembut. "Papa ingin kencan dengan Hami." Karena Jeno tau Renjun pasti masih akan menghindari Hami.

Dan juga, ia ingin segera berbicara dengan putrinya itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Thousand Winds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang