Setelah beberapa hari Niall sulit dihubungi, lalu saat ada lagi Niall justru membatalkan janjinya dengan Liam dan papa Liam yang mereka bicarakan kala itu. Liam yang sejak kemarin mempertanyakan 'kapan' pada Niall, sekarang dibuat bingung saat dengan tiba-tiba kekasihnya mengatakan tak jadi. Padahal Liam ingin segera bertemu, ia ingin menanyakan langsung apa yang membuat Niall agak aneh.
"Liam, hari ini jadi?" Suara papanya terdengar.
Liam yang sedang berbaring di atas sofa, menoleh dan menemukan papanya telah siap pergi. Akhirnya Liam pun memutuskan pergi meski tanpa Niall, karena memang ia sudah janji dengan papanya sore ini.
Selama ia mencari hadiah dengan papanya, pikiran Liam tak sepenuh ya bersama sang papa. Sebagian dirinya mengkhawatirkan Niall.
"Kenapa Niall tak jadi ikut?" Jeno menyadari putranya yang agak tak fokus.
"Tidak tau, ia bilang akan pergi memilih hadiah untuk papinya sendiri." Jawab Liam.
Dan saat keduanya telah berhasil mendapat hadiah natal untuk Renjun dan Hami, Liam menawarkan pada sang papa untuk sekarang gantian ia saja yang menyetir. Jeno baru saja hendak mengiyakan, saat Liam mendapat telpon dari seseorang.
📞 "Liam, papi pikir harusnya kau tak membawa Niall kesana. Papi mohon segera bawa Niall pulang."
Ucapan dengan nada khawatir itu tak dimengerti Liam, kenapa papi berbicara seolah Niall tengah bersamanya?
"Papi, aku tak mengerti. Niall dimana? Pulang dari mana?"
📞 "Liam, kau tidak bersama Niall?" Terdengar suara papi Niall yang terkejut, lalu erangan frustasi papi dapat Liam tangkap juga.
"Ada apa? Niall pergi kemana?"
📞 "Papi pikir kalian sedang bersama, tapi— ya papi sebenarnya juga tak begitu yakin sejak melihat Niall pergi dengan wajah...resah." Karena jika pergi dengan Liam, Niall tak pernah meninggalkan rumah dengan raut tak senang.
📞 "Papi mengikuti Niall, dan ia masuk ke sebuah klub..." Ada tarikan napas yang dapat Liam dengar.
📞 "Ia tak boleh kesana, Liam..." Lalu terdengar isakan pelan papi, yang membuat rasa khawatir Liam semakin besar.
"Papi, dimana? Liam kesana."
Nama tempat itu Liam dapat setelah mendengar tangis permohonan papi Niall agar membawa anaknya keluar dari sana.
Liam hendak membuka pintu kemudi, saat Jeno menahannya. "Papa yang menyetir, Liam." Ujar Jeno tegas.
Jeno dapat melihat jelas semua gurat khawatir putranya setelah mendapat telpon yang mengabari tentang Niall. Dan Jeno tak mungkin membiarkan Liam menyetir dalam keadaan seperti itu. Ia tak ingin hal buruk terjadi pada Liam.
Ingatan Jeno jatuh pada kejadian beberapa tahun kebelakang, saat Liam baru saja belajar menyetir. Putranya itu sempat mengalami kecelakaan ringan, yang tetap membuat Jeno lemas bahkan hanya dengan mengingatnya.
"Aku akan masuk sebentar." Begitu sampai di tempat tujuan, Liam langsung turun dari mobil dan berlari memasuki tempat dimana Niall berada. Jeno mengikutinya.
Memasuki tempat itu, Liam disambut suasana remang dengan musik samar yang terdengar semakin berisik seiring langkahnya yang semakin masuk. Matanya mencari keberadaan sosok yang seharusnya tak menginjak tempat seperti ini, dan sekarang ia baru kepikiran kenapa pula kekasihnya itu pergi ke tempat ini?! Mengingat bagaimana tubuhnya yang kerap menolak sentuhan Liam, harusnya Niall tau bahwa mendatangi tempat ini sama saja dengan membiarkan tubuhnya disentuh oranglain— entah sentuhan disengaja ataupun tidak.
![](https://img.wattpad.com/cover/353335148-288-k146532.jpg)