Jealous winds

1.8K 191 78
                                    

"Kemana kak?" Tanya Hami saat melihat kakaknya sudah meraih kunci mobil.

Liam menoleh. "Bertemu Niall, kakak belum pergi dengan Niall lagi." Karena Liam lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Hami setelah ia memutuskan mengembalikan hubungan persaudaraan mereka.

"Aku ikut ya? Bukan ikut kencan kalian, hanya ikut sampai bertemu papi."

"Boleh." Liam kemudian mengerutkan dahinya melihat sang adik membawa satu bingkisan. "Ini untuk papi?"

Hami mengangguk dengan senyumnya. "Iya, ayah kak Niall bilang papi suka mencicipi banyak dessert." Selama ia mengajukan banyak permintaan maafnya pada papi, ia merasa bahwa ia jadi cukup akrab dengan papi juga ayah Niall. Karena seringnya mereka bertemu, maka Hami pun jadi tau lebih banyak lagi tentang mereka.

Dari ayah kak Niall yang seorang dokter, kemudian papi kak Niall yang ternyata sudah tak memiliki keluarga selain dari suami dan anaknya itu. Niall merasa semakin bersalah mengingat ia pernah menyakiti perasaannya, disaat sosok itu sudah memiliki luka kehilangan.

"Bukankah ini buatanmu kemarin?" Liam bertanya memastikan, dan Hami menjawabnya dengan anggukan.

Kemarin si bungsu itu sibuk berada di dapur dengan bantuan auntynya, Jaehee lewat panggilan video.

"Kakak pikir untuk Siena." Liam mengatakan dugaannya sebelumnya.

Hami mengikuti langkah kakaknya keluar rumah. "Bukan, aku sengaja membuatnya untuk papi." Gadis itu mulai nyaman memanggil papi juga pada sosok yang pernah ia bicarakan keburukannya.

Selama perjalanan menuju rumah Niall, Liam dan Hami bertukar cerita tentang hari-hari sebelum mereka kembali berbaikan. Tapi Hami tak menceritakan tentang hubungannya dan Hayden, ia masih mengingat bagaimana wajah kakaknya saat mengatakan bagaimana Hayden. Jadi ia sedikit takut untuk membahas itu lagi.

Sesampainya di rumah Niall..

"Papi aku mengambil keranjangnya." Suara Niall terdengar dari halaman samping rumahnya begitu Liam dan Hami turun dari mobil.

Kakak adik itu akhirnya berjalan menuju halaman samping, dan menemukan Niall dan papinya tengah memetik blueberry yang tumbuh disana.

"Liam!" Niall berseru senang begitu menyadari krdatangan kekasihnya, bertepatan dengan ia yang tengah memanen buah kesukaan kekasihnya itu.

"Kalian memiliki halaman yang cantik." Puji Hami begitu melihat bagaimana taman yang tak terlalu kecil itu terlihat terawat.

Papi Niall tersenyum. "Niall kecil suka berkebun, jadi cukup banyak tanaman disini."

"Kebetulan dulu aku sempat menanam ini dengan papi." Niall merasa senang karena kebetulannya itu adalah salah satu kesukaan Liam.

Liam berdiri di samping Niall, membantunya memetik buah itu.

"Kenapa tidak memberitauku akan kemari?" Tanya Niall.

Tangan Liam menyimpan beberapa butir blueberry pada keranjang kecil yang Niall bawa, lalu diam sebentar untuk membalas tatapan Niall dan mengulas senyum. "Aku sudah lama tak menemuimu."

Pipi Niall seperti ditaburi bubuk bunga sakura, merona cantik karena Liam. "Baru beberapa hari." Lirih Niall mengalihkan rasa malunya.

Liam yang melihat itu semakin melebarkan senyumnya.

"Tadi pagi juga tak mengatakan akan kemari." Ujar Niall lagi.

"Apa kau ada rencana akan pergi?" Mungkin saja Niall ada acara dengan orangtuanya, dan tak bisa menemani Liam hari ini.

Niall menggelengkan kepalanya seketika. "Tidak, bukan seperti itu. Tapi—aku tak seperti orang yang akan bertemu denganmu." Cicit Niall sambil melirik pakaiannya yang masih mengenakan celana pendek dengan pakaian santainya.

A Thousand Winds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang