Sejak tinggal di paris, Niall baru kali ini mendapat kunjungan dari kedua orangtuanya. Dan mereka hendak makan malam bersama di restoran hotel tempat dimana papi dan ayahnya beristirahat. Sebenarnya apartemen Niall juga akan cukup ditinggali oleh orangtuanya menginap, tapi saat ayahnya sampai ia langsung menghubunginya dan mengatakan akan beristirahat di hotel terdekat saja mengingat memang jika menuju ke apartnya itu lebih memakan banyak waktu. Sementara papinya mungkin sudah cukup kelelahan setelah melewati penerbangan yang lama.
Papi dan ayahnya mengatakan agar ia lebih dulu menuju restoran, tapi begitu Niall sampai disana ia langsung mematung melihat meja-meja yang terlihat penuh. Itu sebenarnya hanya terisi cukup banyak orang, tapi di pandangan Niall yang sebenarnya pemalu itu tampak begitu penuh dan membuatnya berpikir bahwa tak ada gunanya ia masuk jika harus berjalan melewati banyak orang. Bahkan sekarang ia sudah bisa merasakan kegugupan itu.
Sebenarnya pilihan Niall untuk melanjutkan sekolahnya di paris adalah langkah yang amat besar untuknya, karena ia harus menekan sifat pemalunya agar bisa hidup di tempat yang jauh dari orangtuanya juga ia tak memiliki kenalan disana. Beberapa kali Niall bisa memaksakan diri dan tak mengikuti semua pikiran khawatirnya saat mencoba berinteraksi dengan orang baru, tapi ada beberapa waktu dimana jika Niall memiliki pilihan maka ia tak akan memaksakan diri. Seperti sekarang. Ia berpikir untuk mengajak orangtuanya makan di tempat lain, atau makan di kamar yang ditempati mereka saja.
Dari pada harus harus melewati banyak orang hanya untuk mendapat tempat duduk, Niall akan memilih untuk berbalik pergi saja.
Sementara itu, Liam baru kembali mengantar babanya untuk istirahat. Karena sejak tadi mereka sudah mengikuti papa dan uncle Mark menemui beberapa kenalannya. Sekarang Liam hendak menghampiri lagi papanya yang masih membahas beberapa hal dengan papa Siena itu.
Setelah Liam mulai tinggal di paris Jeno dan Mark tiba-tiba berpikir untuk memperluas bisnis mereka disana. Karena alasan itulah mereka ada bersama Liam saat ini. Kebetulan juga hotel yang sekarang dipakai babanya untuk beristirahat dan oleh papanya makan adalah milik salah satu kenalannya juga.
Senyum Liam masih terulas lebar setelah tadi babanya memberitau bahwa ia akan disini sekitar dua hari lagi, artinya Liam masih memiliki waktu untuk melepas rindu dengan babanya. Liam belum terbiasa dalam jarak yang jauh dengan sosok yang sudah melahirkannya itu.
Dan wajah sumringah Liam ganti kerutan bingung saat ia menemukan sosok yang berdiri mematung di area pintu masuk restoran. Sampai akhirnya sosok itu berbalik. Jarak mereka tak begitu dekat, tapi Liam bisa langusng melihat semburat merah pada pipi orang itu. Mungkin malu juga kaget karena saat berbalik ternyata ada orang dibelakangnya.
"tu cherches quelqu'un?" Liam yang mulai nyaman berbicara dengan bahasa prancis pun bertanya menggunakan itu.
Tapi ia justru melihat mata milik orang di hadapannya ini sedikit melebar, kemudian ada erangan pelan yang ia dengar.
"Sorry, I don't really understand French." Niall mengucapkannya pelan, ia memang belum begitu mengerti banyak dengan bahasa prancis. Karena tujuan awal ia pergi kemari pun hanya untuk lari dari patah hatinya, ia tak memiliki banyak persiapan untuk hidup di negara ini.
Liam mengangguk mengerti, ia pun mengulang pertanyaannya. "Are you looking for someone?" Liam pikir jika orang itu berbalik sebelum masuk, mungkin ia hanya tengah mencari seseorang dan ternyata tak menemukannya.
"No, I was going to go in but didn't..." Niall yakin suaranya nyaris menyerupai bisikan, karena ia benar-benar merasakan suaranya sulit keluar saat berhadapan dengan orang baru.
"Why?" Tanya Liam.
Sejak tadi Niall tak berani menatap lama sosok di hadapannya, ia hanya sempat melihat sekilas begitu ia berbalik tadi. Tapi sekarang Niall memberanikan dirinya menatap sosok itu, ingin tau bagaimana raut wajah dari orang yang mengajaknya berbicara. Dan Niall menemukan wajah tegas dengan tatanan rambut yang memperlihatkan dahinya. Sosok itu juga memiliki wajah yang seharusnya tak membuat Niall khawatir dengan responnya, ia terlihat ramah, dan terbukti dari bagaimana ia bertanya padanya untuk mengetahui alasan ia berdiri disini. Hidungnya tinggi dengan matanya yang memiliki binar cerah, terlihat indah saat menatapnya—menunggu jawaban.