Rasanya sangat amat mustahil jika kenangan indah yang sudah lampau bisa terjadi kembali.
- Rasyana-~~~
Sepi. Itu yang dirasakan Rasyana ketika menginjakan kaki di tangga terakhir sebelum menuju ruang makan.
Ntahlah, rasa sepi itu sudah sering ia rasakan hingga akhirnya membuatnya terbiasa bahkan tak peduli lagi akan hal itu
"Mbak ana, ini sudah saya siapkan nasi goreng spesial dan susu putih. Dimakan yo mbak, biar kuat" ucap Bi Marni sambil pura-pura mempamerkan ototnya.
"Terimakasih bi. Bibi sudah makan?" tanya Rasyana.
"Belum mbak, ini habis ini-" belum sempat bi Marni menyelesaikan ucapannya, Rasyana berlalu pergi menuju dapur belakang untuk mengambil piring beserta nasi, lauk pauk dan tentu saja minum.
"Bibi kan tau kalau "Mereka" lagi ngga di rumah, bibi wajib nemenin aku makan" ucap Rasyana menaruh piring yang sudah ia bawa disamping piring miliknya.
"Sini duduk bi" lanjut Rasyana
Suasana hening menyelimuti Ruang Makan untuk beberapa saat, sebelum obrolan keduanya yang membuat suasana menjadi canggung
"Nanti kapan-kapan aku mau deh di suapin bibi lagi"
"Boleh mbak, bibi juga kangen. Dulu kan bibi sering nyuapin mbak kalo Nyonya ngga sempat nyuapin mbak" ucap bi Marni mengenang waktu itu.
Memejamkan mata hal yang Rasyana lakukan ketika mendengar ucapan tersebut.
Ah, ia sedikit rindu bagaimana rasanya suapan ibu.
"Bi, bibi tau kan kalo aku ini pecinta nomer satu masakan bibi? Jadi bibi jangan marah ya kalo makanan kali ini ngga habis. Soalnya aku udah mau telat, nih bibi liat jam di tangan aku sudah menunjukan waktu tujuh lebih empat puluh menit yang artinya bentar lagi gerbang di sekolah aku bakal di tutup"
"Aduh mbak, maaf sekali ini mah. Maaf ya tadi bibi omongannya ngelantur ngebahas kemana-mana" ucap bi Marni yang baru menyadari kesalahannya
"Ngga perlu minta maaf bibiku, udah ah aku berangkat dulu ya" pamit Rasyana yang kemudian menyalami bi Marni lalu pergi menuju ke sekolah
Rasyana berdecak sebab sudah terlalu lama dirinya menunggu ojeg online yang sudah dipesannya sedari tadi
Tau gitu kan tadi lebih baik naik bus aja - pikirnya yang masih mengeluh
"Permisi neng, Neng ana bukan ya?"
Ah, niatnya tadi ingin memberikan bintang tiga pada pengemudi itu. Tapi sepertinya, niat itu akan dirinya batalkan saja. Sebab tiba-tiba merasakan kasihan pada pengemudi itu yang ternyata sudah berumur
Selama diperjalanan, motor ojeg online yang ia tumpangi beberapa kali oleng. Hingga akhirnya ia dengan berani bertanya kepada bapak yang menyetir
"Bapak maaf sekali tapi kalo boleh saya tau, ini motornya kenapa oleng terus ya pa?"
"Aduh neng maaf banget. Kepala bapak pusing, dari semalam bapak belum makan. Tadi malam juga bapak ngga narik soalnya hujan deras, bapak ngga kuat."
Rasyana yang mendengar penuturan itu pun turut merasa iba. Lalu matanya tak sengaja menatap di depan sana ada yang berjualan nasi uduk. Sebelum meminta untuk berhenti, Rasyana sempatkan untuk melihat jam di ponselnya. Dirasa cukup, akhirnya Rasyana meminta untuk berhenti terlebih dahulu
"Ibu mau pesan dua ya bu. Lauknya lengkap aja"
"Eh bapak mau di kasih sambel ngga pak?" Tanyanya pada bapak ojeg online itu
"Aduh neng, ngga usah bapak mah"
Tak menghiraukan penolakan itu, Rasyana akhirnya membuat keputusan itu sendiri
"Satunya pake sambel, satunya ngga usah deh buk"
Setelah menyerukan pesanannya, tak membutuhkan waktu lama pesanan itu jadi. Meski pembeli cukup ramai, ternyata penjual cukup cepat melayani pesanan pembeli
"Maaf ya pak, jadi menunggu dulu" Ucap Rasyana meminta maaf pada bapak ojeg online itu
Setelahnya mereka melanjutkan perjalanan yang sebenarnya beberapa meter di depan, sekolah Rasyana sudah bisa terlihat. Tadi Rasyana juga niatnya ingin jalan saja, sebab lagi-lagi merasa kasihan pada bapak ojeg online itu. Namun niatnya itu di tolak, sebab bapak ojeg online itu merasa harus mengantar penumpangnya tepat sampai tujuan
"Ini bapak, buat bapak. Yang satu ada sambel nya pak, yang satunya lagi ngga ada. Sama ini ada rezeki buat bapak" Ucapnya setelah memberikan helm
"Aduh neng, ngga usah repot-repot"
"Loh ini sama sekali ngga repot pak. Dimakan ya nanti pak nasi uduknya, biar semangat ngojeknya"
"Neng maaf merepotkan sekali, bapak berterimakasih banyak-banyak ya neng. Semoga neng panjang umur, sehat slalu dan yang terpenting slalu bahagia."
Aamiin.
~~~
Di Sekolah
" Baik anak-anak, tugas buat minggu depan jangan lupa di kerjakan. Saya tutup pertemuan kita kali ini, Wassalamualaikum Wr Wb"
Suasana kelas yang tadinya tegang mendadak ramai ketika guru matematika menutup pertemuan kali ini dan juga saatnya mereka beristirahat setelah mendengar bel istirahat berbunyi.
"Ih coba kalian lihat, enak ya jadi clara. Kemarin gue liat postingannya dia, kali ini dia izin untuk liburan ke Jepang selama seminggu"
Pergerakan Rasyana yang hendak menaruh kembali buku-bukunya kedalam tas mendadak terhenti ketika mendengar teman yang duduk didepannya ini berbicara ke teman disebelahnya
"Seminggu ya? Bahkan gue gatau informasi itu. Mereka liburan aja gue sama sekali gatau" - batin Rasyana
"Heh sya, pantesan gue panggil-panggil dari tadi ga nyaut rupanya lagi bengong. Mikirin apa si sobat?" tanya Amel merangkul rasyana
Amel Lisyiana, nama lengkapnya. Gadis yang rajin mengomel itu memiliki rambut sebahu, mempunyai tubuh sedikit berisi dan tentu dengan mata yang sipit. Amel adalah sahabatnya sejak menduduki bangku SMP. Sungguh Rasyana sangat menyayangi Amel. Karena hanya dia, yang selalu mau dilibatkan dengan segala macam permasalahan yang ada dihidupnya. Meski tak semua cerita yang terjadi dalam hidupnya Rasyana ceritakan pada Amel. Namun sungguh, jika suatu saat nanti amel melakukan kesalahan kepada Rasyana, Rasyana akan dengan senang hati memaafkan amel.
Tapi tuhan, semoga tidak ya.
Dan ada satu hal tentang Amel yang perlu kalian ketahui. Amel jago karate, jadi jangan berani macam-macam dengan Amel ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah, apa itu?
Teen FictionBagi sebagian orang, pulang ke sebuah "rumah" adalah tujuan ketika sudah capek dari segala hal. Disambut hangat, adalah sebuah mimpi yang ia inginkan ketika usianya makin beranjak dewasa. Ntah salah apa yang ia perbuat, hingga rasanya ia berfikir ba...