28. Rueful

1.7K 251 218
                                    

Seharian itu Liam dan Renjun pergi ke rumah Ningning, setelah pulang dari rumah Niall. Renjun yang mengusulkan itu, ia rasanya begitu berat kembali ke rumah dengan adanya Hami disana. Yang jadi berat Renjun adalah, ia tak bisa bertatapan lama dengan putrinya tapi juga tak mungkin menghindarinya lagi secara terang-terangan seperti tadi pagi. Maka Renjun memutuskan akan menghabiskan seharian ini bersama Liam, lalu setelah pulang nanti ia akan mencoba bersikap biasa lagi pada Hami. Renjun tak ingin putrinya bersedih.

Mata Renjun melihat Liam yang tengah mengusili putra kedua Ningning yang berumur lima tahun. Renjun tersenyum geli menyadari interaksi Liam dan anak Ningning, persis bagaimana dulu Ningning yang kerap mengusili Liam sampai sering terjadi pertengkaran antara keduanya meski Renjun tau Ningning begitu menyayangi Liam, pun Liam yang kadang tak ingin ketinggalan jika tau Ningning akan pergi keluar.

Renjun dan Liam juga memutuskan makan malam di rumah Ningning, setelah Renjun mengabari Jeno bahwa ia dan Liam akan pulang telat.

Saat pulang, Renjun mengerutkan dahinya begitu mendapati rumah begitu sepi. Liam pun menoleh bingung pada babanya, saat keduanya telah ada di dalam rumah dan tak mendapati siapapun di dalam.

"Papa tidak mengatakan apapun?" Tanya Liam.

Yang diberi pertanyaan langsung menggelengkan kepalanya, tadi saat ia mengatakan pada Jeno akan makan malam dengan Ningning, Jeno hanya memberi izin dan tak menceritakan apapun tentang lemburnya. Juga tak ada anak bungsunya, dimana Hami? Bukankah tadi ia mengatakan Siena akan berkunjung?

Karena khawatir, Renjun segera menghubungi Jeno. "Jeno? Kau dimana?"

📞 "Aku di rumah ayah." Jawab Jeno dan Renjun menaikan halisnya mendengar suara dominannya agak berbeda. Ia sempat melirik Liam yang duduk si sofa, lalu mengisyaratkannya agar duduk juga dengannya.

Renjun mengikuti apa yang putranya minta, sementara ia tak begitu mempertanyakan alasan Jeno di rumah ayahnya, karena keduanya memang cukup sering bertemu untuk membahas hal tentang pekerjaan mereka.

"Hami tak ada di rumah." Renjun mengatakannya, ia tetap khawatir pada putrinya itu. "Hami denganmu?"

📞 "Tadinya iya, tapi sekarang ia ada di rumah papa aku yang mengantarnya. Kau tak perlu khawatir." Ujar Jeno.

Barulah kali ini Renjun merasa mulai aneh dengan Jeno yang mengunjungi ayahnya tapi dengan Hami yang ia antar ke rumah papa. "Sebenarnya ada apa kau ke rumah ayah, Jeno? Dan apa itu keinginan Hami untuk pergi ke rumah papa?" Renjun takutnya Hami sedih karena sikapnya tadi pagi dan jadi ingin menemui kakek dan neneknya.

📞 "Aku harus meminta maaf pada ayahmu lagi karena membuatmu sedih, dan mengenai Hami- "

Pintu terbuka, Liam menoleh melihat adiknya yang menghampiri baba dengan wajah sedih. Renjun pun ingin tau alasan Hami datang dengan wajahnya yang terlihat sembab, apa karena sikapnya?

"Ada apa, Hami?" Renjun menyimpan ponselnya, mengabaikan Jeno dan menaruh semua perhatiannya pada Hami.

Gadis itu berlutut dan memeluk babanya yang duduk di atas sofa. "Baba, aku benar minta maaf."

"Aku mengerti kenapa kau tak suka menatapku." Isak Hami. Anak itu mulai menangis lagi.

Renjun menelan salivanya putrinya benar sedih atas sikapnya. "Hami, tidak. Baba bukan tak suka menatapmu." Ujar Renjun lembut.

Liam masih mengerutkan dahinya melihat Hami yang hanya menangis dalam pelukan baba sambil terus meminta maaf. Lalu gadis itu pun beralih padanya, menatapnya dengan kesedihan yang sama. "Kakak, aku juga minta maaf padamu."

Sang kakak pikir adiknya itu hanya tengah meminta maaf tentang permasalahan tempo hari, padahal Hami sedang kesulitan menemukan cara agar bisa mengucapkan apa yang telah ia lakukan pada Niall tadi.

A Thousand Winds ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang